logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

20. Rumah sakit

Selamat membaca!!
~~~
Sudah sekitar setengah jam Renata belum sadarkan diri, mereka kini tengah berada dirumah sakit tempat dimana ibunya Anggasta bekerja.
Sopia juga sudah menemui mereka, tapi Anggasta membujuk ibunya supaya jangan dulu memberitahu orang tua Renata. Anggasta ingin sedikit berbincang dengan Renata setelah gadis itu sadar.
Tangan kanan Renata mulai bergerak pelan, Anggasta yang melihat itu langsung berdiri dan menatap lekat Renata. Perlahan dia mulai membuka mata mencoba untuk menetralkan cahaya yang masuk kedalam matanya.
Pandangan pertama yang dia lihat adalah wajah khawatir Anggasta, pria itu terus menatap lekat dirinya.
"Sebentar aku panggilkan dokter." Baru saja Anggasta akan melangkah, tangannya sudah dipegang pelan oleh Renata, Anggasta langsung menoleh.
"Tidak usah, aku baik-baik saja."
Setelah mendengar itu Anggasta kembali ketempat semula, dia masih menatap Renata. Gadis itu mencoba untuk bangun dan duduk, Anggasta juga langsung membantunya.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Anggasta.
Renata hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Jika boleh jujur sebenarnya dia tidak mengingat apa yang terjadi padanya, dia hanya ingat ketika dirinya dibawa oleh pria yang tempo lalu mengajaknya pacaran, dia masih memiliki rekaman video tentang dirinya dan juga Anggasta.
"Aku belum memberitahu kedua orangtuamu tentang ini, maaf." ucap Anggasta.
Renata langsung menggeleng pelan. "Jika mereka tau mungkin aku tidak akan diijinkan lagi untuk melakukan hal seperti ini, terimakasih karena tidak memberitahu mereka."
Anggasta mengangguk pelan. "Aku hanya ingin tau kenapa kamu bisa bersamanya? Apa sebelumnya kamu memiliki masalah dengannya?" tanya Anggasta.
"Pria itu pernah mengatakan perasaannya padaku dan aku menolaknya bukan karena tidak ingin, tapi dengan kondisiku yang sekarang aku tidak yakin dengan itu. Tapi sepertinya dia tidak menerima penolakanku, dia memiliki rekaman video tentang percakapanku denganmu didepan toilet, aku sungguh takut dengan itu. Bagaimana jika semua orang tau tentang itu, hidupku pasti sudah berakhir." jelas Renata pelan.
Anggasta menatap sendu Renata, gadis ini memiliki banyak ketakutan, dia sungguh berfikir jika hidupnya akan berakhir jika video itu tersebar.
"Jangan berbicara seperti itu, aku akan berusaha membantumu menyelesaikannya. Jangan khawatir aku selalu ada untukmu."
Entah kenapa mendengar perkataan Anggasta membuat Renata terdiam, dia sungguh tidak mengerti kenapa pria ini selalu membantunya, dia juga selalu ada saat Renata mengalami masa sulit.
Apa mungkin dia seperti itu karena merasa kasihan padanya?
"Aku tidak mengerti kenapa kamu selalu membantuku. Aku tidak butuh belas kasian darimu, terlebih lagi kamu sudah tau semua tentangku."
"Aku tidak merasa kasihan padamu, aku juga tidak tau tentangmu, ibuku tidak memberitahu tentang penyakitmu. Jangan salah paham aku seperti ini karena aku memang ingin dekat denganmu."
Renata masih terdiam, dia tidak menyangka jika Anggasta akan seperti ini, apa mungkin ucapan pria ini jujur? Bukan tidak percaya, dia hanya takut jika nanti Anggasta sudah tau tentang penyakitnya, dia akan menjauh dan tidak ingin dekat dengannya lagi.
Seakan tau tentang rasa takut Renata, Anggasta hanya tersenyum samar, dia tidak ingin memaksa Renata untuk percaya padanya tapi yang baru saja dia katakan memanglah kejujuran, dia tidak mungkin memanfaatkan atau merasa kasihan pada Renata hanya karena gadis ini memiliki penyakit.
Mungkin di awal dia hanya merasa penasaran tentang Renata, tapi lambat laun semuanya berubah, setelah semua yang dialami oleh Renata, entah kenapa Anggasta malah ingin melindungi gadis ini.
"Aku mengerti dengan semua rasa takutmu, jika kamu belum percaya dengan ucapanku itu tidak apa-apa, tapi yang perlu kamu yakini adalah aku mengatakan itu dengan kejujuranku.
"Maaf, aku belum bisa mengatakan apapun. Aku yakin setelah banyak kejadian yang aku alami, kamu pasti memliki banyak pertanyaan yang ingin disampaikan terutama mengenai kejadian-kejadian aneh yang menimpaku. Tapi saat ini aku benar-benar tidak ingin menjelaskan apapun."
Anggasata hanya bisa menatap wajah Renata yang murung, gadis ini sudah banyak melalui kesulitan dalam hidupnya dan tentunya Anggasta juga tidak mau memaksa Renata untuk berbicara meskipun banyak hal yang ingin dia tanyakan.
"Aku tidak akan bertanya apapun saat ini."
~~~
Setelah acara festival selesai dilaksanakan semua orang berkumpul dengan kelasnya masing-masing.
Begitu juga dengan Andini, dia sudah selasai berganti baju dan masih duduj dengan gelisah, dia sangat khawatir dengan kondisi Renata saat ini.
Meskipun Anggasta sudah mengabari kondisi Renata baik-baik saja, tapi sebagai seoarang teman dekat Andini masih nerasa sangat khawatir.
"Acara festival sudah selesai dilaksanakan, meskipun kelas kita tidak juara, aku sangat berterimakasih karena kalian sudah ikut berpartisipasi." Bima selaku ketua kelas memberikan apresiasi pada semua teman kelasnya.
"Aku masih khawatir dengan kondisi Renata." Baim mulai membicarakan kondisi Renata sehingga seisi kelas mulai terdiam khawatir
Bima juga terlihat bingung, dia tidak menyangka jika Pria itu tega menyekap Renta hanya karena gadis itu menolaknya.
"Aku sudah memperingatkan Renata untuk tidak dekat dengan Pria gila itu, seisi sekolah juga sudah tau jika dia Pria gila. Aku sangat takut terjadi apa-apa dengan Renata."
"Sudahlah, ketua OSIS sudah memberitahukan keadaan Renata, dia sudah baik-baik saja sekarang. Sebaiknya kita lekas beres-beres dan beristirahat." Bima mengakhiri semuanya dengan menyuruh siswa kelasnya untuk beres-beres.
mereka semua mengangguk lesu. kejadian hari ini sungguh membuat semua orang khawatir, ini terjadi untuk pertama kalinya. mereka sudah berfikir jika acara festival akan berjalan dengan baik tanpa hambatan apapun, tapi ternyata salah kejadian ini membuat dampak yang begitu buruk. semua orang nampak tidak begitu semangat.
Andini berjalan menuju Bima, dia benar-benar khawatir tentanng Renata. "Bima...," panggilnya.
Bima menoleh dan mendapati Andini sudah berada didepannya. "Ada apa?" tanyanya.
"Apa boleh aku pergi untuk menjenguk Renata?" tanyanya.
Bima langsung menggeleng tegas. "Bukankah aku sudah bilang jika Anggasta sudah membereskan semua. lagipula ini masih jam sekolah, kamu tidak akan diijinkan untuk keluar, sudahlah jangan khawatir semua akan baik-baik saja" jelas Bima.
Andini hanya bisa mengangguk lesu, dia ingin sekali bertemu dengan Renata dan memastikan keadaannya.
***

Comentário do Livro (138)

  • avatar
    SariLinda

    bagus banget ini

    03/08

      0
  • avatar
    WijayaAngga

    Bagus ka, ada lanjutannya ga? atau cerita yang 11 12 ma ini bagus banget soalnya

    23/07

      0
  • avatar
    Abima aKeynan

    bgs

    11/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes