logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

KIENAN PINGSAN

Bab 5
KIENAN PINGSAN
"Mas, nanti setelah melahirkan, aku pengen buka butik, deh. Boleh, ya?"
"Lho, lha nanti anak kita bagaimana?"
"Ya … kita pake jasa baby sitter dong! Aku gak mau kalau harus menyusui. Nanti jadi kendor. Kita pake sufor aja."
"Jangan dong, sayang! Kan, kasihan! Nanti ajalah buka butiknya kalau anak kita sudah agak besar!"
"Gak mau. Aku pasti bosen kalo di rumah terus." Rachel mulai merajuk.
"Dipikirin nanti lagi aja, ya!"
"Ya udah, deh! Trus, rencana perceraian kamu sama Kienan bagaimana? Aku kan,akunya jadi istri sah kamu. Bukan istri siri seperti ini."
"Sabar dulu ya, sayang! Secepatnya akan aku proses, kok! Tenang saja!"
"Beneran ya? Jangan bohong!"
"Gaklah! Mana berani aku bohongi istriku yang cantik ini!" rayu Akbar sambil menowel dagu istrinya.
"Mas, pas kita nikah resmi, aku pengennya kita adakan pesta yang mewah. Kita sewa gedung, trus ngundang artis, trus pake jasa EO yang dipake leslar itu. Aku suka sama konsepnya kemarin."
"Apapun yang kamu mau, Sayang!"
"Aku mau tema Negeri dongeng. Ntar aku jadi princess, kamu jadi pangeran berkuda putihnya. Pasti bagus banget!" Rachel mulai menghayal.
Mendengar itu, Akbar tertawa.
"Kok ketawa, sih? Lucu, ya?"
"Gak! Yang lucu itu kamu! Belum apa-apa sudah bayangin yang macem-macem!"
"Biarin! Ini kan, pernikahan pertama aku! Jadi aku mau semua orang melihat dan terkagum-kagum sama aku."
"Iya deh, iya! Suka-suka kamu lah!"
"Kok gitu sih, jawabnya? Mas gak suka ya?"
"Suka kok! Mas sih, terserah kamu saja! Kamu mau apa juga pasti mas kabulin!"
"Terimakasih, sayang!" ujar Rachel sambil memeluk suaminya erat.
Mereka terus bercengkerama sambil menikmati cemilan. Tanpa terasa, hari sudah siang. Akbar harus segera berangkat menemui pak Wisnu.
"Yang, aku keluar dulu, ya! Ada janji tadi sama pak Wisnu!"
"Oke, sayang! Hati-hati!"
"Sip!" jawab Akbar, lalu mengecup kening istrinya.
Setelah bersiap, Akbar segera meluncur ke restoran tempat janji bertemu dengan pak Wisnu. Sesampainya disana, ternyata pak Wisnu sudah menunggu.
"Selamat siang, pak Wisnu!"
"Selamat siang, pak Akbar!"
Mereka saling berjabat tangan, lalu duduk berhadapan.
"Bagaimana, pak Wisnu?"
"Ini data yang Bapak minta!" jawab pak Wisnu sembari menyerahkan sebuah map.
Akbar membuka map tersebut dan membaca isinya.
"Apa kita bisa bertemu dengan mereka?" tanya Akbar.
"Saya sudah menghubungi kantor mereka dan membuat janji temu. Menurut sekretarisnya, mereka baru bisa menemui minggu depan."
"Minggu depan? Itu terlalu lama. Saya mau besok atau lusa kita bertemu mereka."
"Mereka sedang menangani kasus, jadi sulit untuk ditemui." Pak Wisnu memberi penjelasan.
"Kalau kita tidak menemui melalui kantor, kita temui secara pribadi. Di tempat karaoke, diskotik, atau dimanalah. Dia ini hanya anak muda kemarin sore. Pasti masih suka dengan dunia malam."
"Sayangnya, track record pak Nizam bersih. Meski lulusan luar negeri, dia tidak menyukai dunia malam dan alkohol. Sepertinya, dia juga sulit disuap."
Akbar tersenyum mengejek.
"Mustahil ada orang yang menolak jika diberi uang banyak. Sudahlah, kamu cari cara agar aku bisa bertemu dengan dia. Selebihnya, biar aku yang urus." Akbar memberi keputusan.
"Baik, Pak!" jawab pak Wisnu.
"Bagaimana dengan Kienan?" tanya Akbar lagi.
"Bu Kienan kemarin mengadakan rapat dan sudah menerima laporan dari semua divisi dalam tiga bulan terakhir. Sepertinya, beliau sedang sakit karena kelelahan. Saya perhatikan, beliau terlihat pucat. Apa bapak tidak ingin menjenguknya?"
"Buat apa? Dia bukan siapa-siapa lagi. Saya sudah menjatuhkan talak padanya."
Pak Wisnu mengangguk-angguk.
"Kalau saran saya, sebaiknya pak Akbar baik-baik dulu sama Bu Kienan. Takutnya, ada hal-hal yang diluar prediksi kita …."
"Sudahlah! Pak Wisnu ini hanya ketakutan saja! Semua akan beres! Saya janji! Sudah, saya mau pulang! Cepat urus janji temu saya dengan si Nizam itu."
"Baik, Pak!"
********
Tok … tok … tok ….
Pintu ruangan Kienan diketuk.
"Masuk!" teriaknya.
Annisa melangkah masuk.
"Maaf, Bu Kienan! Pak Nizam ingin bertemu!"
"Iya. Suruh beliau masuk!"
"Baik, Bu!"
Annisa kembali ke luar dan memanggil pak Nizam.
"Selamat siang, Bu Kienan!"
"Selamat siang, pak Nizam! Silahkan duduk!"
"Terimakasih, Bu!"
"Bagaimana hasilnya, Pak?" tanya Kienan.
"Dari laporan awal, seperti prediksi Bu Kienan, memang ada kecurangan di sana. Dan, nominalnya pun tidak sedikit."
"Lalu, langkah selanjutnya apa?"
"Kami akan melakukan penelusuran lebih lanjut. Dana tersebut ada yang ditarik tunai, ada juga yang masuk ke beberapa rekening. Beri kami waktu dua Minggu. Kalau tidak ada kendala, kita sudah bisa menemukan tersangkanya."
"Baik, Pak Nizam. Saya percayakan masalah ini kepada Anda."
"Baik, Bu! Terimakasih! Kalau begitu, saya permisi! Selamat siang!"
Mereka berjabat tangan.
"Selamat siang, pak Nizam!" Kienan mengantar pak Nizam hingga ke pintu.
Saat hendak membuka membuka pintu, tiba-tiba, kepalanya terasa pusing. Dia yang tidak siap, akhirnya terjatuh.
Sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya, Kienan merasakan seseorang menangkap tubuhnya dan memanggil-manggil namanya. Setelah itu, semua menjadi gelap.
Nizam membopong tubuh Kienan dan menidurkannya di sofa, kemudian memanggil Annisa. Tak lama kemudian, Annisa datang.
Mereka berusaha menyadarkan Kienan dengan menepuk-nepuk pipinya dan memberi minyak kayu putih. Tak lama kemudian, perlahan Kienan mulai membuka matanya.
"Bu Kienan, ibu bisa mendengar saya?" tanya Annisa.
Kienan mencoba bangkit.
"Jangan bangun dulu! Anda masih lemas!"ujar Nizam.
Kienan menoleh. Dia melihat masih ada pak Nizam disana.
"Aku kenapa,Nis?" tanya Kienan.
"Tadi Ibu pingsan. Untungnya, ada pak Nizam yang nolongin." Annisa memberi penjelasan.
Kienan mencoba bangkit lagi dengan dibantu Annisa.
"Terimakasih, pak Nizam atas bantuannya!"
"Sama-sama, Bu! Bu Kienan gak papa? Apa perlu saya antar ke rumah sakit?" tanya Nizam.
"Gak usah, Pak! Saya gak papa, kok! Hanya kecapekan saja!"
"Baiklah, kalau begitu, saya permisi! Selamat siang!"
"Selamat siang, Pak!"
Setelah Nizam pergi, Kienan mencoba bangkit.
"Ibu mau apa? Biar saya ambilkan! Ibu istirahat aja dulu!"
"Tolong ambilkan tas dan ponsel saya di meja!"
"Baik, Bu!"
"Tolong juga cancel semua jadwal saya hari ini! Saya mau pulang! Kalau da berkas yang harus ditandatangani, antarkan saja kerumah!"
"Baik, Bu! Saya antar ke bawah, ya?"
"Iya. Ayo!"
Beriringan mereka melangkah menuju lift.
"Pak Firman sudah pulang, Nis?" Sudah, Bu! Tadi pagi, setelah mengantar pak Nizam ke ruangannya, beliau langsung pulang. Ada janji dengan klien, katanya. Ada yang perlu disampaikan?" Annisa memberi penjelasan.
"Besok pagi, suruh beliau menemui saya di kantor."
"Baik, Bu!"
**********************************************
Sesampainya di rumah, Kienan langsung merebahkan badannya. Dia benar-benar lelah. Tak lama kemudian, dia tertidur.
Sore harinya, dia terbangun dengan badan yang sedikit segar. Segera dia menuju kamar mandi untuk berendam. Cukup lama dia berendam membuat tubuhnya terasa rileks.
Setelah merasa cukup, dia segera keluar. Di sore hari begini, ia ingin menikmati secangkir teh sembari duduk di gazebo dekat kolam renang. Rasanya pasti menyenangkan.
Kienan segera turun dari kamarnya dan mendengar suara ribut-ribut di depan.
"Kienan!"
Seseorang memanggil namanya,begitu dia menjejakkan kaki di tangga terakhir.
Kienan menghentikan langkahnya.

Comentário do Livro (305)

  • avatar
    SahibIntan

    Jalan cerita yg bagus, penulisannya juga smooth. Ending nya agak penasaran. Looking forward to read another book by this writer. Success ya mbak!

    15d

      0
  • avatar
    BurdamMarten

    sangat baik

    20d

      0
  • avatar
    EjheheAhmed

    beri aku 100.juta

    22d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes