logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 34 Asa

Akhirnya hari yang Senja tunggu tiba juga. Ya, hari ini adalah hari dimana angkatannya berlibur ke Kota Jogja.
Utari terkekeh geli melihat Senja yang tak henti-hentinya bersenandung sambil mengecek perlengkapan untuk hari ini.
"Seneng banget sih,"
Senja menoleh. Menghampiri Utari yang duduk di pinggir kasur. "Seneng, Bun! Ahh akhirnya jalan-jalan." balas Senja, "Walaupun cuma ke Jogja, tapi seru cuma satu angkatan aja."
Utari mengusap rambut Senja, "Jangan telat makan ya. Kabarin Bunda atau Papa kalau ada apa-apa."
"Siap!"
Utari memeluk Senja erat. "Ah, Bunda bakal kangen banget." bisik Utari.
Senja terkekeh membalas pelukan Utari. Mereka memang hampir tidak pernah berpisah lama. Apalagi mereka akan berjauhan hampir satu minggu.
"Nanti jangan jauh-jauh sama Al atau Gege. Kamu itu sering ngilang. Nggak pernah tau jalan atau sekedar pake maps." peringat Utari. Senja meringis, "Iya, Bunda."
Sepasang ibu dan anak itu turun ke bawah. Utari tentu saja menyuruh Langit untuk menurunkan tas Senja ke bawah. Pria itu hanya menurut saja.
"Bun, kok Al belum dateng ya?" tanya Senja bingung.
Utari mengoles roti dengan selai cokelat. Matanya melirik pintu yang terbuka, "Itu dateng anaknya."
"Tumben telat." sahut Senja menaikan kedua alisnya tinggi-tinggi.
Almer menarik bangku di sebelah Senja. Mengecup singkat pucuk kepala gadis itu, "Semalem abis ngapel." balas Almer kalem.
Senja tersedak salivanya sendiri. Matanya mendelik geli. Demi apapun, sejak Almer balikan dengan Adinda, Senja masih belum bisa terbiasa dengan sikap Almer yang menurutnya ajaib. Sangat bucin dan menyebalkan.
"Makasih, Bun." kata Almer menerima piring. Ya, anak itu sudah seperti anggota keluarga Mahesa.
Bahkan Selena sempat protes karena anaknya selalu sarapan di tetangga. Hal itu membuat Senja mau tak mau bergantian untuk sarapan di rumah Sanjaya.
"Ghea ikut kan?"
Senja mengangguk. "Ikut. Tapi dia langsung ke sekolah."
"Kenapa gitu? Biasanya ngejemput," alis Almer naik sebelah, "Punya gebetan baru kali." lanjutnya.
Senja sontak memukul punggung Almer kencang. Utari hanya bisa menganga melihat betapa bar-bar anak bungsunya. Bahkan Langit yang baru saja ingin duduk meringis pelan mendengar bunyi nyaring dari pukulan Senja.
Almer meringis. "Sial. Sakit tau!"
Senja mendengus. Tanpa berkata apa-apa, Senja bangun dari duduknya. Tak lupa membawa segelas susu untuk menemaninya duduk di teras rumah.
Almer menoleh ke Utari, "Adek kenapa, Bun?"
Langit berdecak. "Ribut kali sama Ghea." jawabnya. Utari menggeleng, "Kamu sih segala godain."
Senja yang menunggu Langit sarapan pun hanya bisa menatap lurus ke langit. Senyuman kecil kembali tercetak manis di wajahnya saat mengingat betapa menggemaskannya Arghea beberapa hari lalu.
Saat itu Senja lupa membawa pembalut cadangan. Di loker sekolah pun tidak ada. Hasilnya, Arghea membeli pembalut di koperasi sekolah yang sialnya sedang ramai.
Semuanya menatap Arghea terkejut. Ada juga yang merasa Arghea seperti pacar idaman. Selain membelikan pembalut, bahkan Arghea menjadi model make-up Senja dan dimasukan ke instagram.
Bagi mereka, pribadi Arghea yang terkenal sebagai pembunuh dan cowok dingin tiada tandingan itu berubah menjadi anak kucing lucu dan menggemaskan saat berada di dekat Senja.
"Hoi!"
Senja terkejut. Matanya melirik Almer sinis, "Ngagetin!" sewot Senja.
Almer tertawa pelan.
"Ayo berangkat. Bentar lagi jam 8 nih."
Senja mengangguk. Masuk ke dalam rumah untuk memeluk Utari sebentar. Sedang Almer membawa tas milik Senja dan miliknya ke dalam mobil. Hari ini, Langit yang akan mengantar mereka. Tentu saja dengan paksaan Utari.
"Dah Bunda!!!" seru Senja mengeluarkan setengah badannya di jendela mobil yang terbuka lebar.
Almer hanya memijat pelipisnya melihat Senja yang seperti anak TK. Gadis itu terlihat sangat antusias dalam perjalanan ini. Padahal ini hanya acara tahunan biasa.
"Kalian seminggu kan?"
Senja mengangguk. Almer berdehem, "Om, mampir minimarket bentar ya. Ada yang Al mau beli."
Senja menengok ke belakang. Namun, Almer langsung mengalihkan tatapannya. Mengusap leher belakangnya. Senja memicingkan matanya. Ia sudah hafal dengan gelagat Almer yang satu ini. Almer pasti sedang melancarkan aksi kebucinannya. Lihat saja, pasti berkaitan dengan Adindanya tersayang.
Selang belasan menit, benar saja tebakan Senja. Almer membeli banyak camilan untuk Adinda. Beruntung cowok itu juga memikirkan Senja yang membuat Senja urung mengomeli sifat bucin Almer.
Senja memeluk Langit erat. Pria yang masih tampak gagah di usia 40-an itu mengecup pucuk kepala Senja beberapa kali sebelum beralih ke kedua pipi, dahi, dan hidung Senja.
Senja memang merasa malu karena Langit memperlakukannya seperti anak lima tahun. Terlebih di depan banyak teman angkatannya. Namun, Senja juga merasa tenang bila Langit, Utari dan Biru melakukan itu. Senja sudah terbiasa sejak kecil.
"Hati-hati disana. Kalo ada apa-apa, kabarin Bude ya. Papa udah bilang sama Bude kalau kamu lagi ada acara sekolah ke Jogja." pesan Langit lalu mengecup dahi Senja sekali lagi.
Senja tersenyum. Mengangguk singkat lalu berpose seakan hormat pada tiang bendera. Almer mendengus kemudian memeluk Langit singkat.
Langit menepuk bahu Almer, "Jaga Senja." Langit mengedarkan pandangannya, "Mana Ghea?"
Senja ikut mengedarkan pandangannya. Dahinya mengkerut dalam. Senja juga belum melihat Arghea. Cowok itu mengatakan akan datang langsung ke sekolah.
"Ah, mungkin telat, Pa."
Langit mengangguk. "Yaudah. Papa balik ya. Itu udah pada ngumpul."
Senja dan Almer melambaikan tangannya saat mobil Langit keluar dari parkiran sekolah. Kedua remaja itu menghampiri teman kelas mereka masing-masing.
Semua kelas sebelas sudah berkumpul dengan teman kelas mereka masing-masing. Senja merangkul Irene tiba-tiba yang sedang membuka permen sehingga permennya jatuh. Irene menengok. Menatap Senja malas seakan ingin menghilangkan gadis itu detik ini juga.
"Baru aja dateng lo, Senja."
Senja berdehem. "Maaf, nggak sengaja." ringis Senja pelan.
Izan menggigit apel merah. Menyenggol lengan Senja, "Pacar lo mana?"
Senja menggeleng pelan. Jujur saja, Senja tidak tahu. Terakhir Arghea mengatakan akan langsung ke sekolah karena ada urusan mendadak. Namun, hari ini Senja sama sekali tidak menemukan batang hidung cowok itu.
"Anak-anak dengarkan namanya masing-masing ya. Semuanya diacak, dalam satu bus ada tiga kelas yang dipilih beberapa anak dari masing-masing kelas tersebut." seru Bu Fia selaku penanggung jawab pertama. Disebelahnya Pak Genta sudah bersiap mengabsen anak yang masuk ke dalam bus.
Senja harus bersabar karena ia dan Irene ternyata berbeda bus. Beruntung, Senja satu bus dengan Almer. Selain itu entah mengapa Adinda juga di bus yang sama seperti mereka.
Senja memilih duduk di bangku belakang Almer dan Adinda. Seharusnya ia satu bus dengan Arghea. Namun, cowok itu belum menunjukan wajahnya juga. Kepalanya menengok ke belakang. Segerombolan teman cowok kelasnya duduk di bangku paling belakang.
Lyra memang satu bus dengannya. Tetapi, gadis itu sebangku dengan gebetannya dari kelas IPA 2. Senja menghembuskan nafas panjang. Memilih memasang kedua telinganya dengan airpods.
Seseorang duduk disebelah Senja yang membuat gadis itu menoleh karena ada pergerakan. Alisnya menyatu. Melepas satu airpodsnya, Senja menatap Laksana aneh.
"Kok?"
Laksana melirik, "Gue mau jaga Dinda. Nggak usah geer lo."
Mata Senja membulat. Mulutnya menganga tak percaya. Dalam pikirannya, Laksana terlalu percaya diri.
"Heh. Maksud gue ini tuh bangkunya Gege. Lagian nama lo nggak ada di bus ini!" sewot Senja. Almer yang mendengar pun menengok ke belakang disusul Adinda.
"Aksa disini? Bukannya bus satu?" tanya Adinda.
Laksana tersenyum lebar, "Jagain lo. Siapa tau diapa-apain sama orang." jawabnya sambil melirik Almer sebentar. Almer hanya mendengus membalikan badannya. Kesal dengan ekspresi songong Laksana.
Adinda hanya meringis pelan. Kembali bercerita dengan Almer. Laksana hanya menghembuskan nafas panjang. Sebuah tawa pelan lolos dari bibir Senja yang membuat Laksana menoleh.
"Apa?"
Senja menggeleng. "Kan udah gue bilang. Lepasin yang perlu dilepasin. Lo batu sih." kata Senja santai kembali memasang airpodsnya. Malas berdebat dengan cowok disebelahnya. Moodnya kepalang pergi karena Arghea yang belum muncul juga.
...............
Laksana melirik Senja yang tertidur di bahunya. Berdecak pelan, Laksana mendorong kepala Senja dengan jari telunjuknya.
Niat hati ingin mencoba dekat dengan Adinda. Malah harus menjadi bantal gadis songong disebelahnya.
Laksana membuka ponselnya. Membalas sebuah pesan masuk dari ayahnya. Mendengus kasar, Laksana ikut memejamkan matanya. Mensugestikan diri sendiri perjalanan mereka tidak terlalu jauh.
Puluhan menit berlalu. Almer yang ingin mengambil camilan lain di tas pun berdiri. Matanya tak sengaja melihat Laksana dan Senja yang tertidur dengan kepala saling menyandar satu sama lain.
Walaupun sedikit kesal karena Laksana, tetapi Almer tak kuasa menahan untuk memotret hal itu. Selain untuk menggoda Senja kapan waktu, Almer bisa menyulut emosi Arghea dengan ini. Maaf saja, Almer masih sedikit tak suka dengan Arghea si muka datar itu.
"Kamu ngapain sih, sa–" Adinda membulatkan matanya. Seulas senyuman geli terpantri di wajahnya. "Mereka kok manis banget sih." seru Adinda tertahan.
Almer mengendik, "Kalo dah pada bangun juga kayak Tom and Jerry. Heran sendiri aku, mereka nggak bisa akur." timpal Almer lalu duduk kembali.
Adinda mengangguk setuju. Menerima cokelat dari Almer, Adinda pun menyandarkan kepalanya di bahu Almer. "Aku masih geli sendiri pas mikir kamu sama Senja itu ada hubungan," kekeh Adinda, "Aku childish banget ya."
Almer mengecup pucuk kepala Adinda. "Cemburuan. Suudzonan. Paket lengkap."
Senja membuka matanya perlahan. Sinar matahari langsung masuk membuat tidurnya sedikit terganggu. Kepalanya menoleh ke samping, memicingkan matanya karena baru bangun tidur, seketika matanya membulat saat sadar yang menindih kepalanya adalah kepala Laksana.
Perlahan menahan kepala Laksana agar bersandar di sandaran bangku bus. Senja menutup jendela dengan gorden mini yang disediakan agar sinar matahari tidak menembus.
"Ck, nyusahin." gumam Senja saat kepala Laksana menyentuk bahunya. Sambil memainkan ponselnya, Senja membiarkan Laksana bersandar.
Senja
|Gege dimana? Ikut bus lain? Asa di bus ini loh.
Senja menghembuskan nafas berat saat pesannya belum dibaca. Senja tidak merasa ada masalah diantara mereka. Begitupun pada diri Arghea. Namun, entah mengapa Senja seperti ingin mencubit Arghea karena tidak muncul hari ini. Apalagi terakhir kali mereka bertemu beberapa hari lalu.
Arghea sudah tidak masuk sekolah selama tiga hari. Datang ke rumahnya pun tidak ada orangnya. Pak Anwar ditanya juga tidak tahu.
Senja yang gregetan memukul ponselnya ke pahanya sendiri sampai sebuah tangan menahan tangannya. Senja menoleh pelan.
Laksana mengucek matanya dengan tangan lain, "Lo banyak gerak. Ganggu gue tidur." gumam Laksana dengan suara serak.
Senja berdecak pelan. "Bodoamat sih."
"Kalo kesel sama pacar lo, lampiasin ke dia. Jangan gregetan sendiri, ganggu."
Senja melotot. "Sok tau."
Laksana menaikan alis satu, "Gue tau. Jelas," balas Laksana malas. "Iihh Gege nyebelin banget banget banget!" Laksana menirukan gaya dan suara Senja.
Senja mengerjap pelan. Mulutnya terbuka sedikit. Beberapa detik yang lalu, Senja tak percaya dengan siapa dia bertatap muka. Seorang Laksana, yang terkenal cuek, menirukan gayanya? Dengan suara dipaksa menjadi cewek?
Senja terbahak. Sontak membuat seisi bus bertanya-tanya. Senja tak kunjung berhenti tertawa.
"Dih, sehat lo?"
"Senja ngagetin anjir!"
"Anak baru ya? Tiba-tiba ngakak gue kira kesurupan."
"Sawan kali."
Rachel mendengus, "Brisik lo jamet."
Laksana membekap mulut Senja. Melototi gadis itu segarang mungkin. Bahkan Adinda dan Almer sudah membalikan badan melihat kedua anak manusia yang saling bertatapan sengit itu.
Adinda menoleh, "Mereka kenapa sih?" bisiknya. Almer menggeleng. "Aku juga nggak tau, sayang."
Laksana menatap Senja tajam. "Brisik lo. Pada kepo tuh."
Senja melepaskan tangan Laksana susah payah. Mendelik kesal, "Ya lo lucu. Nggak kuat gue liatnya."
"Receh."
"Bodoamat."
"Najis. Sono udah lo."
Senja lagi lagi mendelik, "Heh ini bangku gue. Dan buat info, yang lo dudukin bangku Gege." sinis Senja.
Laksana hanya mengendikan bahu acuh. Enggan memperpanjang perdebatan, Laksana memilih membuka tas yang dipangkuannya. Mengambil dua batang cokelat rasa matcha.
"Din, mau?"
Adinda menengok, "Nggak, Sa. Makasih. Aku udah tadi."
Senja menahan tawanya. Merebut cokelat dari tangan Laksana, memasang senyuman termanisnya. "Buat gue aja. Makasih, Asa." kata Senja cepat menyembunyikan cokelatnya di kantong jaket.
Laksana hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah. Dia malas sekali berdebat dengan Senja. Gadis itu sangat keras kepala. Sangat amat.
"Sa," bisik Senja sambil memakan cokelat rampasannya. Laksana hanya melirik.
"Menurut lo masih jauh nggak?"
Laksana mengangguk, "Masih lah. Bego lo?"
Senja mengerucutkan bibirnya. "Galak amat. Kakak lo kemana sih? Kok nggak dateng? Galau gue," Senja menyenderkan kepalanya di bahu Laksana tanpa beban, "Nggak mungkin dia langsung nyusul Jogja kan?"
Laksana hanya diam.
"Sa, jawab."
Hening.
"Asa.." rengek Senja menggoyangkan lengan Laksana. Senja benar-benar penasaran. Hatinya tak tenang. Apalagi pesannya belum juga dibaca.
Laksana menghembuskan nafas berat. Entah sudah berapa kali ia melakukan itu setelah duduk disebelah Senja. Laksana mengusap kepala Senja singkat, "Dia baik-baik aja. Pasti."
Laksana melirik Senja, "Kayak nggak tau dia bar-bar aja. Bunuh orang aja udah."
Senja menyikut perut Laksana yang membuat cowok itu meringis kesakitan. Senja menatap Laksana sinis, "Lo nggak tau apa-apa diem aja. Brisik!"
Senja membuang muka ke arah jendela. Enggan menatap Laksana sama sekali karena perkataan cowok tadi. Senja tahu itu, tapi ia juga tahu alasan dibalik itu semua.
Laksana menatap Senja dengan tatapan tak bisa diartikan. Dalam hati bertanya-tanya, memangnya ia salah apa?

Comentário do Livro (47)

  • avatar
    Yxztna_28

    Avv aku jadi gasabar sama kelanjutannya nihh kira² Senja bakal sama gege ato sama siapa ya tapi kalo diliat dari judulnya sih sama laksana😐udh seneng bgt waktu deket sama gege tapi aku baru sadar kalo judulnya laksana senja tapi aku suka bgt ama ceritanya semangat kk aku tunggu kelanjutan ceritanyaa😊😊

    30/12/2021

      1
  • avatar
    hariyani34Sri

    Bener bener bagus ceritanya huhu jadi pengen kayak senja yang kuat banget 🥺 lanjut part selanjutnya ya semangat author 🙏❤️

    26/12/2021

      0
  • avatar
    Zuzuki

    Yes,i liko this story this moment

    22/12

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes