logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

7. Alana Ngidam

Denuca telah tiba di New York. Dia keluar dari pesawat pribadi milik Mr. Waston. Pesawat Mr. Waston berjejer rapi di sana. Tentu mereka butuh pesawat untuk melakukan transaksi dengan bebas.
Denuca sendiri punya satu dan itu berada di landasan milik Mr. Waston karena dia belum mampu membeli lahan luas untuk pesawatnya sebagai landasan. Lagipula, lahan milik Mr. Waston masih banyak yang kosong.
“Tuan, Anda akan kam antar ke mana?” tanya bodyguardnya.
“Saya ingin apartemen,” ucap Denuca.
“Baik, Tuan.”
Ia memutuskan kembali ke apartemennya dan mandi di sana. Nanti malam, ia akan ke Cafe tempat Alana bekerja. Ia ingin melihat gadis itu.
***
Sore itu, tamu yang datang lebih banyak dari kemarin. Ada pengusaha yang datang ke sana dan mereka sepertinya sedang membahas suatu pekerjaan.
Alana merasa ditatap oleh salah satu dari mereka. Ia menunduk memerhatikan seragamnya. Memang yang ia kenakan terbilang terbuka dengan rok span pendek dan seragam putih dengan kancing atas terbuka memperlihatkan belahan payudaranya.
“Ck, dasar mata kurang ajar,” batin Alana. Ia menyentuh dadanya dan menutupnya. Keringatnya yang semakin banyak menetes membuat ia semakin seksi.
Ia mencoba menyibukkan diri dan tidak menanggapi tatapan cabul yang dikirim untuknya. Ia hanya bisa mengumpat dalam hati.
Ia berharap mereka segera pergi di sana, tetapi bukan pergi mereka malah semakin bertambah. Bahkan saat senja mulai berganti malam, mereka tidak beranjak di sana.
Ting!
Alana menoleh ke arah pintu Cafe. Tatapannya terkunci pada pria yang masuk dengan mengenakan jas hitam di dalamnya hanya mengenakan kaos polos hitam juga.
“Dokter Denuca,” ujarnya pelan melihat pria itu. Bibir Alana mengerucut mengingat pria itu tidak memberitahu kondisinya saat hamil.
Ia mengikuti tubuh Denuca sampai pria itu duduk dan memanggil writers. Ia bisa melihat betapa senangnya pelayan melihat kedatangan Denuca.
“Aku akan ke sana. Dia harus memberitahuku alasan menyembunyikan kehamilanku,” ucap Alana.
“Fani, boleh minta tolong gantikan sebentar?” tanya Alana.
“Ah, ya.” Fani mendekat dan menggantikan Alana.
Gadis itu langsung mengacir pergi setelah mengucapkan terima kasih. Ia langsung duduk di depan Denuca membuat Denuca yang menikmati makanannya kaget melihat Alana menghampirinya.
Ia sudah tahu jika gadis itu sejak tadi memandang ke arahnya, tetapi ia tidak menyangka Alana akan menemuinya.
“Dokter, apa Anda masih mengingat saya?” tanya Alana.
“Iya.”
“Dokter tahu kondisi saya saat itu,” bisik Alana. Matanya bergerak liar memandang sekitarnya. Ia tidak mau orang lain tahu keadaannya untuk saat ini.
“Dokter tahu saya hamil,” bisik Alana kembali. Denuca mengangguk. “Mana mungkin aku tidak tahu kamu hamil sementara aku yang menyebabkan kehamilanmu,” batin Denuca.
Alana mengembuskan napas kesal. Dia menyilang tangan di depan dada karena kekesalannya dan tanpa sengaja tangannya justru membuat dadanya semakin tertekan ke atas.
Denuca pria normal yang melihat pemandangan di depannya tentu merasa terganggu. Namun, ia hanya menampilkan wajah datarnya.
“Dokter ... kenapa Anda menyembunyikan kondisi saya?” tanya Alana penuh intro.
Yang diintro malah masih terlihat asyik. Ia bahkan menikmati makannya. “Aku tidak tahu, karena saat itu aku hanya memeriksa kondisimu saja,” ujarnya berbohong. :Aku bukan dokter kandungan,” tambahnya membuat Alana mengangguk mengerti.
Denuca tersenyum tipis melihat Alana mudah sekali dibohongi. Sepertinya ucapan Axelio benar, gadis di depannya memang polos dan lugu.
“Lalu, Dokter bilang ‘iya’ tadi. Berarti dokter sudah tahu kondisiku sebelum aku mengatakannya.” Mata Alana memicing.
“Iya, aku mengetahuinya dari Dokter Lonia. Dan, kamu harus tahu. Ke depannya kita akan banyak bertemu karena sekarang kamu pasienku,” ucap Denuca.
“Tidak mau,” tolak Alana. Alis Denuca terangkat mendengar penolakan Alana. Banyak orang yang ingin ditangani langsung dan gadis itu malah menolak mentah-mentah.
“Aku tidak mau karena dokter bukan dokter kandungan,” jelasnya.
“Dokter Lonia tetap bergabung untuk mengontrol kehamilanmu dan aku di bagian lain,” ucap Denuca.
Alana mengerjap. Bagian lain apa katanya? Ia mulai bingung.
“Sudahlah, kamu tidak ke sini untuk mengganggu makan malam pengunjungmu, ‘kan?”
Alana gelagapan. Ia segera berdiri dan kabur di depan Denuca. Ia tidak mau dianggap tidak profesional. Melihat Alana lari membuat tangan Denuca mengambang di atas.
“Ck, padahal dia hamil. Kenapa lari-lari begitu?!” kesal Denuca.
Mereka tidak sadar telah mencuri perhatian Justin. Pria itu berniat meminta Alana untuk pulang lebih awal. Akan tetapi, ia malah melihat Alana duduk bersama Denuca. Ia merasa hatinya sedikit panas.
***
Alana keluar dari Cafe bersama Justin. Mereka ke parkiran dan ternyata di sana ada Denuca sedang berbicara dengan beberapa orang.
“Mr. Justin, bisakah kita bicara sebentar?” Alana menoleh ketika mendengar seseorang memanggil Justin. Matanya membulat melihat pria cabul tadi yang ia tidak tahu namanya.
“Paman.”
“Paman?” batin Alana. Ia tidak menyangka pria itu adalah paman Justin. Lagi-lagi tatapan pamannya Justin membuat Alana terganggu.
Justin menoleh ke arah Alana. “Lana, bagaimana jika kita ikut pamanku sebentar?” tanya Justin tidak enak.
Alana menatap paman Justin dan beberapa kliennya di belakang. Sekarang tatapan lapar mereka membuat Alana bergidik ngeri.
“Eum ... sebaiknya aku pulang sendiri saja, Justin. Kamu pergilah ke sana,” tolak Alana.
“Aku tidak mau kamu pulang sendiri,” ucap Justin lembut.
“Tidak apa-apa, Justin.” Alana kembali menolak dan terpaksa Justin mengalah. Ia mengikuti pamannya.
“Hufhh ... ada gak, ya, taksi,” ucap Alana. Ia sebenarnya sering berjalan kaki jika pulang, tetapi kondisinya tidak memungkinkan.
“Butuh tumpangan?” tawar Denuca membuat Alana kaget.
“Dokter Denuca.”
“Ayolah, kamu tidak takut sendiri di situ tengah malam?”
Alana menimbang sebelum ia mengangguk setuju untuk ikut ke dalam mobil Denuca. Ia duduk di belakang membuat Denuca menatapnya datar lewat kaca spion depan.
“A—ada apa?” tanya Alana polos.
“Aku bukan sopirmu, jadi pindah ke depan.”
Alana cemberut. Dia segera ke depan tanpa turun. Napas Denuca tercekat melihat kelakuan Alana. Ia merasa kepalanya mendidih. Gadis di sampingnya tidak terduga.
“Pasang setabletmu,” ucap Denuca membuat Alana menurut.
Dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat dalam perjalanan, Alana menatap pinggir jalan. Banyak penjual makanan di samping jalan yang masih terbuka.
Ia menempelkan jidatnya di kaca mobil Denuca dengan telunjuk yang mengetuk-ngetuk keluar.
Tuk ... tuk ....
Denuca menoleh sekilas melihat Alana. Ia menggelengkan kepala melihat tingkah Alana.
“Dokter,” panggil Alana.
“Hm.”
“Aku ingin makan itu,” ucap Alana menunjuk penjual yang mereka lewati.
Denuca mengusap wajahnya. Ia tentu tahu jika hamil, gadis di sampingnya akan mengalami ngidam.
“Tunggu,” ucapnya. Ia menepi di jalan dan melihat sekitar jalan. Makanan yang diinginkan Alana sudah mereka lewati dan mereka berada jalan jalur dua. Tidak mungkin bisa membanting mobil dengan mudah. Ia harus ke depan dan mencari arah untuk memutar kembali dan demi Tuhan, Denuca sangat malas karena jalanan yang mereka tempuh akan semakin jauh.
“Besok malam saja,” putusnya membuat Alana langsung cemberut dan menangis.
“Huwaaa Dokter jahat!” Tangisnya membuat Denuca kaget.
Andai saja gadis di sampingnya tidak mengandung anaknya, Dia akan mengikat Alana dan menutup mulut gadis itu dengan kain.
“Sabar, Denuca. Ingat, kau harus terlihat baik di depannya,” batin Denuca. Ia sudah berjanji untuk masuk dan menjadi malaikat di depan Alana meski ia adalah iblisnya.
“Ok, aku belikan.” Tangis Alana langsung reda. Ia segera mengusap air matanya dan menunggu Denuca keluar.
Pria itu terpaksa kuar dari mobil dan menatap ke belakang. Sekitar sepuluh meter jalanan yang harus ia tempuh untuk membeli makanan yang diingin Alana.
“Coba saja dari tadi dia minta,” gerutu Denuca. Ia berjalan dengan kesal. Seumur hidup ia tidak pernah jalan kaki hanya untuk membeli makanan pinggir jalan. Semua ini karena Alana!
***
Bersambung ....

Comentário do Livro (245)

  • avatar
    ELYN

    makasiiiiii

    7d

      0
  • avatar
    JondepCarolina

    qwdfghhhh

    20d

      0
  • avatar
    Evelyn KimEryn

    I LOVE THIS STORY SO MUCH

    02/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes