logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 9 Bayu Yoga Pradana

Wajah oval, alis mata yang tebal dan lebat, hidung mancung bak orang Arab, bibir merah tebal bagian bawah mirip orang barat, mata coklat kecil namun tajam bak mata elang, ditambah bentuk tubuh yang atletis, sungguh suatu perpaduan Hercules zaman modern. Wanita mana yang tak terpikat dengan semua bentuk fisik sempurna yang dimiliki oleh seorang Bayi Yoga Pradana. Pria berusia 30 tahun itu merupakan direktur dari sebuah perusahaan baja berskala internasional, BJ Steel, Co. dan juga seorang aktivis sosial. Dengan kekayaan yang tak akan habis tujuh turunan, Yoga, biasa pria dengan gayanya yang flamboyan itu disapa bisa menikah dengan siapa pun dan wanita mana pun. Namun sayang, hingga usianya menyentuh kepala 3, di sama sekali belum ada keinginan untuk menikah, bahkan kedua orang tuanya pun sudah angkat tangan dalam urusan asmaranya.
"Selamat siang, Tuan."
"Hnnn. Bagaimana?"
"Tuan Syam telah menunggu Anda di kantor." Ucap Dita, sekretaris pribadi Bayu.
"Oke, aku mengerti. Lalu, apa schedule-ku untuk minggu ini?" tanya Bayu sembari membuka gawainya.
"Untuk minggu ini jadwal Anda kosong, Tuan. Apakah Anda punya rencana?"
"Tidak! Baguslah jika minggu ini aku punya free-time, setidaknya aku bisa bermain dengan 'kucing' Angoraku." Senyum Bayu.
"Maaf, Tuan. Ku-cing Angora?" tanya Dita bingung.
"Bukan apa-apa. Kamu jangan kepo ya sama urusan saya!" Lirik Bayu tajam.
"M-maaf, Tsuarab
Bayu Yoga Pradana memang pria yang dikenal akan selera humornya. Pembawaannya yang low profile membuat ia disegani klien dan mitra bisnisnya. Tak mengherankan, jika di usianya yang terbilang masih muda ia memiliki kekayaan yang begitu besar, bak seorang sultan. Tak lama, mobil suv sport yang ia tumpangi sampai di halaman depan kantor BJ Steel, Co. "Selamat siang, Pak." Ucap seorang petugas keamanan membukakan pintu mobilnya.
"Siang." Balas Bayu menguarkan senyumnya.
Bayu memang seorang yang perfeksionis dan detail. Ia tak akan mentolerir kesalahan sekecil apa pun, terutama hal-hal yang menyangkut pekerjaan, pun begitu dengan kebersihan ruangannya. Dia begitu detail memperhatikan kerapihan serta kebersihannya karena Bayu adalah seorang obsessive compulsive disorder (OCD). Seperti biasa, jika sang CEO sudah berada di kantor, itu berarti jam ekstra bagi sekretaris pribadinya untuk menjadi 'office girl'.
Ting …
Bunyi suara lift langsung terdengar ke seluruh lantai 13. Lantai di mana Bayu bekerja. Dita sang sektretaris pribadi sufah hapal betul tabiat sang CEO. Dengan tisu basah yang dibawanya, dia mengelap kepala pintu kuning gading dan membukakannya untuk sang CEO.
"Kau boleh pergi, Dita. Tolong bawakan kopi tanpa gula ke ruanganku."
"Baik, Tuan. Segera saya siapkan."
Di dalam, Syam yang sedang duduk menunggu Bayu segera bangun dan mengulurkan tangannya. Bayu hanya diam dan melihat Syam dengan salah satu alisnya yang terangkat ke atas.
"Silakan duduk, Tuan Syam. Maaf, ya Anda harus menunggu lama." Ucap Bayu mengelap tangannya dengan tisu basah yang ada di meja penerima tamu ruangannya.
"Tidak apa-apa, Tuan. Saya mengerti jika Tuan Bayu adalah orang yang sibuk, jadi …,"
"Langsung saja ke inti pembicaraan, Tuan Syam. Ada apa Anda datang ke sini?" tanya Bayu melipat salah satu kakinya ke dalam.
"Begini, Tuan Bayu. Saya ingin menawarkan kerjasama perusahaan Anda dengan sekolah yang saya miliki," papar Syam.
"Kerjasama? Kerjasama dalam bentuk apa?"
"Beasiswa."
"Oke, lanjutkan, Tuan Syam."
"Sekolah yang saya pimpin terdiri atas jenjang SD-SMP-SMK. Saat ini saya dan beberapa rekan lainnya sedang mencari mitra untuk mau diajak kerjasama dengan sekolah kami untuk beasiswa pendidikan bagi mereka yang tidak mampu namun memiliki potensi …,"
"Hmm, lalu maksud Anda adalah Anda ingin saya menjadi salah satu donatur di sekolah Anda?" tanya Bayu datar.
Syam hanya tersenyum kikuk. "Tuan Bayu, ini kopi Anda." Dita langsung meletakkan kopi sang CEO di atas mejanya.
"Sebentar, Dita," panggil Bayu.
"Ya, apa ada yang Tuan perlukan lagi?"
"Tuan Syam, Anda ingin minum apa?" tanya Bayu tersenyum manis.
"A-apa saja, Tuan. Saya percaya minuman buatan di kantor Anda pasti enak."
Dita hanya menyeringai mendengar ucapan Syam dan melihat dengan tatapan jijik.
"Kau dengar apa ucapan Tuan Syam, Dita? Buatkan beliau minuman yang paling enak di kantor kita." Ucap Bayu seraya melambaikan tangannya ke arah sang sekretaris.
"Baik, Tuan. Akan saya minta seseorang untuk membuatkannya."
"Terima kasih, Tuan Bayu." Ucap Syam terus menguar senyumnya lebar.
"Oh, ya ngomong-ngomong Tuan Syam, apa Anda pernah sekolah?" tanya Bayu sambil menikmati kopinya.
"M-maksud Anda, Tuan?"
"Saya hanya tanya apakah Anda pernah mengenyam bangku pendidikan?"
"Tentu saja. Saya lulusan luar negeri malahan, Tuan." Pongah Syam agak membusungkan dada.
"Oh, luar negeri, ya. Apa lulusan luar negeri tak tahu etika cara menyampaikan proposal dengan benar?"
Deg!
Seketika wajah Syam memerah dan berubah kikuk. "Kenapa langsung diam? Jawab saja pertanyaanku, Tuan Syam." Ucap Bayu masih menikmati dan menghirup aroma kopinya.
"I-itu … Bukankah antara saya dan ayah Anda, kami adalah kawan baik? Jadi …,"
"Jadi Anda menghubungi ayah saya dan meminta tolong pada beliau agar Anda bisa langsung bertemu dengan saya hanya untuk proposal bodoh macam ini?" Bayu mulai menunjukkan sifat aslinya dalam bekerja.
Tok … tok … tok
Dita tak lama masuk ke ruangan Bayu sambil membawa minuman yang paling 'enak' permintaan Syam.
"Silakan diminum, Tuan Syam. Minuman paling enak di kantor kami." Bayu membuka tangannya mempersilakan Syam mengambil cangkir di hadapannya.
Dita menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, menahan tawa. Mata Syam langsung terbelalak ketika ia minum-minuman yang ditawarkan oleh Bayu dan hampir saja menyemprot wajah sang CEO.
"Ada apa Tuan Syam? Apa Anda baik-baik saja?" tanya Bayu pura-pura khawatir.
"Ah, ti-tidak apa-apa, Tuan. Kopinya sungguh nikmat." Sahut Syam meminum lagi kopi pahit yang disuguhkan.
Bayu tersenyum. "Anda menyukainya?"
"Maksud Anda, Tuan?"
"Itu adalah minuman paling enak di kantor kami. Jika Anda menyukainya, saya bisa meminta sekretaris saya untuk membuatkannya lagi." Ucap Bayu bersiap memanggil Dita.
"Tidak!" seru Syam.
Bayu memperlihatkan sikap terkejutnya.
"M-maaf. Tapi sudah cukup, Tuan. Terima kasih," balas Syam.
"Kau boleh pergi!" perintah Bayu pada Dita.
"Permisi, Tuan."
'Kurang ajar! Brengsek betul bocah tengik ini!' gumam Syam seraya melirik tajam Bayu.
Bukannya Bayu tak menyadari gerak-gerik yang diperlihatkan oleh Syam. Hanya saja, sang CEO ingin mengetahui sampai sejauh mana Syam mampu bertahan dengan dirinya.
"Jadi, bagaimana Tuan dengan maksud dan tujuan saya?" tanya Syam menguar senyum lebar.
"Apa Anda membawa proposal itu sekarang?" tanya Bayu.
"Oh, ada ...ada, Tuan. Sebentar, saya ambilkan."
Syam dengan tergesa mengambil proposal yang dimaksud dan memberikannya pada Bayu.
"Baiklah, akan kupelajari dulu, Tuan Syam." Bayu membuka-buka map warna biru berisi proposal kerjasama pengajuan beasiswa atas nama sekolahnya, "apa masih ada hal lainnya?" Tany Bayu melirik tajam.
"T-tidak ada, Tuan Bayu." S
"Baiklah jika tak ada lagi, pintu keluar ada di sebelah kiri saya, Tuan Syam."
Tak lama setelahnya, Syam yang kini berada di luar ruangan Bayu mengeluarkan segala kekesalan terhadap CEO muda itu. Tangannya mengepal kencang seraya berkata, "Bayu Yoga Pradana, kita lihat sampai di mana kau bisa mendongakkan kepalamu di hadapanku!"
'Hmm, rasanya aku tahu tempat ini.' Gumam Bayu sambil membaca proposal yang diberikan oleh Syam. "Dita, ke ruanganku!"
"Tuan, Anda memanggil saya?"
"Aku mau kau periksa alamat tempat ini! Cari informasi sedetail-detailnya tentang tempat itu!" Perintah Bayu memberikan proposal Syam pada sekretarisnya.
"Baik, Tuan. Akan saya kerjakan."
'Sepertinya sang pemilik sekolah itu bukan orang biasa. Bagaimana mungkin papa bisa mengizinkan dia bertemu denganku secara langsung tanpa prosedur yang seharusnya?'

Comentário do Livro (64)

  • avatar
    Adilah Syafiqah

    good lucky

    5d

      0
  • avatar
    AmaliaNurul

    kerenn sangatt

    23d

      0
  • avatar
    CaturMahmudah

    seru

    17/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes