logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 9 Sembilan

"Wow, The Alnatt Diamond!" pekik Alena melihat berlian warna kuning berbentuk bantal yang disodorkan Devian.
Alena dan Devian berada di dek atas 'La Belle', yacht pribadi milik Devian, milyuner blasteran Prancis-Indonesia. Alena memakai lingerie yang senada dengan warna berlian pemberian Devian.
"Ini mahal sekali!" Alena tak bisa menyembunyikan kegirangannya mendapatkan berlian kuning dengan harga fantastis itu.
Devian menyematkan berlian di jari manis Alena. Alena memeluk Devian erat. Hatinya sungguh gembira, tak sia-sia perjalanannya ke Perth kali ini. Oh, kemanapun Alena menemui Devian, tidak akan menjadi sebuah perjalanan yang sia-sia.
"Kau suka?" tanya Devian.
Alena mengangguk senang sembari mengelus-elus cincin berlian di jarinya. Lebih menyenangkan mendapat cincin berlian itu atau pernikahanmu?" tanya Devian melepaskan kacamata hitamnya.
Wajah Alena berubah serius.
"Jangan bahas apapun, kita sedang memupuk bahagia saat ini. Mari bicarakan tentang kita, bukan hal lain," jawab Alena.
Devian menyeruput cocktail. Bangkit dari tempat duduk lalu berjalan ke sisi pinggiran dek. Angin kencang mengibarkan rambut ikalnya yang panjang sebahu. Matanya menerawang.
Alena menghampiri Devian, memeluknya dari belakang. Devian mengelus kedua tangan Alena yang berada di atas perutnya.
"Aku mencintaimu, Alena!" ujar Devian pelan, nyaris suaranya terbawa angin laut.
"Tapi kau sudah beristri dan memiliki seorang anak," sahut Alena.
"Aku menjamin kebahagiaanmu meski kau menjadi yang kedua."
"Aku hanya ingin menjadi yang pertama," pungkas Alena.
Devian terdiam beberapa saat.
"Ayo ke master kabin di dek dua, ada yang ingin kutunjukkan padamu," ucap Devian setelah betah menikmati pelukan Alena dalam keheningan.
Alena melepaskan pelukannya, Devian berbalik lalu menggandeng pinggang Alena menuju dek dua.
"Kejutan apalagi yang kau siapkan untukku?" tanya Alena.
Devian hanya tersenyum. Keduanya lantas menuju master kabin di dek dua. Alena terbelalak melihat tempat tidur besar berbentuk bulat laksana tempat tidur Ratu yang dihiasi dengan baldachin—kanopi indah di atas tempat tidur—berhiaskan mozaik emas, mutiara dan kristal Swarovski. Terdapat pula teras pribadi menghadap laut yang hanya bersekat tirai tebal di sekeliling kanopi.
"Kau selalu bilang ingin tidur di atas kasur dengan kanopi. La Belle ini khusus aku beli untukmu, tempat kita memadu kasih.
Alena tak bisa menutupi rasa senangnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur bulat impiannya. Berguling riang karena teramat senang. Devian tersenyum melihat Alena menikmati kejutan yang ia berikan. Tanpa menunggu lama, Devian menyusul Alena, berguling di atas kasur. Tertawa, bercumbu dan menikmati malam itu dengan liukkan-liukkan indah nan mengangkasa.
***
"Tuan, Tuan Pram! Nyonya, Tuan. Nyonya Sekar terjatuh, Tuan!" Murni mengetuk-ngetuk kamar Pram dengan wajah panik.
"Kenapa dengan Mama?" Pram muncul di balik pintu dengan wajah setengah mengantuk.
"Nyonya Sekar kesakitan di kamarnya lalu terjatuh dari tempat tidurnya."
"Mama terjatuh?" Pram berlari ke kamar Nyonya Sekar. Diikuti Puri dan Diwali yang keluar dari kamar setelah diberitahu Ani.
Di kamar, Nyonya Sekar tergeletak di samping tempat tidurnya.
"Ma, Mama!" Pram menepuk-nepuk pipi Nyonya Sekar. Lekas ia mengangkat tubuh Nyonya Sekar dan membaringkannya di atas tempat tidur. Nyonya Sekar terus saja menekan dada bagian kirinya.
Puri menggigiti kuku tangannya panik. Diwali memijat-mijat kaki Nyonya Sekar dengan wajah khawatir. Sementara Pram menyentuh tangan Nyonya Sekar yang terus saja menekan dada kirinya tanpa bicara.
"Ma, Mama kenapa, Ma?" ucap Pram cemas.
"Aku panggilkan Dokter Iwan dulu!" Diwali meraih ponsel di saku celana tidurnya.
"Apa tak sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit saja, Mas?" usul Puri.
Pram menoleh ke arah Puri. "Ya, baiklah." Lalu Pram berkata pada Murni, '"tolong ambilkan kunci mobil di atas nakas kamarku!"
"Baik, Tuan!" Murni mengangguk dan berlari menuju kamar Pram.
Puri bergegas membuka lemari pakaian Nyonya Sekar. Mengambil beberapa baju ganti untuk mertuanya itu.
Pram segera mengangkat tubuh Nyonya Sekar lalu menuju ke luar kamar. Disusul Diwali dan Puri yang sudah rapi memasukan beberapa baju ganti Nyonya Sekar ke dalam tas.
"Sini, aku saja yang bawa. Kau tak usah ikut nanti Mawar mencarimu!" Diwali meraih tas dari tangan Puri.
""Iya, baiklah!" Puri merapatkan kimono berbahan silk warna coklatnya. Tak henti ia berdoa untuk keselamatan Nyonya Sekar. Airmata menggenang di sudut mata Puri. Sungguh ia tak mau terjadi apa-apa dengan mertuanya yang sangat ia kasihi itu.
***
"Gerd?" Pram mengernyit di depan dokter yang memeriksa Nyonya Sekar. "Mamaku tidak punya riwayat gerd, Dokter!"
"Apa mamamu stress memikirkan sesuatu?" tanya Dokter Gunawan, rekan seprofesi Dokter lwan—dokter pribadi keluarga Adiwiguna.
Diwali dan Pram berpandangan. Lalu keduanya menggeleng.
"Mama saya orang yang hangat, terbuka dan ceria. Ia bukan tipikal pemurung dan pemikir" sahut Pram sedikit sangsi dengan ucapannya sendiri.
Dokter Gunawan tersenyum. "Tolong dijaga pola makan, pola pikir dan suasana hati Nyonya Sekar. Saya lebih menekankan kepada suasana hati dan pola pikirnya."
Pram menggenggam jemari Nyonya Sekar yang masih tertidur tenang.
"Baiklah, saya harus memeriksa kondisi pasien lainnya. Saya permisi!" pamit Dokter Gunawan.
"Iya, terima kasih banyak, Dokter!" jawab Pram dan Diwali bersamaan.
Dokter Gunawan keluar kamar disusul seorang suster yang tadi mendampinginya.
"Kau jangan banyak ulah lagi. Kita tidak tahu Mama ternyata memikirkan sesuatu selama ini!" protes Pram pada Diwali.
"Hei, kenapa kau menyalahkan aku? Kau pikir melajang hingga usia empat puluh tahun bukan beban pikiran bagi Mama? Aku tahu, Mama memikirkan pewaris perusahaan Papa. Mama menginginkan keturunan laki-laki dari kita berdua!" Diwali tak terima dengan ucapan Pram.
Pram terdiam. Ucapan Diwali terasa ada benarnya. Ia menghela napas panjang.
Jemari Nyonya Sekar bergerak dalam genggaman Pram. Perlahan kedua matanya terbuka.
"Alena, mana Alena?"
Diwali sedikit mengernyit mendengar Nyonya Sekar mencari Alena. "Kenapa istrimu yang pertama Mama panggil?" tanya Diwali.
"Mana aku tahu," sahut Pram. "Ma, Mama. Ini aku Pram. Mama mencari Alena?"
Nyonya Sekar mengangguk lemah.
"Alena kemarin pamit berangkat ke Perth. Mama lupa?" tanya Pram.
Nyonya Alena memandang langit-langit kamar rumah sakit.
"Mama mau Alena ada di sini," ucap Nyonya Sekar tetap lemah.
"Alena sedang bekerja, Ma. Tidak lama, hanya seminggu." Pram semakin mempererat genggaman tangannya di jemari Nyonya Sekar.
"Tak bisa kau suruh pulang?" tanya Nyonya Sekar.
"Kenapa Mama ingin sekali Alena berada di sini saat ini?" tanya Diwali penasaran.
"Mama bermimpi buruk kemarin malam. Alena, Alena...."
"Sudah, Ma. Mama jangan terlalu keras berpikir. Alena baik-baik saja. Ia sedang bekerja. Sekarang Mama istirahat. Atau, aku telepon Alena sekarang. Biar Mama bisa mendengar suaranya, ya!" tawar Pram.
Nyonya Sekar mengangguk. Pram mendial-up nomor AlenaHening sesaat.
***
Ponsel Alena berdering namun Alena tenggelam dalam tidurnya dengan posisi tengkurap. Devian memeluk punggung Alena di bawah selimut. Dering ponsel yang tak juga mau berhenti membangunkan Devian. Setengah sadar Devian menjawab panggilan telepon Alena.
"Halo." Alena terusik mendengar suara Devian.
"Halo," jawab Devian lagi. Masih tak terdengar jawaban dari seberang telepon. Devian segera mematikan ponsel lalu kembali memeluk Alena.
"Siapa?" ujar Alena parau.
"Entahlah, ponselmu yang berbunyi."
Alena lekas bangun lalu meraih ponsel yang diselipkan Devian di bawah bantal.
"Suamiku!" sahut Alena. Aku ke teras dulu!"
"Menelepon dia?" tanya Devian.
Alena mengangguk lalu bangkit dari kasur dan menuju teras kabin.
***
Pram memandangi ponselnya. Ia terdiam. Kenapa suara laki-laki yang menjawab panggilan ponsel istrinya? Waktu di Perth menunjukkan jam satu malam.
"Kenapa kau diam?" tanya Diwali.
Pram masih termenung.
Tangan Nyonya Sekar perlahan mengusap punggung tangan Pram. "Mana Alena?"
"Iya, Ma. Sebentar aku telpon lagi. Tadi belum di angkat-angkat." Pram tampak bingung. Namun sebelum Pram kembali mendial-up nomor Alena. Ponsel Pram berdering.
"Halo." Pram menjawab panggilan Alena.
"Siapa tadi?" tanya Pram pelan. Diwali mengernyit mendengar pertanyaan Pram. Ia menerka-nerka dengan siapa Alena di Perth malam ini.
"Tadi Samuel. Dia sedang mabuk. Kami sukses membuat suami istri kawannya Samuel membeli lima unit apartemen. Jadi kami merayakan keberhasilanku menjadi penerjemahnya dengan minum hingga larut malam. Dia sedang di kamarku. Suami istri Prancis itu baru saja keluar, menuju kamar mereka di sebelah kamarku," sahut Alena lancar dengan kebohongannya di seberang telepon.
Pram bernapas lega. "Mama sakit. Sekarang sedang ada di rumah sakit. Mama ingin berbicara denganmu." Pram menekan speaker ponsel.
"Halo, sayang!" sapa Nyonya Sekar lemah namun wajahnya tampak sedikit ceria.
"Iya, halo, Ma. Mama sakit apa sampai di rawat di rumah sakit?" tanya Alena di seberang telepon.
"Mama hanya rindu menantu Mama," sahut Nyonya Sekar tersenyum senang.
"Aku di sini sedang ada pekerjaan sedikit, Ma. Tidak lama. Mama jangan khawatir, aku akan kembali ke sisi Pram. Jaga kesehatan Mama, ya!" pesan Alena hangat.
Percakapan usai. Pram memasukkan kembali ponselnya ke saku celana. Lalu membetulkan selimut Nyonya Sekar. "Alena baik-baik saja, Ma. Mama sekarang tidur lagi, ya!"
"Kau bilang Alena ke Perth bersama Samuel? Perancang busana pernikahan kalian?" tanya Diwali penasaran.
Pram mengangguk tak acuh. Ia tak tahu makna dibalik pertanyaan Diwali. Diwali segera keluar kamar. Di balik pintu, Diwali menekan nomor Samuel. Samuel pun merupakan perancang busana pengantinnya dulu bersama Puri.
"Halo, Sam. Kau ada di mana sekarang?" tanya Diwali.
Hening sesaat. "Di Martapura? Sedang apa? Oh, liburan? Oke, nanti setelah kau pulang ke Jakarta kita bertemu. Kawanku menginginkan jasamu membuat gaun pernikahan super mewahnya." Diwali terdiam mendengar jawaban Samuel.
"Sampai jumpa, Sam!" Diwali menutup ponsel. Ia termenung sesaat lalu menyeringai. "Alena, dengan siapa kau berada di Perth?" 

Comentário do Livro (44)

  • avatar
    Mrbon Bon Michellina

    Good

    03/03/2023

      0
  • avatar
    Gusion

    bagus banget

    08/08/2022

      0
  • avatar
    FF ULEule gege

    makasih

    05/08/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes