logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

bab 4. ipar somplak

"Mbak Rina.... Mbak... Mbak Rina," sengaja ku teriak - teriak memanggil Mbak Rina di depan rumahnya. Sengaja memang, biar suaminya tau.
"Kamu ada apa sih pagi pagi teriak - teriak," Mbak Rina keluar seperti tak ada beban.
"Mbak aku kesini mau nagih uangku yang 200ribu itu. Katanya Mas Rizwan hari ini mau dibayar. Mana?" tanyaku sambil menengadahkan tangan.
"Halah duit 200 aja ribut amat, pasti aku  bayar deh nanti sore," masih aaja berkelit kalau ditagih.
"Gak bisa mbak! harus sekarang. Lagian ya aku kan udah gak minta nafkah dari adikmu yang penurut itu, karena lebih Suka menafkahi mbaknya dan ibunya jadi cepat bayar sekarang," titahku.
"Itu karena kamu sok gak butuh duit dari Rizwan," pungkas Mbak Rina dengan santainya.
"Mbak! Mbak Rina mikir gak sih. Misalnya mbak Rina diperlalukan kayak gitu sama Mas Danu, Mbak Rina maau?" tanyaku
"Ada apa sih Ma, kok ribut - ribut?" tanya Mas Danu.
"Ini mas.. anu," jawab Mbak Rina terbata.
"Maaf Mas, pagi - pagi saya sedikit mengganggu. Saya kesini mau nagih uang saya yang dipinjam Mbak Rina. Bilangnya ke Mas Rizwan hari ini dibayar tapi saya tunggu  mbak Rina belum juga datang. Mohon maaf Mas Danu biarpun uang itu tidak banyak tapi saya sangat membutuhkannya, Mas." ucapku pada Mas Danu. Kujelaskan apa yang terjadi.
"Bener itu Ma? Kamu hutang ke Laila? Udah tau Rizwan memberikan jatah bulanan separuh dari gajinya untuk ibu, masak kamu ikut - ikutan minjem uangnya Laila juga. Apa kamu gak kasihan? Uang gajiku juga aku kasi ke kamu semua setelah ku ambil jatah bensin sebulan, masih saja ngrepotin Laila," tegas Mas Danu membuat Mbak Rina menunduk.
"Maaf ya Laila,  ini saya bayar hutangnya kakak kamu. Lain kali kalau Mbak Rina pinjam jangan dikasi ya," pesan Mas Danu sambil memberikan uang kepadaku.
"Baiklah Mas, saya mau pamit dulu," ucapku pamit ke Mas Danu.
"Kamu kok rapi amat mau kemana?" tanya Mas Danu.
"Emmm saya memutuskan untuk mulai bekerja lagi Mas, dari pada saya harus bertengkar masalah uang, jadi lebih baik saya mengalah saja," ucapku sesopan mungkin pada kakak ipar.
"Ya sudah kamu hati - hati ya," ucap Mas Danu
Nampak Mas Danu masuk ke Rumah Tapi mbak Rina..
"Heh kamu jangan macam - macam denganku ya, pakai ngadu segala sama Mas Danu," ketus Mbak Rina.
"Saya gak ngadu mbak, cuma bilang yang sebenarnya aja. Lha kan tadi Mas Danu nanya ya aku jawab. Lagian Mbak Rina sendiri yang menunda nunda bayar hutang," jawabku santai.
"Hutang 200ribua aja pasti aku bayar," Mbak Rina masih ngotot.
"Lha tuh buktinya yang bayar Mas Danu sendiri bukan Mbak Rina," ucapku. Sengaja kubikin dia panas sekalian. Hebatkan?.
"Awas kamu ya aku adukan ke Ibu biar Rizwan disuruh ceraikan kamu," Mbak Rina menggebu dengan ucapannya.
"Alhamdulillah, adukan aja mbak aku gak papa kok. Tanpa Mas Rizwan aku bisa kok, gak perlu panik gitu ah," ucapku melalui Mbak Rina yang masih melotot ke Arahku.
Gegas aku pergi ke kantor tempatku bekerja sebagai Sekretaris perusahaan
********
Di tempat kerja.
"Kamu, mulai kerja lagi Lai?" tanya Rosi temanku
"Iya Ros, kemarin Aku masukkan lamaran dan kebetulan Pak Doni yang interview. Kembali lagi deh kejabatan ku yang dulu Ros. Menjadi sekretaris Pak Doni yang kaku dan dingin."
"Kayaknya memang Pak Doni memang menunggumu jadi sekretaisnya lagi deh. Udah delapan kali gonta ganti sekretaris dan semuanya gak ada yang seperti kamu dalam bekerja," jawaban Rosi membuatku terkejut. ternyata tak ada yang bisa mendampingi Pak Doni menyelesaikan tugas Perusahaannya.
"Yee, semua orang sama kali kalau jadi sekretaris. Mungkin gak ada yang betah aja sama sikap Pak Doni yang dingin. Oh ya Pak Doni kok belum nikah nikah ya?" tanyaku pada Rosi.
Kepo juga sih, dengan kehidupan Pak Doni yang kaku. Pasti yang jadi istrinya harus ekstra sabar.
"Nunggu kamu kali, secara Pak Doni lebih sreg jika bekerja sama kamu," pungkas Rosi.
"Ya gak mungkinlah, aku kan udah bersuami tapi... Au aah! gelap!. Yang penting aku bekerja untuk diriku sendiri sekarang," ucaapku pada Rosi.
Sepertinya Rosi heran dengan perkataanku.
"Emang Rizwan gak mampu nafkahin kamu?" tnya Rosi semakin kepo dengan keadaanku.
"Mas Rizwan lebih bangga menafkahi ibunya dari pada istrinya. Mending kerja sendiri biar bisa menikmati hidup," ucapku pada Rosi. Dia sepertinya mendukung keputusanku, terlihat wajahnya nampak sumringah.
"Bener - bener itu si Rizwan," ucap Rosi keheranan
"Ehmmmm ehmmm," suara dehem Pak Doni.
"Segera bereskan semua proposal ini Laila," titah Pak Doni.
"Baik, Pak. Akan saya selesaikan."
"Jika sudah, langsung berikan padaku. Jangan bergosip di ruang kerja. Aku tak suka," pungkas Pak Doni tanpa menatapku.
'benar - benar pria aneh, kasihan yang jadi pasangannya'.

Comentário do Livro (432)

  • avatar
    umairahaida

    greget puas sama ceritanya wkwk

    20/05/2022

      3
  • avatar
    Elsa Cinmapa Ciebarani

    cerita yang sangat bagus dan sangat memotivasi, untuk bisa memilih pasangan yang bisa bertanggung jawab untuk keluarga.

    11/01/2022

      0
  • avatar
    MahdaviYusuf

    Menurut saya, novel ini sangat menarik dengan alur cerita yang begitu penuh dengan kehidupan yang tidak adil sang istri dengan perlakukan Mas Rizwan dan ibu mertua

    10/01/2022

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes