logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 25

Pukul enam pagi. Argatha sudah berada di depan rumah Ayana dengan motor CBR kesayangannya.
Argatha merapikan rambutnya, melihat wajahnya di spion. "Udah siap ketemu Ayana."
Ayana membuka pagar, ia sedikit terkejut dengan kehadiran Argatha.
"Argatha ngapain disini?"
"Jemput lo."
"Hah? Jemput?"
"Iya. Udah nggak usah banyak tanya kek wartawan. Nih pakai," ucap Argatha dingin sembari memberikan helm pada Ayana.
Ayana terdiam, mengambil helm itu dan memakainya.
Sepanjang perjalanan, Argatha tidak henti-hentinya melihat Ayana dari spion.
Belum pernah kujatuh cinta
Sekeras ini seperti padamu
Jangan sebut aku lelaki
Bila tak bisa dapatkan engkau
Argatha menyanyi dengan lantang, seorang sikap dinginnya hilang seketika.
Ayana menahan senyumnya, ia mengeratkan pegangannya.
Jangan pergi dari cintaku
Biar saja tetap denganku
Biar semua tahu adanya
Dirimu memang punyaku
Ayana membalas nyanyian Argatha. Membuat pria itu terkekeh pelan.
Argatha memegang tangan Ayana yang melingkar di perutnya. Ia merasa hari ini begitu berbeda dari hari sebelumnya.
°°°°°
Argatha dan Ayana masuk ke dalam kelas bersamaan. Tak lupa juga tangan Argatha menggandeng tangan Ayana dengan erat.
"Udah di kelas woy, masih aja gandengan," ucap Aldi.
"Iri bilang bos!" sahut Ayana.
"Buat lo. Selamat hari kasih sayang," ucap Arken sembari memberikan coklat pada Ayana.
Murid di kelas XI IPA 2 terdiam. Menatap Arken dan Ayana secara bergantian.
Ayana menoleh ke Argatha. Pria itu tersenyum kecil seraya menganggukan kepalanya.
"Makasih, Arken." Ayana mengambil coklat tersebut dengan perasaan tidak enak pada Argatha.
Ayana menaruh coklat pemberian Arken di kolong meja. Lalu mendekati Argatha dan berbisik, "Argatha jangan cemburu ya."
Argatha menoleh ke arah gadis itu. Lalu mengembangkan kedua sudut bibirnya.
"Woy! Nggak ada yang niat ngasih gue bunga atau coklat gitu?" teriak Farah.
"Aldi, lo nggak peka banget sih, Farah tuh udah ngasih kode lo," goda Gaeun.
"Daripada gue ngasih bunga ke Farah, lebih baik bunganya gue sebar di kuburan," ucap Aldi enteng.
"Aldi! Gue ruqyah lo lama-lama!"
°°°°°
Jam istirahat. Suasana kantin sangat ramai, bahkan jika digambarkan, suasana kantin saat ini seperti pasar tanah abang menjelang hari raya idul fitri tiba.
Ayana memandang Argatha dari kejauhan. Pria itu sedang makan bersama dengan Aldi dan Azka. Senyum di bibir Ayana tidak memudar sedikitpun. Bahkan makanan yang berada di hadapannya, tidak ia sentuh sedikitpun.
"Kok bisa sih tadi lo gandengan sama Argatha?" tanya Farah.
"Bisalah."
"Kok bisa Argatha nggak marah-marah lo dekatin?"
"Bisalah."
Arin dan teman-temannya yang berada di tidak jauh dari Ayana dan Farah mendengar obrolan mereka berdua.
"Lo jangan mau kalah Rin, cowok kayak Argatha itu limited edition," ucap salah satu teman Arin.
"Iya lo benar, gue harus dapatin Argatha," ucap Arin.
Arin bangkit dari duduknya. " Guys, mau lihat cewek yang nggak tahu malu nggak?" ucap Arin keras.
Murid-murid menatap Arin. Seketika suasana kantin menjadi hening.
"Ini nih, cewek yang nggak punya malu," tambahnya sembari menunjuk Ayana yang berada tidak jauh darinya.
"Maksud lo apa ngomong gitu?" tanya Ayana tak terima.
"LO TUH HARUSNYA SADAR DIRI, ARGATHA ITU NGGAK SUKA SAMA LO. HIDUP DIA KEGANGGU GARA-GARA LO!"
Ayana tersenyum sinis. "KALAU LO NGGAK TAU APA-APA TUH DIAM AJA, NGGAK USAH SOTOY!"
"BIASA AJA DONG, JANGAN NYOLOT GITU!"
"LO YANG MULAI DULUAN YA."
"ARGATHA TUH NGGAK SUKA SAMA LO, JADI LO HARUS BERENTI BUAT DEKATIN ARGATHA."
"KALAU ARGATHA NGGAK SUKA GUE, LO PIKIR DIA BAKAL SUKA SAMA LO?"
"ARGATHA NGGAK SUKA SAMA GUE ITU URUSAN GUE SAMA DIA. HUBUNGANNYA SAMA LO APA? HAH? LO EMAKNYA?"
"Tuh kan lihat, sisi bar-barnya Ayana keluar," ucap Aldi pada Argatha.
"Pasti menang tuh anak, kalau urusan debat, Ayana jagonya," ucap Azka.
"LO HARUSNYA SADAR DIRI, URAT MALU LO DIMANA SIH JADI CEWEK? UDAH DITOLAK ARGATHA MASIH AJA BERAMBISI BUAT DEKATIN ARGATHA," oceh Arin sembari menunjuk-nunjuk Ayana.
Ayana terkekeh pelan. Ia melepas blazernya, memberikannya pada Farah. Ia berjalan mendekati Arin, kesabaran untuk menghadapi gadis itu sudah menipis.
"Lo lucu ya jadi orang. Nggak usah ngomongin diri lo sendiri gitu di depan banyak orang, malu," ucap Ayana dengan nada bicara yang melembut.
"Lo nggak sadar? Satu jari lo emang nunjuk ke gue, tapi empat jari lo yang lain nunjuk ke diri lo sendiri," skakmat Ayana.
Arin terdiam.
"Mantap, Ay," ucap Farah.
Ayana merapikan seragam Arin, lalu tersenyum. "Kalau mau debat, jangan sama gue. Lo salah orang!"
"Ayo Far, balik ke kelas," ajak Ayana.
"Ayo."
Ayana dan Farah berjalan keluar kantin. Meninggalkan beberapa pasang mata yang masih takjub dengan Ayana.
"Ih! Lihat aja nanti, Ay!"
Ayana menunjukkan jari tengahnya, tanpa menoleh ke Arin.
°°°°°
Jam istirahat telah selesai. Para murid segera kembali ke kelas masing-masing.
"Wah hebat lo, Ay," ucap salah satu murid murid di kelas XII IPA 2.
"Biasalah," sahut Ayana.
Argatha duduk disamping Ayana, lalu menyenggol bahu gadis itu. "Hebat ya lo," ucap Argatha dingin.
Ayana menggigit bibirnya. Ia melihat wajah Argatha yang tidak menunjukkan ekspresi sama sekali, ditambah lagi dengan suara Argatha yang terdingin, membuat Ayana takut.
"Maaf ya Ayana bar-bar banget. Argatha marah ya?" tanya Ayana.
Argatha terdiam.
"Argatha jangan diam aja dong," ucap Ayana.
"Yaudah nanti kalau Arin gituin Ayana lagi, Ayana akan diam aja deh, nggak ngelawan," tambah Ayana.
Argatha memutar posisi duduknya. Perlahan kedua sudut bibirnya mengembang. "Gue nggak marah kok. Justru, gue senang lihat lo kaya tadi, lo bisa ngebela diri lo sendiri, bahkan ngebuat lawan lo kalah."
"Benaran Argatha nggak marah?"
"Nggak, Ay," Argatha menunjukkan senyum manisnya.
Ayana ikut tersenyum.
"Selamat siang anak-anak," ucap Bu Vanya.
"Siang, Bu," sahut para murid.
Bu Vanya duduk di kursinya, lalu melihat para murid dengan raut wajah serius. "Mengingat ujian nasional tinggal beberapa bulan, jadi kalian harus belajar lebih giat lagi, agar kalian bisa masuk ke universitas yang kalian impikan," ucap Bu Vanya.
"Nggak nyangka ya baru kemarin kenal Argatha di kelas ini, tapi sekarang kita udah mau keluar dari kelas ini," bisik Ayana.
"Setidaknya gue pernah masuk di kelas ini, dan gue nggak pernah nyesal. Suatu keberuntungan yang nggak pernah ada dalam dipikiran gue saat masuk kelas ini," balas Argatha.
"Masih lama Bu, ujian nasional masih tiga bulan lagi," celetuk Aldi.
"Masih lama? Kamu pikir tiga bulan itu lama?" tanya Bu Vanya.
" Masih Bu, harus ngelewatin sembilan puluh hari dan dua belas Minggu," jawab Aldi.
"Seterah kamu aja lah, ibu malas ngeladenin kamu."

Comentário do Livro (252)

  • avatar
    Cunda Damayanti

    keren bgt sumpa

    9d

      0
  • avatar
    EN CHo Ng

    hi thank u

    15d

      0
  • avatar
    NgegameAlfat

    ini saya yang mau bicara ya tolong cerita ini sangat menyentuh hati dan prasaan hampir sama seperti yang kisah ku

    22/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes