logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Kentang atau Wortel?

CHAPTER 3~
"A-ku harus ngapain?" Freya kebingungan.
Tante Ghea menatap Bintang dengan tatapan begitu meremehkan, lalu bertanya, "Siapa perempuan yang kamu gendong sambil basah-basahan? Apa kamu terlalu patah hati karena Jenna lebih memilih Emir ketimbang kamu, makanya kamu nyewa cewek nakal buat main sama kamu, iya?!"
"Bukan urusan Tante!" jawab Bintang geram.
Gino marah sungguhan saat Bintang berani membentak Mamanya. Ia menarik kerah baju Bintang dan meledak, "BERANI LO NGEBENTAK MAMA GUE?! MATI LO-"
"KELINCI!!!" panggil Freya dengan suara besarnya dan sudah berani masuk ke ruang keluarga Aljazari. Dia cengengesan menyapa semua orang yang terlihat kebingungan akan kehadirannya.
"BEBEK???" balas Bintang tidak kuasa dengan jantung hampir copot menyaksikan kehadiran gadis bebek itu lagi. Tapi... berkat kedatangan si gadis bebek, Bintang tidak jadi dipukuli Gino.
Gana mengerutkan dahi mendengar panggilan konyol itu, "Kelinci? Bebek? Hah, apa-apa'an ini?"
Freya berjalan semakin maju. "Assalamualaikum. Maaf, semuanya kalau aku mengganggu. Aku tamunya...." Freya berpikir mengenai panggilan yang terdengar lebih dekat, "Mas Bintang."
Bintang terperangah mendengar panggilan dari gadis bebek untuknya.
"Waalaikumsalam," jawab beberapa.
"MAS Bintang?!" Gana terlihat tidak senang mendengar gadis bebek menyebut Bintang dengan panggilan 'Mas'.
Jenna menatap gadis dengan baju bebek itu dari kepala sampai ke ujung kaki. "Kamu... cewek yang basah-basah tadi siang kan sama Kak Bintang?"
"Iya," jawab Freya tersenyum lebar dengan percaya diri.
Gino menggigit bibir bawahnya sembari memerhatikan kecantikan gadis yang begitu lancang masuk ke ruang keluarga ini. "Cantik juga cewek booking-an lo, Bin."
"Jangan sembarangan bicara!" kesal Bintang pada sepupu laki-lakinya itu. Karena kedatangan gadis bebek itu, Bintang selamat sementara dari cercaan keluarganya untuk saat ini meskipun Bintang penasaran bagaimana bisa gadis itu dengan lancangnya masuk daerah istimewa Aljazari. "Dia temanku dan akan makan malam sama kita!"
Emir memutar bola matanya tak percaya jika Bintang punya teman perempuan yang terlihat spesial di kapal ini. "Baru temenan tadi, kan?" tebak Emir.
"Ayo makan!" potong Bintang, lalu memberi kode melalui tatapan kepada gadis bebek untuk segera duduk di dekat meja makan.
Freya tersenyum lebar, tidak menyangka jika Bintang akan mengajaknya makan bersama keluarga. Keluarga? Di dalam hati Freya ada rasa curiga mengapa Bintang seperti disudutkan, bahkan dipukuli seperti tadi.
Karena tidak ingin terlihat sebagai keluarga yang kacau di hadapan orang lain, maka mereka semua menahan emosi masing-masing dan memilih makan.
Gino menawarkan pada Freya, "Manis, kamu bisa duduk di sebelahku."
Freya terlihat bingung ingin duduk di kursi sebelah mana.
"Di sebelah sini!" pinta Bintang. Tentu, Bintang sudah sangat paham sikap Gino yang genit dan suka main perempuan.
"Ehm!" Gino berdeham kesal.
Freya berseru senang dan segera duduk di sebelah Bintang yang tentu lebih dia kenal dibandingkan anggota lain.
Sebelum memulai makan, Tante Ghea ingin menebak-nebak tentang gadis datangan itu. "Siapa namamu?"
"Freya..., Tante," jawab Freya santai dan cukup mudah beradaptasi dengan keluarga itu.
Anggota lain ikut memperkenalkan diri.
"Emir."
"Jenna."
"Gino."
"Gana."
"Yang ini siapa?" tanya Freya ramah pada koki muda yang hanya berdiri saja.
"Aku Azel, Nona," jawab Azel tersenyum kikuk, dibalas senyum lebar oleh Freya.
"Kamu pasti bukan sembarang orang karena bisa naik SIRENA," kata Tante Ghea yakin. "Orang tuamu kerjanya apa, Freya?"
Freya tampak tidak mau memberitahukan perihal tentang keluarganya.
"Kerja halal, Tante. Hehe," jawab Freya mengernyih.
"HAHA!" tawa Tante Ghea tidak menyangka dengan jawaban Freya, kesal juga. Freya seolah main rahasia dengannya.
Gino merasa sosok Freya ini terlalu imut untuk diabaikan. "Udah punya cowok belum? Aku daftar, boleh?"
Bintang sudah hapal pertanyaan-pertanyaan Gino kepada semua perempuan yang dijumpai. Muak sekali rasanya oh Tuhan!
"Apa Kakak mau sama cewek booking-an?" tanya Freya balik, menyindir tentang perkataan Gino yang sempat menduga diri Freya sebagai wanita nakal.
"Ah, maaf tentang itu," kata Gino menyesal. "Aku tadi cuma bercanda."
Gana terus memerhatikan penampilan Freya sejak tadi. "Bajumu bagus dan lucu deh. Beli di mana?" tanya Gana sembari memelintir rambut bobnya yang pendek sebahu.
"Di toko baju," jawab Freya realistis, malas menjabarkan di mana dia membeli. Jawabannya itu dibalas tatapan sebal oleh Gana.
"Pfffttt!" tawa Bintang tak sengaja karena senang melihat keluarga Tantenya itu kesal dengan semua jawaban si gadis bebek.
Emir ikut buka suara. "Salam kenal, Freya. Semoga kita bisa berteman baik."
"Makasih, Kak... Emir...," balas Freya yang memerhatikan kemiripan wajah antara Emir dengan Bintang. "Kak Emir mirip banget sama Mas Bintang. Pffftttt!" tawa Freya merasa lucu.
"Heh! Mana ada!" tolak Bintang cemberut.
"Bintang itu hanya serpihan kecil dari ketampanan wajah saya," kata Emir yang juga tidak terima.
Bintang menatap kesal pada Emir, lalu dibalas Emir dengan tatapan yang lebih sebal. Entah kenapa perasaan Bintang sedikit senang, seperti ada senda gurau sebelum makan. Sudah lama Bintang tidak merasakan momen seperti ini. Berkat si gadis bebek, suasana menjadi tidak sesuram biasanya.
"Namanya juga saudara kandung," jelas Jenna ikut terkekeh melihat Emir dan Bintang saling cemberut karena tidak mau mengakui kemiripan.
"Oh... kandung," paham Freya mengangguk. "Kalau mereka???" tanya Freya menunjuk Tante Ghea, Gino, dan Gana."
Jenna menjelaskan lagi. "Tante Ghea ini adik kandung dari Papanya Kak Emir dan Kak Bintang. Jadi, Kak Gino dan Gana ini sepupunya mereka. Kak Gino ikut kerja dengan Kak Emir, sedangkan Gana lagi libur kuliah agak lama makanya bisa ikut naik Sirena."
"Kalau kamu?" tanya Freya pada Jenna dengan tatapan berbinar.
"A-aku...," jawab Jenna terbata.
"Calon istri saya," tegas Emir yang sudah mulai memilih lauk.
Freya mengangguk paham. Di matanya sosok Jenna begitu cantik dan pantas untuk sosok Emir yang keren. Freya ingin tahu lebih banyak, tapi untuk saat ini cukup informasinya. Perut Freya sudah meronta-ronta ingin diisi makanan, apalagi melihat ada sup dengan wortel yang banyak.
Semuanya mulai menikmati makan malam.
Sup yang disediakan Azel sudah ditakar pada mangkuk masing-masing. Jika ada yang ingin menambah, bisa mengambil pada wajan besar tak jauh dari sana.
Baru di menit awal, tingkah Freya maupun Bintang sangat mencuri perhatian. Pasalnya, Bintang memisahkan wortel dari supnya ke piring lain, sedangkan Freya menyingkirkan kentang yang ada di supnya.
"Heeeh?" tanggap Gana aneh melihat tingkah Bintang dan Freya. Mengenai Bintang yang tidak suka wortel memang Gana sudah tahu betul, tapi tidak menyangka jika Freya kebalikan dari Bintang.
Azel yang tidak berkonsentrasi kerja malam ini sudah melakukan kesalahan. Ya, dia lupa jika Bintang tidak suka wortel. "Captain Bintang, maaf aku ceroboh malam ini."
"Ga apa, Zel. Lain kali konsentrasi ya," tutur Bintang yang tersenyum karena aroma masakan Azel selalu enak.
"Mas Bintang, kok buang wortel?" tanya Freya mengerucutkan bibir. Tingkah Bintang yang menyingkirkan wortel membuat hati Freya ngilu, teringat sebuah kenangan masa lalu dengan seseorang.
"Lah, situ kok malah buang kentang?!" respons Bintang tak kalah kesal menatap Freya.
Freya berusaha menutupi kesedihan di wajahnya. Dia tidak boleh terbawa suasana.
Jenna merasa lucu melihat tingkah Bintang dan Freya. Dia pun memberi saran, "Daripada dibuang, mending kalian barter."
"Ah, iya!" seru Freya memberikan piring berisi kumpulan kentang yang dia singkirkan dari supnya kepada Bintang. Selanjutnya, Freya mengambil piring milik Bintang yang terdapat kumpulan wortel.
Bintang hanya menganga tidak percaya dengan tingkah si gadis bebek yang begitu pecicilan dan sesuka hati. Oke, dia menahan kegelisahannya itu. Jika makan malam usai, Bintang berniat bicara empat mata dengan Freya.
***
Setelah semuanya selesai menyantap makanan, Emir menatap serius pada Bintang dan Freya. Dia bertanya, "Tentang laporan dari Jenna. Jadi, apa yang membuat kalian berdua basah-basahan siang tadi?"
Deg.
Bintang dan Freya saling pandang, apa yang harus mereka katakan?
"Buruan jawab!" paksa Gana yang penasaran.
Bintang memberi isyarat kepada Freya untuk diam, biar Bintang saja yang bicara. "Boneka bebek Freya jatuh ke laut. Dia nekat nyebur dan kesulitan ngambil bonekanya, jadinya kubantu."
Tante Ghea menginterogasi, "Memangnya Freya tinggal di deck berapa?"
"Sepuluh, Tante," jawab Freya tak sengaja jujur. Ia segera menahan mulutnya.
Padahal, Bintang sudah memperingati agar Freya diam saja.
"Jauh juga ya main ke deck paling bawah sampai bonekamu jatuh ke laut," kata Tante Ghea merasa ada yang tidak beres. "Atau... jatuh dari haluan? Kan kamu katanya di deck sepuluh. Kalau iya, kamu sangat merepotkan juga ya, Freya."
Gino menimpali, "Ya ga mungkin juga lah, Ma, kalau boneka Freya jatuh dari haluan, terus mereka nekat nyebur dari ketinggian itu. Udah gila si Bintang kurasa."
"Haha!" tawa Bintang menatap kesal pada Gino. "Ga mungkin gue segila itu." Tanpa sadar itu artinya Bintang mengakui dirinya gila.
Freya menoleh ke arah Bintang yang berusaha menutupi kejadian sebenarnya bahwa awal mula masalah itu karena kecerobohan Freya, membuat Bintang jatuh dari haluan. Ditambah ada insiden pria burung hantu mengerikan yang ingin menyakiti Bintang. Freya ingin menjelaskan yang sebenarnya, tapi Bintang seperti melarangnya. Mengapa pihak keluarga tidak berhak tahu? Apa Bintang memang tipe orang yang selalu memendam masalah sendirian? Berarti sama seperti Freya, dia juga sebenarnya menyimpan ketakutan pada pria burung hantu yang entah siapa di balik topeng itu.
Bahkan... Freya yang mengingat tamparan dari Tante Ghea untuk Bintang pun merasa tidak enak hati. Bagaimana dengan perasaan Bintang sekarang? Bintang malah terlihat biasa saja. Kalau hal itu terjadi pada Freya, mungkin dia sudah tidak selera makan dan memilih pergi.
"Kita keluar," ajak Bintang pada Freya.
Sebelum keluar, Freya sudah berterima kasih dan berpamitan kepada semuanya.
"Freya, nomor kamarmu berapa?" tanya Gino mengejar.
Bintang langsung memasang badan, menghalangi Gino yang ingin menghampiri Freya. "Cari cewek lain!" larang Bintang agar Gino tidak mengganggu kepentingannya dengan Freya.
"Aish!" gerutu Gino geram melihat Bintang sudah membawa Freya pergi. "Kenapa Bintang ngelarang gue buat deketin tuh cewek? Apa benar mereka punya hubungan spesial? Cepat juga ya Bintang move on darimu, Jenna."
Jenna memilih diam, sedangkan Emir menatap tajam pada Gino.
***
Di sekitaran lorong daerah istimewa deck 14, Bintang berjalan kikuk bersebelahan dengan Freya.
"Gimana ceritanya kamu bisa masuk daerah istimewa saya?!" tanya Bintang dengan nada was-was.
"Ini!" Freya menunjukkan lencana jangkar berkepala kelinci ke hadapan Bintang.
"Heh! Kok bisa di kamu?" Bintang baru menyadari jika dia kehilangan benda itu, karena tadi jas kerjanya tidak diperiksa lagi. Ia ingin merebutnya dari Freya.
"Eits! Siang tadi benda ini jatuh di kamar saya!" kata Freya meniru bicara 'Saya' gaya formal ala Bintang.
"Kamu ke sini mau balikin lencana itu, kan? Ayo, sini balikin!" pinta Bintang tidak sabar.
"Ada syaratnya!"
Bintang sampai menepuk jidat. Apa mau si gadis bebek ini sampai memberi syarat segala. "Kamu jangan main-main sama saya!"
"Pertama, aku butuh jawaban jujur dari Mas Bintang sendiri. Aku tadi lihat di layar besar deck sepuluh, ada gambar Mas Bintang dengan segala promosi kapal SIRENA DUA! Apa benar Mas Bintang... penguasa kapal ini?" tanya Freya dengan mata berkedip cepat.
"Ya," jawab Bintang singkat, ingin segera mendapatkan kembali lencana berharganya.
"Kedua. Mengapa Mas Bintang peduli padaku sewaktu kita jatuh dari kapal?"
"Jangan ge'er. Saya tahu kalau siang tadi saya sudah melakukan hal gila. Semua itu demi nama baik perusahaan dan keselamatan penumpang di kapal ini. Kamu kan penumpang SIRENA DUA milik saya."
"Oke. Yang ke tiga. Aku mau minta nomor telepon pribadi Mas Bintang," kekeh Freya penuh harap.
"Ga akan," tolak Bintang.
"Ayolah, please! Mas Bintang kan baik."
"Siapa yang suruh kamu panggil saya 'Mas'?! Panggil saya Captain!"
"Aku bukan awak kapalmu, Mas," balas Freya tersenyum gigi.
"Ck! Ya sudah, panggil 'Kak' aja!"
"Suami aja deh! Haha!" ledek Freya lucu.
"KAMU!!!" marah Bintang menjelit, tapi wajahnya bersemu juga melihat Freya yang imut dan centil itu bergaya di depannya.
"Iya, Mas?" balas Freya tersenyum gemas.
Bintang mendengus lelah, berusaha tenang.
"Minta nomor teleponnya," mohon Freya memelas.
"Buat apa???"
"Mau aku SPAM! Hehe!" tawa Freya.
"No!"
"Canda! Pokoknya, minta nomor telepon!"
"BIG NO!!!"
"Oke, ga akan aku kasih lencana kelincinya!" ancam Freya cemberut.
"Oh, bebek ini nantang saya ya!" Bintang mencoba merebut paksa lencana jangkar kelincinya itu. Saking hebohnya dia sampai menghimpit tubuh Freya pada kabin. "Balikin kelinci saya!"
"Au!" pekik Freya saat punggungnya membentur kabin.
Tiba-tiba datanglah sosok gadis muda dengan jilbab krem sedang menggendong balita perempuan, mereka baru saja memasuki daerah istimewa Aljazari. Dia syok melihat Bintang seperti sedang bercumbu dengan seorang gadis cantik tak dikenal.
"ASTAGHFIRULLAH, KAK BINTANG NGAPAIN???" teriak gadis itu heboh sambil menutupi kedua mata balita perempuan yang digendongnya.
*
Bersambung...

Comentário do Livro (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

      1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

      5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

      4
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes