logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 8 Kehebohan Bara

"Saya mau kamu tinggal kembali di rumah utama ini tanpa ada bantahan sedikit pun!" putus Raden dengan sepihak.
"Apa!" Bara menegakkan punggungnya.
"Enggak bisa gitu, Kek. Kan, sudah ada perjanjiannya kalau aku sudah bisa bebas memilih tinggal di manapun, setelah aku resmi menjadi bagian dari bisnis Kakek," tolak Bara dengan mentah-mentah.
"Ya, memang dulu perjanjiannya seperti itu. Tetapi, karena kamu melaksanakan kesalahan yang sangat fatal, maka saya tarik semua perjanjian itu."
"Aku tidak setuju dengan semua usulan dari Kakek!" seru Bara kencang dengan hidung yang kembang kempis.
"Saya tidak butuh persetujuan kamu, Bara," balas Raden dengan nada dinginnya. Lalu, menggendong Ratna balita yang berada di bawah kakinya. "Dan saya putuskan mulai sekarang, kalau Ratna adalah cicit pertama saya," sambung Raden dengan keputusan sebelah pihak.
"APA!!!" teriak semua orang yang berada di dalam ruang tamu itu.
Bukan hanya Bara saja yang syok berat, melainkan ada Mona yang matanya terbelalak tidak percaya apa yang baru saja di dengarnya.
"Ayah, enggak bisa putusin gitu saja loh. Balita ini belum jelas asal usulnya. Apalagi didapatkan dari hasil hubungan gelap. Anak saya masih bisa buat cicit untuk Ayah," cerocos Mona memegang lengan Raden untuk menarik semua ucapannya tadi.
Kini Raden malah menatap tajam ke arah Mona. "Saya tidak butuh suara kamu, Mona. Biarkan saja anak kamu membuat cicit untuk saya, tetapi saya tidak akan lepas tangan tentang balita ini," sahut Raden dengan tatapan tajamnya.
Berbeda dengan Ratna balita yang di dalam hatinya tersenyum penuh kepuasan atas kemenangan rencanakan yang berjalan mulus sekali. Apalagi Bara sudah masuk ke dalam perangkapnya, tetapi ternyata ada Mona yang menjadi batu sandungan yang harus disingkirkan oleh Ratna.
"Terima kasih, Opa. Aku sayang banget sama Opa, deh," ucap Ratna dengan suara imutnya seraya memeluk leher Raden erat.
"Kek, enggak bisa gitu, dong! Janji itu harus ditepati!" ucap Bara menggebu-gebu tanpa ada rasa putus asa.
"Sudah lah, mending kamu balik ke kamar. Ganti baju sekarang atau mau saya telanjangi di sini sekarang juga?" tanya Raden sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Ckckck ... Iya-ia, aku ke kamar," balas Bara berdecak kesal atas sikap otoriter yang dimiliki oleh Raden, kakeknya.
Sepeninggalan Bara di ruang tamu, Bram kembali datang ke ruang tamu. Tanpa pikir lagi, Bram langsung merampas tubuh mungil Ratna yang digendong oleh Raden.
"Biar aku yang mandiin bocah setan ini," ucap Bram cepat. Setelah itu pergi meninggalkan keterpakuan Raden atas tingkah laku cucu pertamanya itu.
Raden tidak habis pikir dengan jalan otak kedua cucunya itu. "Mereka berdua makan apa, sih? Kok, bisa jadi begitu, ya."
***
Di dalam kamar mandi milik Bram, ada sosok Ratna balita yang berdiri bingung atas tindakan Bram yang kelewat sibuk memilih sabun mandi untuknya.
"Om, mau pilih sabun sampai berapa tahun, sih? Om ini sudah tua, jangan bikin nambah beban pikiran diri sendiri, dong. Yang ada nanti mati gara-gara banyak pikiran," celetuk Ratna dengan cerewet.
Gerakan tangan Bram terhenti seketika, ia langsung menoleh ke arah Ratna dengan kening mengerut.
"Gue tadi enggak salah dengar, kan?" tanya Bram masih dengan kening mengerut.
Ratna menganggukkan kepala mungilnya pelan. "Iya, emang enggak salah dengar, kok."
Beban pikiran Bram semakin bertambah. Sebenarnya, Bram sudah mempunyai kecurigaan pada balita kecil ini yang bernama Ratna. Apalagi bibir mungil itu bisa berbicara seperti seorang wanita dewasa. Lantas Bram langsung mengangkat tubuh Ratna yang terbalut dengan handuk kecil.
"Eh, eh, Om! Handuk aku melorot!" histeris Ratna yang tidak bisa menyelamatkan handuknya yang sudah teronggok di lantai dingin.
Kedua pipi Ratna memerah merona akibat malu saat tubuh polosnya berada di gendongan hangat milik Bram.
"Lah, bocah setan bisa malu juga. Badan masih kecil kerempeng, belum tumbuh juga malah sok-sokan malu. Dih, genit banget lo sama gue," ucap Bram dengan mulut pedasnya.
Plak ...!
Pipi kiri Bram tercetak lima jari mungil dari tangan Ratna. "Lo ...!" seru Bram menggeram marah.
"Sssttt ... Enggak usah marah-marah mulu deh, Om. Nanti wajah Om makin keriput," bisik Ratna tepat di samping telinga Bram yang meledek Bram.
Bram kembali dibuat terkejut atas bisikan dari Ratna. Kedua matanya membulat dan gemuruh di kepalanya mendadak mendidih panas.
"Heh! Sejak kapan gue punya keriput, woy! Ngarang mulu mulut cerewis Lo itu!" omel Bram berdesis marah menatap garang pada Ratna.
Tawa Ratna akhirnya terlepas juga. Tanpa tanggung-tanggung, Bram langsung menggigit pipi tembam milik Ratna dengan kencang hingga membuat Ratna menangis histeris.
"Dasar, bocah setan!"
"OPA ...!!!"
Braakkh ...!
Pintu kamar mandi langsung terbuka lebar ketika telah didobrak paksa oleh Bara.
"Astaga! Lo apa kan anak gue woy ...!" teriak Bara murka dengan urat-urat menonjol di area lehernya.
Sontak Ratna balita semakin mengeraskan suara tangisannya ketika melihat Bara datang. Lalu, Ratna balita pun memberontak ingin berpindah tempat ke gendongan Bara.
Namun, sayang. Bram langsung menjauhkan Ratna dari Bara yang langsung menyulut emosi di dalam kepala Bara.
"Mau lo apa, sialan?!" teriak Bara kembali dengan suara yang sangat keras.
Senyuman miring tersungging di bibir Bram dengan sebelah alis terangkat seolah meremehkan seorang Bara.
"Gue mau balita ini jadi milik gue mulai sekarang," balas Bram dengan santai dan sekaligus kuda tegas.
"Enggak bisa, Bram yang bodohnya enggak ketulungan! Dia sudah jadi milik hak paten gue!" sentak Bara yang sudah berulang kali mengeluarkan umpatan kasar miliknya.
"Apa 'sih yang enggak bisa gue miliki? Nyawa lo sendiri pun bisa gue cabut, Bar," ucap Bram dengan tingkat kesombongan berada di atas dewa.
"Bodo amat. Balikin Ratna gue sekarang, Bram!" pinta Bara menggeram marah yang langsung menarik paksa tubuh Ratna yang berada di dalam gendongan Bram.
Tangisan Ratna pun semakin kencang hampir memekik. Ternyata perdebatan di antara Bara bersama Bram sudah ditonton dari tadi oleh Raden beserta Angga, asistennya.
"Bram!" panggil Raden marah pada cucu pertamanya itu.
Kedua bola mata Bram langsung melotot terkejut seperti hampir menggelinding ke lantai dingin itu. "Sejak kapan Kakek di situ," ucap Bram pelan seperti berbisik.
"Kurang ajar sekali kamu menyakiti cicit saya, Bram," ucap Raden setelah melirik ke arah pipi Ratna yang berbekas gigitan memerah.
"Mulai sekarang kamu saya turunkan jabatan kamu di kesatuan dokter di rumah sakit saya," sambung Raden yang memutuskan sepihak tanpa peduli penolakan yang diajukan oleh Bram.
"Enggak bisa gitu, Kek! Kok, Kakek tega banget sama aku!" seru Bram tidak terima sambil menggeram marah.
"Saya juga bisa menyentuh simpanan kamu sekarang detik ini pula, Bram," tutur Raden yang sedikit menaruh ancaman pada Bram.
"Ah ... Sialan lo berdua!" teriak Bram menggelegar.
Sedangkan Bara di dalam hatinya bersorak-sorak kemenangan melihat Bram musuh bebuyutannya sudah kalah telak.
Bara pun langsung pergi sambil menggendong Ratna yang masih sedikit sesenggukan. Di jalan menuju ke arah kamarnya, Bara membisikkan sesuatu yang mampu membuat Ratna balita menghentikan tangisnya.
"Gue kasih lo kalung berlian yang seharga satu milyar," bisik Bara tepat di samping telinga Ratna.
Mata kecil Ratna membulat, lalu melepas pelukan tangannya pada leher Bara untuk menatap Bara dengan lekat.
"Seriusan? Om Bara lagi enggak bohong sama aku lagi, kan?" tanya Ratna penuh selidik.
"Enggak dong, sayang," jawab Bara mengedipkan sebelah matanya genit.
"Asalkan lo mau main dokter-dokteran sama gue," sambung Bara selanjutnya yang diakhiri dengan senyuman penuh misteri.
Entah Ratna harus merasa syukur atau malah tersiksa atas persyaratan aneh dari Bara itu.
***
Halo para pembaca Permen Kaki CEO. Jangan lupa untuk memberikan review, subscribe, and, star vote.
Ada apakah Bara dengan Bram hingga saling berselisih padahal saudara kandung?
See you next bab guys ...

Comentário do Livro (54)

  • avatar
    Pred

    lanjutkah

    11d

      0
  • avatar
    QaisaraNik

    bagusss

    11/02/2023

      0
  • avatar
    Syifa Yuhanis Mazlan

    saya suka baca novel ini

    26/01/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes