logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

29. Andra

Selamat membaca!!
~~~
Beberapa hari setelah kejadian diatap dan dia mendapat surat ancaman, dia kembali menjadi Renata yang dulu. Malamnya begitu kacau, obat-obatan yang sudah dia tidak konsumsi kini dia minum bahkan lebih parah dari sebelumnya.
Insomnia kembali menghantui dirinya, ini benar-benar buruk baginya mimpi buruknya kembali muncul, goresan lengan juga tak pernah terlewat sedikitpun.
Saat ini dia ingin mati saja. Sungguh, ini sangat sulit untuknya, beberapa hari ini juga dia mulai menjauh dan menghindari Anggasta meskipun pria itu masih berusaha untuk berbicara dengannya.
"Ini sulit Tuhan." racau Renata pelan.
Tok tok
Pintu kamar diketuk dari luar, Renata enggan membukanya karena itu pasti ibunya. Dia tidak ingin menemui siapapun saat ini.
Dia masih menangis meringkuk diatas kasur miliknya.
"Sayang, buka Nak." ketuk Mila.
Renata hanya diam tidak beraksi apapun.
"Kamu belum makan apapun, keluarlah ibu khawatir Nak." Mila masih berusaha membujul Renata untuk keluar dari kamarnya.
Sudah dua hari Mila tidak ikut bekerja dengan Harry karena dia sangat mengkhawatirkan kondisi putirnya. Setipa malam dia selalu menjerit-jerit dia menangis sangat kencang. Bahkan Mila sudah menguhungi Sopia.
Kemarin juga Sopia datang dan berbicara pada Renata, tapi gadis itu enggan untuk mengatakan apapun menganai hal yang membuatnya sampai seperti ini. Padahal jika dilihat kondisi Renata saat ibu baik-baik.
Mila hanya bisa pasrah saat ketukannya tidak digubris sama sekali oleh Renata, "ibu akan simpan makananmu dimeja, makanlah." setelah mengucapkan itu Mila tidak lagi mengetuk ataupun berbicara padanya.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu namun kondisinya masih sama seperti ini.
Renata tiba-tiba bangun dari posisinya. Dia berjalan menuju cermin. Pandangan pertana yang dia lihat adalah kondisi tubuhnya saat ini. Matanya sembab, rambut yang sudah tidak lagi tertata rapih dia sudah seperti mayat hidup.
Kemudian pandangannya beralih pada tangannya ada banyak bekas luka sayatan juga darah yang sudah mengering.
Dia membuang nafas kasar. "Menyedihkan." setelah itu dia mengaganti baju dengan jaket dan celana jeans.
Kepribadiannya mulai muncul kembali, kali ini Andra kembali berhasil mengusai tubuh gadis ini.
Tanpa sepengetahuan ibunya dia kekuar dari kamar dengan melompat pada jendela kamarnya padahal terletak dilantai dua.
Dia menepuk tangangnya yang kotor setelah itu berlalu begitu saja menyusuri jalan yang sepi sambil bersenandung ringan.
Hal yang pertama dia lakukan adalah membeli minuman di minimarket dekat rumahnya. Dia masuk dan memilih beberapa minuman dan mengambil apa yang dia ingin. Dia kemudiam membayar dan berjalan keluar dari minimarket.
"Sudah lama sekali aku tidak pergi kesana." Andra lantas berjalan menuju tempat yang sering dia kunjungi.
Andra menudungkan jaket miliknya, dia menoleh kekanan dan kekiri merasa seperti ada seseorang yang mengikutinya.
Langkahnya semakin cepat saat suara itu semakin mendekat kearahnya. Dia langsung berbalik karena seseorang menahan lengannya.
"Wahh aku pikir dia seorang pria, rupanya dia wanita." ucapnya.
Andra menatap tajam pada tiga pria yang kini ada dihadapannya. "Cantik sekali, apa yang kamu lakukan malam-malam begini?" tanya salah satu dari mereka.
Sial, kenapa aku bisa tinggal ditubuh wanita bodoh ini
Andra hanya diam sambil menatap mereka, dia berniat mengabaikan dan berbalin jalan kembali tapi lagi-lagi langkahnya terhenti saat satu dari mereka kembali memegang tangannya.
Andra membuang nafas kesal, dia kemudian memutar tangan pria itu dan membantingnya pada jalan aspal. Pria itu meringis kesakitan.
Dia benar-benar marah karena mereka sudah menganggunya. Dua pria itu kaget karena temannya terbanting ke aspal.
"Kurang ajar," Dua pria itu langsung menyerang Renata, tapi dengan sigap Andra langsung menghindar.
"Lumayan juga kemampuanmu."
Mereka kembali menyerang Andra, kali ini lebih sedikit brutal tentu saja Andra sedikit kewalahan karena mereka bertiga sedang dirinya hanya sendiri.
Dia sedikit lengah hingga salah satu dari mereka menendang perutnya, Andra jatuh tersungkur dan meringis.
"Sial." rutuk Andra.
"Dasar wanita tidak tahu diri," pria itu hendak menedang perut Andra kambali tapi seseorang langsung menendang pugung pria itu hingga dia jatuh.
Mereka bertiga terkejut. "Apa dia temannya?" tanya pria itu pada temannya.
"Mungkin saja."
"Aku sudah menguhubungi polisi."
Mendengar kata itu mereka langsung ketakutan dan berlari kabur. Padahal dia berbohong mengenai itu.
Andra bangun sambil menahan rasa sakit diperutnya, dia kemudian menepuk-nepuk jaket yang dikenakan karena kotor.
"Kamu tidak apa-apa?"
Pria itu menoleh dan terlihat sangat terkejut dengan pandangannya saat ini. "Renata?" Panggilnya pelan.
"Kamu lagi." Andra dengan tenang berucal, dia kemudian menatap Anggasta dingin. "Sudah menemukan jawaban atas apa yang kamu tanyakan waktu itu?" Ucap Andra.
Pria itu tentu saja Anggasta, dia masih berdiri sambil menatap kaget. Dia melirik jam tangannya.
"A-ku sudah menemukannya." ucap Anggasta terbata.
Mendengar itu Andra hanya berdecih pelan. "Baiklah jika begitu." Andra hendak pergi namun langsung ditahan.
"Siapa namamu?"
Andra menepis tangan Anggasta dan menatapnya. "Kenapa kamu bisa menyukai wanita bodoh ini?" bukannya menjawab Andra malah mengajukan pertanyaan pada Anggasta.
Anggasta benar-benar bingung saat ini, dia tidak tau apa kepribadian ini. Dia juga tidak tau tentang semuanya.
"Tidak butuh alasan apapun untuk aku menyukainya." jawab Anggasta.
Andra terkekeh mendengar jawaban Anggasta, pria ini juga ternyata sangat bodoh.
"Biar aku beritahu sesuatu, sebaiknya jangan menyukai dia, jika nanti dia mati, kamu hanya akan merasa tersakiti." kekehnya.
Entah kenapa mendengar ucapan Andra, Anggasta benar-benar sangat marah, dia tidak terima jika dia berbicara seperti itu.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah membuat Renata melakukan itu." Ancam Anggasta.
Lagi-lagi Andra hanya bisa terkekeh. "Kau lihat? Lagi-lagi dia mengiris lengannya, jika saja aku kembali mengiris lengan ini lebih dalam mungkin tubuh ini akan mati. Tapi itu bukan tugasku," dia menunjukan bekas luka sayatan baru.
Andra kembali menutup lengannya, dia kemudian berjalan meninggal Anggasta yang masih diam terpaku sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Ahh karena aku tidak sombong, maka aku beritahu namaku hanya padamu. Andra, itu namaku." setelah itu dia kembali berjalan pergi.
"Andra. Aku akan mengingatmu dengan baik." ucap Anggasta pelan.
Dia sudah mengetahui tentang satu kepribadian Renata, dia pikir dalam tubuh Renata hanya berisikan wanita saja karena Renata juga seorang wanita, tapi ternyata didalam tubuhnya juga terdapat satu Pria, tapi dia tidak bisa menyimpulkan apapun sekarang, karena hanya satu kepripadian yang baru muncul dan dia ketahui.
***

Comentário do Livro (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes