logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Kelinci VS Bebek

CHAPTER 2~
"AAAAAA!!!" teriak gadis bebek saat akan jatuh bebas dari haluan kapal menuju laut. Awalnya, dia memang asal sebut saja ingin menyusul bebeknya, tapi... laut semakin terlihat seram saat ini. Dia memang bisa berenang, tapi aura laut terlalu dingin membuatnya lemas. Teriakannya terhenti saat tangannya ditangkap Bintang. Gadis itu kini menggenggam erat lengan Bintang dalam ketakutannya.
Bintang tentu tidak ingin ada korban jiwa karena insiden di kapal perusahaannya. Dia yang sebenarnya sudah terjatuh akibat tali yang putus dengan cekatan meraih sebuah besi yang menjadi satu-satunya penahan sementara.
Napas Bintang terasa berat, tapi ia cukup tenang karena tidak melihat lagi sosok burung hantu mengerikan yang ada di dekat haluan tadi. Sepertinya, sosok aneh itu ingin bermain-main dengannya.
"Hiks...," gadis itu menangis dan gemetar.
Bintang pikir, marah dengan gadis itu bukanlah hal yang tepat untuk sekarang. Dia tidak ingin gadis itu terguncang di saat genting seperti ini. "Jangan nangis, kita ga akan mati konyol karena kegilaanmu."
"Maaf...," ucap gadis itu menyesal sudah membuat Bintang mengalami kejadian gila bersamanya. Terlebih tentang sosok dengan topeng burung hantu tadi menambah suasana mencekam. Apakah pria baik yang menolongnya ini punya musuh-musuh yang mengerikan?
"Berpegangan kuat," pinta Bintang yang menarik gadis itu agar berpegang pada tubuhnya.
Gadis bebek dengan segala usahanya berhasil memeluk Bintang dalam keadaan bergelantungan di atas ketinggian itu.
Bintang menjelit dan sedikit menjauh saat wajah gadis itu menatapnya lekat. Kedua tangan gadis itu memeluk erat tengkuk dan bahu lebarnya. Bintang juga tidak mau sengaja dalam posisi seperti ini. Gadis ini bukan siapa-siapanya, tapi sudah berani menyentuh tubuhnya.
"Kita harus gimana?" tanya gadis itu pusing melihat gelombang laut di bawah.
"Menyusul bebekmu seperti yang kamu inginkan!" celetuk Bintang lelah.
"Jadi, kita akan lompat???"
"Ya, mau gimana lagi? Tangan saya ga akan kuat pegangan terus di sini sambil nahan beban tubuhmu."
"Lautnya terlalu... gelap!" takut gadis itu.
"Jangan melepas saya kalau ingin selamat." Bintang sudah bersiap-siap ingin melompat pada ketinggian itu.
"T-tapi... AAAAAA!!!" jerit gadis itu ketika Bintang mengajaknya terjun bebas.
***
Lima belas menit kemudian.
Deck 2 (lantai hampir paling bawah).
Tampak wujud Bintang yang basah kuyup masih dengan seragam miliknya. Ia saat ini menggendong tubuh gadis yang sempat jatuh bersamanya ke laut. Tak lupa, di tangan kanan Bintang pun membawa boneka bebek besar yang basah pula.
Beberapa awak kapal ingin membantu Bintang lebih banyak, tapi bagi Bintang sudah cukup anak buah kapalnya menemukan boneka bebek yang belum terlalu jauh dan dalam tenggelam di laut. Anak buah kapal juga membantunya naik ke kapal lagi usai insiden cebur nekat dan membahayakan jika tidak dilakukan oleh yang ahli seperti Bintang.
Gadis yang ada di gendongan Bintang terlihat masih syok, dia diam seperti memikirkan banyak hal yang membuat air matanya mengalir deras. "Hiks..."
"Kita masih hidup," kata Bintang dengan nada jengkel sekaligus prihatin melihat gadis tersebut. Apa gadis ini punya masalah hidup yang berat sampai berani uji nyali di haluan?
Semua orang memerhatikan Bintang dan gadis itu sepanjangan. Sampai, tibalah mereka di depan pintu lift, Bintang ingin mengantar langsung ke room gadis itu. (Room= ruang/kamar)
Ting!
Pintu lift terbuka.
Bintang terkejut melihat siapa yang keluar dari lift itu. Gadis berambut hitam panjang dengan pakaian anggunnya, cinta pertama Bintang sedari kecil, Jenna Maula (23th).
"Kak Bintang???" tegur Jenna syok melihat Bintang menggendong sosok gadis tak dikenal, keduanya basah kuyup dengan Bintang membawa boneka bebek kuning besar.
Mata Bintang mendadak berkaca-kaca bertemu dengan Jenna. Jujur, hatinya masih sakit perihal Jenna dikabarkan sudah punya perencanaan akan menikah dengan Emir.
"Kakak kenapa? Kok bisa begini??? Dan ini siapaaa?!" tanya Jenna khawatir dan ingin tahu banyak.
"Urusi aja Bang Emir!" celetuk Bintang kecewa. Bintang memilih untuk masuk lift dan mengabaikan Jenna yang terlihat bersedih.
Bintang menekan tombol angka 10, yaitu menuju deck 10 tempat room-nya si gadis bebek.
Setelah tiba di deck 10, Bintang buru-buru menuju ke room nomor 4.
"Benar ini room-mu?" tanya Bintang, namun tidak direspons oleh gadis itu. Dengan wajah sebalnya, Bintang memeriksa sendiri identitas di pintu mengenai penghuni room 4 deck 10 saat ini.
Setelah menekan sebuah tombol pada pintu, Bintang melihat nama dan foto yang terpampang pada layar identitas. LAFREYA HARHARAH (23th). "Heh, tua'an saya dua tahun."
Melihat gadis itu sangat lemas, Bintang menuntun jempol kanan gadis itu untuk menekan pada monitor sidik jari. Hasilnya cocok, memang benar gadis itu menyewa room tersebut di kapal pesiarnya Bintang.
Bintang pun memasuki kamar tersebut, berharap gadis itu turun dari gendongannya untuk segera mandi dan berganti pakaian hangat. Di saat Bintang akan menurunkannya, pelukan gadis itu malah semakin erat.
"T-turun!" pinta Bintang panik.
"Ga mau!" bantah gadis itu gemetar.
"Turun! Ini udah nyampe kamar kamu!" paksa Bintang.
"GA MAU!!!" tangis gadis itu semakin erat memeluk Bintang.
Bintang sampai membatin tidak percaya, "Ya Allah, cewek ini nakal banget! Tolooong akooo!"
"LAUTNYA DINGIN, GELAAAP!" teriak gadis itu serius.
Karena terlampau kesal, Bintang membanting tubuh gadis itu ke tempat tidur.
Gadis itu menangis bersama keheningan Bintang yang sementara, setelah ini Bintang benar-benar marah.
"MAKANYA SAYA NYURUH MANDI AIR HANGAT DAN GANTI BAJU BIAR GA DINGIN! KAMU INI SIAPA BERANI-BERANINYA MEMBUAT SAYA MENGALAMI INSIDEN SEPERTI INI?! KERJAAN SAYA BANYAK! SAYA HARUS ATUR INI, ITU, AWAK KAPAL SAYA, KENTANG SAYA, DAN LAINNYA! BUKAN BUAT NGURUSIN CEWEK BEBEK MACAM KAMU!" ungkap Bintang cukup puas dengan napas tersengal.
Pukh!!!
Dengan beraninya, baru saja gadis itu melempari boneka bebek besarnya yang basah itu tepat ke muka Bintang yang berang.
"HOUY!!!" Bintang geram tidak kuasa. Gadis itu bukannya berterima kasih, malah melemparkan boneka bebek padanya. Bintang ingin menarik gadis itu ke laut lagi. "Ayo, sini nyebur lagi! Kurang yang tadi? Mau mampus beneran?!"
Gadis itu seolah baru pulih dari penglihatan gelapnya. Jujur, karena rasa syok membuat gadis itu kacau. Dia ingin berterima kasih dengan Bintang, tapi...
"NANTI SAYA ROBEK-ROBEK JUGA BONEKA BEBEKMU YANG BULUK INI!" amuk Bintang seraya mencaci boneka kesayangan gadis itu.
Gadis itu cemberut lagi, lalu mengumpat, "Kurobek juga nanti mulut Kelinci satu ini!"
"KAMU BILANG APA BARUSAN?!" Bintang tentu mendengar jelas umpatan itu. Mata Bintang pun tak sengaja melihat paha mulus gadis itu akibat rok yang basah dan tersingkap.
"Apa lihat-lihat?!" tantang gadis itu memegangi bagian roknya yang tersingkap. "Mau aku lihatin semuanya?! NIH!"
"JANGAAAN!" syok Bintang menutup mata. "Dasar, bebek nakal! Kamu sudah buat saya berdosa banyak hari ini!"
"Semua makhluk hidup memang penuh dosa. Mari kita lanjutkan," kata gadis itu yang sengaja menakut-nakuti Bintang.
"Bodok!!!" marah Bintang yang langsung keluar dari kamar gadis itu dengan perasaan gila.
Gadis itu mengembus napas lelah. Ia ingin memeluk boneka bebeknya terlebih dahulu sebelum mandi. "Bebek, hari ini kita bertemu kelinci nakal!"
Tak lama dari itu, ia menemukan lencana jangkar berkepala kelinci berada di lantai kamarnya. Gadis itu mengambil benda yang diyakini milik pria yang sudah menolongnya tadi. "Hmmm, Freya..., kamu berhutang nyawa padanya," ujarnya bicara pada dirinya sendiri.
**
Malam harinya. Rute perjalanan masih di laut Australia.
20.00 || Posisi di deck 14 (Daerah istimewa khusus keluarga besar ALJAZARI).
Saat ini, mereka akan mengadakan makan malam bersama. Hal ini benar-benar membuat Bintang malas. Ya, dia sangat malas bertemu dengan keluarga yang tidak ada dukungan sama sekali padanya. Bintang bagaikan sampah di keluarga ini tanpa Papa dan Mamanya lagi. Semuanya terasa hancur dan hambar semenjak kedua orang tuanya meninggal secara tragis di depan matanya.
Bintang masih merenung di kamar sembari memijat kaki kanannya, ia terlihat ragu makan malam bersama kali ini. Pikirannya juga terus dihantui oleh sosok pria bertopeng burung hantu yang hampir membunuhnya. Ingin saja Bintang memerintah awak kapal untuk mencari sosok itu, tapi perasaan Bintang sangat kuat menyatakan bahwa si burung hantu adalah orang terdekat, tapi Bintang tidak mengenal suaranya. Mungkinkah itu penjahat sewaan, tapi atas perintah siapa? Bintang ingin mencari tahu sendiri.
Kemudian, rasa rindu kian menusuk lagi. Setelah mengenang kepergian orang tuanya 1 tahun yang lalu, Bintang juga mengenang almarhum sahabatnya yang meninggal 6 bulan yang lalu. Hati Bintang dihantam cobaan berkali-kali dalam tahun ini.
Tangan Bintang mengambil sebuah foto yang berada di dalam buku catatan pelayarannya. "Bang Na..., gue ngerasa makin sendirian sekarang. Kenapa lo harus ninggalin gue juga? Gue...." Air mata mengalir tanpa izin. "Cuma lo yang ngertiin gue. Bang Emir aja ga peduli sama kehancuran gue."
Bintang masih belum menerima sepenuhnya takdir buruk ini. "Lo kan udah janji sama gue, Bang, kalau mau ngajak gue pesta kentang di SIRENA DUA ini."
Tok. Tok. Tok.
"Captain?"
Suara koki Azel memanggilnya. Lantas, Bintang menyimpan foto 'Na' sahabatnya itu ke dalam buku catatan pelayarannya, lalu ia membuka pintu tanpa bicara apa pun.
Azel menghadap. "Maaf sebelumnya. Captain Emir, Nyonya Ghea, Tuan Gino, dan Nona Gana sudah menunggumu di meja makan," terang Azel dengan wajah cemas karena sudah yakin kalau Bintang tidak mau bergabung.
"Makan sama Bang Emir aja saya males, apalagi ada Tante sama dua sepupu yang hanya bisa mengumpati saya," tolak Bintang. Dia tidak setuju dengan keikutsertaan Tante dan dua sepupunya yang mengikuti Emir naik kapal ini.
"Ada Nona Jenna juga, Captain," sebut Azel lagi.
"Iya," kata Bintang murung.
"Nona Jenna nangis," cemas Azel yang sudah merasakan sesuatu yang tidak enak akan terjadi.
"NANGIS???" Bintang masih saja panik jika tahu Jenna menangis. Ia pun menerima ajakan makan malam bersama, lalu pergi bersama Azel menuju ke room keluarga.
***
Di lain sisi.
Deck 10.
Di kamarnya, Freya memeluk boneka bebek besarnya yang sudah kering. Sore tadi ia mengeringkan boneka itu menggunakan mesin laundry serba lengkap dalam kamarnya.
Sekarang gadis bebek itu sedang kebingungan. Dia ingin mencari pria pemilik lencana jangkar berkepala kelinci untuk dia kembalikan benda itu kepada empunya.
"Ga mungkin aku menjelajah dari deck satu sampai deck paling atas buat nanyain pemilik lencana ini?" pikir Freya sudah lelah duluan.
Freya berjalan-jalan di sekitar restoran deck 10 sekaligus ingin mencari cemilan malam mana yang enak. Malam hari pun Freya tetap terlihat cerah karena setelan kuningnya berupa sweater bergambar bebek dengan rok kuning tanggung di bawah lutut.
Saat ingin menghampiri tempat pemesanan makanan, Freya kaget melihat di layar besar ada gambar si pria kelinci. "Hoooh! Gantengnya!" seru Freya jujur. "Kok bisa ada gambar dia di layar???"
Pada layar itu menunjukkan pria tampan dengan senyum gummy khas-nya. Terdapat tulisan nama 'Capt. BINTANG ALJAZARI' beserta slogan 'Aye, Aye, Bunny! Berlayar bersama kami dan rasakan kesan berharga yang tak terlupakan. Ada bonus kentang goreng di setiap harinya!'.
"Kakak baru ya naik kapal ini?" tanya perempuan penjual minuman bersoda di sana kepada Freya.
"Iya. Baru tiga hari," jawab Freya antusias. "Ternyata, banyak juga orang Indonesia kerja di sini."
"Tentu, kan yang punya kapal ini orang kita juga. Emang Kakak ambil paket liburan dengan kapal pesiar ini berapa minggu?" tanya perempuan itu lagi.
"Paket yang enam bulan, hehe!" jawab Freya senang.
"Ya ampun, enam bulan??? Lama banget! Orang kaya banget ya Kakak."
Freya ingin menanyakan langsung hal penting kepada perempuan itu. "Aku mau tanya, memangnya cowok yang itu siapa ya sampai gambarnya ada di layar??? Dari seragamnya sih emang seorang kapten ya, tapi kok lebih berkelas gitu. Soalnya, aku lihat awak kapal lain ga pakai seragam kayak gitu."
"Ih, Kakak. Masa ga tahu, sih? Dia kan pemilik Sirena Two Cruise ini!" (SIRENA II CRUISE)
Freya mendelik kaget. "Ah, bohong!" bantah Freya tidak percaya.
"Ga percaya? Silakan Kakak pergi ke deck empat belas, terus sampai di perbatasan lift dan keamanan, Kakak tanya sama penjaga deck itu kalau deck empat belas adalah tempat istimewa keluarga ALJAZARI!"
"Hmmm. Jadi deck empat belas ternyata. Makasih!" seru Freya yang langsung berlari.
"Hei, Kak. Ga beli minumanku nih?!" panggil perempuan itu sebal.
Saking senangnya, Freya menunda membeli cemilan demi langsung bertemu pria kelinci untuk mengucapkan terima kasih sekaligus mengembalikan lencana kelinci lucu tersebut.
Freya sudah berada di dalam lift sendirian menuju ke deck 14.
Drrrttt!
Smartphone Freya bergetar di saku roknya. Ternyata, itu panggilan masuk dari Papanya. Freya mengerucutkan bibir, lalu mengangkat telepon dengan terpaksa.
"Halo!" kata Freya jutek.
"Assalamualaikum, Anak Papa. Papa kangen!" sahut suara pria dari seberang sana.
"Waalaikumsalam. Aku ga mau pulang!" balas Freya menahan tangis.
"Freya sayang-"
"Hiks..., sampai sekarang aku masih kepikiran sama Mas Naru! Tapi Papa tega udah ada niatan mau jodohin aku sama orang lain secepat itu!"
"Bukan gitu maksud Papa! Papa ga langsung mau jodohin, tapi kamu kenalan dulu biar luka hatimu sembuh!"
"Aku mau liburan, Pa!"
"Sampai kapan, Nak?! Papa khawatir sama kamu!"
"Percuma juga aku di rumah, Papa ga pulang-pulang!"
"Ya Allah, Nak. Papa kan sedang bertugas."
"Aku akan pulang kalau luka hatiku sembuh!" tutup Freya dengan linangan air mata yang membanjir.
Freya sebisanya menghentikan air mata. Ah, benar-benar jadi rusak make up tipisnya karena menangis. Padahal, dia tetap secantik itu mau kondisi apa pun, dan Freya tidak menyadarinya.
Ting!
Pintu lift terbuka. Freya sudah tiba di deck 14.
Saat menoleh ke kiri, Freya melihat ada restoran Aljazari yang berkelas. Freya juga sangat takjub melihat ada masjid indah yang tidak terlalu besar ada di deck spesial ini, para muslim tidak perlu khawatir mencari tempat jama'ah. Namun, saat menoleh ke kanan, dia mendapati ada sebuah jalan yang terlihat mewah, lalu pintu besar yang dijaga oleh seorang ajudan bertubuh besar. Freya penasaran dan memilih jalan ke kanan.
"Hello, Sir!" sapa Freya ramah dengan ajudan besar itu. (T: Halo, Pak!)
"Restaurant is over there! Or mosque?" tunjuk ajudan itu ke arah restoran, lalu masjid. Tentu saja, orang yang bukan dari keluarga Aljazari tidak dipersilakan masuk area ini kecuali tamu penting. Sedangkan pergi ke restoran atau masjid di deck 14 diperbolehkan untuk umum. (T: Restoran ada di sebelah sana! Atau masjid?)
Freya sebisa mungkin mengatakan maksud dan tujuannya memang untuk bertemu keluarga Aljazari. Dia pun menunjukkan lencana jangkar berkepala kelinci ke hadapan ajudan itu, lalu berkata, "I wanna meet Capt. Bintang Aljazari. I have his thing." (T: Aku ingin bertemu Kapten Bintang Aljazari. Aku punya benda miliknya.)
Ajudan itu tahu keaslian benda milik Bintang. Dia pun mengizinkan Freya memasuki daerah istimewa ini.
Freya berjalan sambil tertawa kecil menikmati harum jalur istimewa itu. Deck 14 memang sangat berbeda dibandingkan deck lain, apalagi Freya jadi tahu sekarang bahwa SIRENA II CRUISE ini adalah milik keluarga dengan nama Aljazari. Kapal mewah ini dengan segala fasilitas dan kelengkapan untuk liburan yang sempurna, membuat Freya melupakan sejenak beban luka hatinya.
"Pak ajudan tadi bilang kalau keluarga Aljazari sedang makan malam di ruang yang pintunya warna putih," kata Freya terus berjalan mencari tempat tersebut. Pintu dan ruang di sana tidak terlalu banyak sehingga mudah ditemukan.
Freya tiba di hadapan pintu putih mengkilap dengan kaca bening yang tembus pandang, sehingga dia bisa menyaksikan ruangan di dalamnya.
"Huaaa, benar! itu dia orangnya!" takjub Freya melihat sosok Bintang sedang berdiri bersama beberapa orang.
Saat ini, Bintang masih berdiri dan belum menyentuh sama sekali makanannya. Dia terdiam dan merasa bersalah saat mengetahui alasan Jenna menangis. Ternyata, gara-gara Bintang mengabaikan Jenna ketika Bintang menggendong seorang gadis tak dikenal dalam keadaan basah bersama boneka bebek.
"SUSAH YA JAWAB PERTANYAAN DARI JENNA?!" marah Emir yang kini berdiri di hadapan Bintang.
Bintang memilih diam.
"JENNA TUH NANYA, LO ITU KENAPA BISA BASAH-BASAHAN SAMA CEWEK ASING! GITU AJA! TINGGAL DIJAWAB APA SUSAHNYA!" Emir semakin meradang.
"Cukup, Kak Emir," mohon Jenna untuk berhenti memarahi Bintang. Maksud Jenna hanya ingin bercerita pada Emir, tapi Emir menjadi marah besar atas sikap Bintang.
Bintang yang cemburu dengan kedekatan antara Emir dan Jenna pun berkata, "Untuk apa lagi Jenna peduli padaku?!"
PLAKKKH!
"AAA!" teriak Freya dari luar pintu saat menyaksikan Bintang ditampar oleh seorang wanita dengan tampilan begitu mahal.
Baru saja wajah Bintang ditampar oleh Tantenya sendiri, yaitu Ghea Aljazari (45th).
Azel sang koki memejamkan mata sejenak karena tidak sanggup menyaksikan Bintang diperlakukan begitu kasar. Dia ingin marah, tapi siapa Azel? Hanya seorang koki beruntung yang bekerja di kapal raksasa ini.
"Bintang, Tante ini perempuan. Tante tahu rasanya diabaikan seperti Jenna. Minta maaf sama Jenna sekarang!" perintah Ghea.
Emir menghadap ke arah lain, dia juga terkejut jika Tantenya akan menampar Bintang sekuat itu. Dia ingin menghentikan Tantenya yang terlalu ikut campur, tapi rasanya tidak mau membantah karena Tante Ghea adalah adik kandung dari almarhum Papanya, hanya Tante Ghea beserta dua sepupunya sebagai kerabat yang mereka miliki.
Jenna merasa sangat menyesal sudah menceritakan hal sepele ini, berujung Bintang yang dimarahi. "Tante, jangan marahi Kak Bintang," mohonnya.
"Aku minta maaf, Jenna," sesal Bintang menunduk.
Dua anak kandung dari Ghea, yaitu Gino Aljazari (25th - lk - seumuran Bintang) dan Ganaria Aljazari (20th - pr - seumuran Azel) terlihat begitu menikmati adegan kemarahan Mama mereka terhadap Bintang.
"Pfffttt! Kayaknya, Kak Bintang menikmati tamparan dari Mama," tawa Gana, sepupu perempuan dari Emir dan Bintang.
"Mau gue tambahin?" tawar Gino dengan senyum miringnya, berdiri dari duduk dengan niatan ingin memukuli Bintang juga.
Sementara, Freya yang masih berada di luar pintu terlihat tidak tega menyaksikan Bintang seperti tersudutkan meskipun Freya tidak tahu utuh masalahnya. "A-aku harus ngapain?!"
*
Bersambung...

Comentário do Livro (177)

  • avatar
    Setyo21Renny

    woooww ceritanya seru bgt gak bosenin jg. trs berkarya kak sukses slalu. di tunggu karya lainnya

    16/08/2022

      1
  • avatar
    ChipsCassava

    AAA MOM CERITA NYA SERU BNGET ALUR NYA GAK NGEBOSENIN DAN PALING PENTING EMOSI NYA DPT BNGET. GMES BNGET PEN NGEBANTING GHEA AMA GINO KE LAUT. SEMANGAT TERUS MOM LOP YOU SEKEBON😘😘😘

    20/01/2022

      5
  • avatar
    PriTa Putri

    bagus ceritanya. ringan tapi seru. konfliknya juga bukan yg berat dan perlu mikir keras. masih bisa dinikmatin saat santai. suka sama ceritanya 😊😊😊

    16/01/2022

      4
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes