logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 13 MELAMAR INDIANA

Cuaca begitu cerah, langit di kota Jakarta begitu bersahabat. Suasana rumah sakit masih sama, banyak lalu lalang pasien dan perawat serta dokter yang menjalankan tugas masing masing. Namun, kali ini sangat berbeda, di lorong dekat ruangan dokter Kevin ada sedikit hiasan balon dan pita, dokter kevin sengaja menghiasnya dan dibantu beberapa perawat dan peran Deniz serta Eva untuk menghiasinya.
Kevin sengaja menghias lorong dan ruangannya karena ingin melamar Indiana di rumah sakit di bantu Eva dan Deniz. Eva datang bersama Deniz yang kebetulan sedang tidak praktek dan ingin menemui Indiana. Bukan hanya menemui tapi memberikan kejutan. 
“Indi!” panggil Eva saat melihat Indi yang baru saja keluar dari kamar pasien dan berjalan di lorong rumah sakit. Eva melambaikan tangannya. 
Indi menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan dirinya yang dipanggil lalu menghadap ke arah depan melihat Eva yang tersenyum padanya. Indi sedikit kesal karena sang adik datang di jam kerja. 
“Bocah somplak ngapain kemari,” batin Indi kesal.
“Ada apa datang kemari?'' tanya Indi melihat Eva dan Deniz bergantian.
“Ada sesuatu buat lo. Ikut gue sebentar, tapi tutup mata lo!” titah Eva memutar Indi lalu menutup mata Indi dengan kedua telapak tangannya.
''Ada apa sih?” Indi mengikuti langkah Eva yang menuntunnya berjalan diikuti Deniz di belakangnya.
“Sudah nurut aja!” Eva tersenyum sedangkan Kevin sudah menunggu di depan ruangan bersama para perawat yang membantunya, dan memang sedang jam istirahat.
“Mau dibawa kemana?” tanya Indi lagi.
“Mau gue bawa ke pelabuhan terakhir!” jawab Eva tertawa kecil.
“Ngaco!”
Eva hanya tertawa lalu berhenti.“ Sudah sampai, Gue hitung sampai tiga.” Eva mulai berhitung lalu membuka tangannya dari mata Indi
Betapa terkejutnya Indi melihat tulisan will you marry me di belakang Kevin. Sejenak Indi terperangah melihat apa yang dilakukan Kevin, ia tidak menyangka Kevin melamarnya, dan Pria pertama yang berani melamarnya.
Kevin mendekati Indi dan tersenyum. “Indiana Brugman, maukah kamu menikah denganku?” ucap Kevin membawa cincin.
Sejenak Indi melihat Eva yang sedari tersenyum dan berkaca-kaca, ada rasa haru di hati Eva, karena ia juga sedikit iri dengan cara melamar Kevin yang begitu romantis sedangkan acara lamarannya harus adu mulut lebih dulu bersama Deniz. Yah, itu membuat kesan tersendiri baginya dan juga Deniz.
“Terima, terima!” seru semua yang menyaksikan. Indi melihat Eva sejenak tanda meminta pendapat, dan Eva hanya mengangguk tanda setuju.
Indi tersenyum dan mengangguk malu.“Iya aku malu.”Indi melihat kevin tersenyum malu, lalu Kevin memasangkan cincin ke jari manis indi.
“Nanti malam aku akan datang ke rumahmu. Aku juga sudah izin dengan Daddymu kalau akuau datang melamarmu,” ucap Kevin tersenyum melihat Indi yang juga tersenyum diiringi anggukan Indi.
“Akhirnya lo ada yang DP.” celetuk Eva pada Indi dan itu membuat gelak tawa semuanya.
“DP? Memangnya gue rumah subsidi.” Indi mendorong pelan Eva yang membuat Eva terhuyung dan sedikit tertawa. tak lama semua rekan dokter dan perawat yang menyaksikan acara lamaran Kevin dengan Indi memberikan selamat. Setelahnya mereka kembali bekerja di bagian masing-masing.
Namun, sebelum itu Indi dan Kevin sejenak berbicara dengan Eva dan Deniz.“Jadi nanti gue manggil lo tante dong, Ndi? Bukan kakak lagi!” ucap Eva. 
“Sejak kapan lo pernah manggil gue kakak'' balas Indi mengusap wajah Eva, Kevin tertawa begitu juga Sedangkan Eva hanya menyunggingkan senyumnya.
“Disesuaikan saja, kalau di rumah panggil kakak. Nanti kalau lagi ngumpul di keluargaku, panggil tante dan om,” saut kevin menengahi.
''Bisa begitu?"
“Apa yang tidak bisa, kamu saja jadi calon istri ku," saut Deniz merangkul Eva.
''Sudah-sudah, sana pulang gue mau balik kerja lagi!” usir Indi mendorong pelan Eva.
“Ini rumah sakit gue!”
“Belum resmi!” Indi kembali sedikit mendorong Eva.
“Sudah, ayo pulang. Kalian lanjut saja kerja, biar aku urus bocah biangnya ribut,” saut Deniz lalu merangkul Eva dan berjalan keluar rumah sakit.
“Hah, bocah? Kamu pikir aku bocah?” saut Eva tidak terima.
''Sudah diam, nanti aku cium kamu, mau?” jawab Deniz yang terus merangkul Eva tidak peduli banyak pasang mata yang melihat mereka terlebih Deniz.
"Mau!” balas Eva yang langsung mempererat rangkulan Deniz dan itu membuat Deniz tertawa. Mereka melangkah menuju parkiran. 
“Mau kemana, mau nonton?'' tanya Deniz saat masuk kedalam mobil dan melihat Eva yang tersenyum dan belum mengenakan sabuk pengamannya. Perlahan Deniz mendekatinya dan sedikit menggoda Eva, Eva yang sadar wajah Deniz terlalu dekat dan itu membuat jantungnya tidak terkontrol sedikit memundurkan wajahnya.
“Mau ngapain?” tanya Eva.
“Katanya mau dicium?” goda Deniz dan semakin mendekatkan wajahnya, padahal Deniz hanya ingin menarik sabuk pengaman Eva , namun karena Eva takut tanpa sadar Eva menepuk pipi Deniz.
‘Plak!’
“Aduh! Sakit Oneng! katanya tadi mau dicium?'' pekik Deniz mengusap pipinya, dan melihat kesal bercampur gemas melihat ekspresi Eva yang ketakutan.
“Jangan coba-coba cium aku!” 
“Kenapa?” 
“Gak mau bunting duluan!” Eva masih menarik wajahnya berusaha menjauh dari wajah Deniz.
Deniz menahan tawa, benar kata Indi, adiknya ini terlalu polos.“Ciuman gak bisa buat bunting, Eva Melisa, ya Tuhan….” 
Deniz masih tidak habis pikir dengan cara berpikir Eva, entah siapa yang memberi pemahaman jika ciuman itu bisa membuat hamil. “Kamu itu calon istriku, jadi sah-sah aja kalau aku mau cium. Waktu tunangan aku udah cium kening kamu kan, terus hamil gak?” ujar Deniz datar. Eva semakin tidak enak hati karena dimata Eva Deniz seperti marah saat ia tampar.
''Ya sudah ini, Tapi aku belum pernah ciuman bibir,” ucap Eva polos membuat Deniz menahan tawa.
''Ya memang gak boleh, yang boleh mencium kamu itu, aku. Hem!" Deniz meraih tengkuk Eva dan melihat lekat mata indahnya, Deniz mengusap lembut bibir Eva dengan ibu jarinya.
“Deniz,” lirih Eva.
Perlahan Deniz mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Eva. Eva memejamkan matanya, merasakan lembut bibir Deniz. Jantung keduanya berdetak dua kali lipat tidak seperti biasanya. terlebih Eva yang baru pertama kalinya berciuman. Eva tanpa sadar memegang rahang Denis dan mengusapnya dengan lembut.
Setelah selesai mereka menyatukan keningnya dan tersenyum. Deniz mengusap lembut pipi Eva.
"Seni çok seviyorum, Canım,"
"I love you too soo much,” jawab Eva kemudian mereka tertawa kecil.
"Nereye gidiyorsun?" 
"Hah?”
"Mau kemana, mau ngapain?" balas Deniz
"Yemek,"
"Hem, udah Bisa bahasa turki?"
"Biraz,"
“Çok güzel," Nalas Deniz mengusap lembut pipinya Eva.
Ya, diam-diam Eva mulai belajar bahasa dari calon suaminya, setidaknya ia tahu sedikit agar nanti paham jika keluarga besar Daniel berkunjung saat hari pernikahannya tiba.
"Tapi nanti ajarin ya?"
“Tamam!” 
Deniz melajukan mobilnya menuju sebuah restoran, karena mereka juga belum makan siang. Semakin hari semakin tubuh rasa cinta di hati keduanya.

Comentário do Livro (78)

  • avatar
    melonmitra

    mantapp

    1d

      0
  • avatar
    KaramokeyauYohanes

    2222

    20/08

      0
  • avatar
    Ivan Witami

    bagus

    19/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes