logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 13 Pertengkaran kecil

" Sini lo! " Sari menarik tangan paksa Thoriq menuju belakang kampus.
Thoriq menatap Sari dengan tatapan tajam. "Apa? " tanyanya ketus.
" Maksud lo apa tadi malam semua ini gara-gara gue? "
Belum sempat menjawab, Thoriq membekap mulut Sari, membuatnya hampir kehabisan napas. " Diem, ada yang nguping pembicaraan kita! " Thoriq kemudian melepaskan bekapan itu dari mulut Sari.
Sari terdiam, sedangkan Thoriq menghampiri orang itu, yang ternyata Irwan. Ya, Irwan tak sengaja mendengar pembicaraan keduanya saat dia sehabis pulang dari kost, dan melewati belakang kampus, dia mendengar cekcok kecil di sana. Irwan kepo, dan ternyata dia mengenali dua orang itu. Mereka adalah Sari dan Thoriq pastinya. Irwan hapal salah satu dari mereka, terutama Sari. Dia masih ingat saat terjadi pertengkaran antara Beno dan gadis itu. Irwan tak mungkin salah, pasti itu Sari.
" Lo nguping? " Thoriq menatap Irwan tajam, tapi cowok itu tetap bersikap biasa.
" Kalau iya emang kenapa? " Irwan melipat kedua tangannya di atas dada, seperti orang menantang.
" Pergi nggak lo? Atau gue hajar? " Thoriq maju satu langkah hendak memukul Irwan, tapi Sari dengan cepat menarik tangan Thoriq menjauh.
Irwan mengangkat bahunya. Ada yang aneh, pikirnya. Apa mungkin Sari dan Thoriq ada di balik kematian Beno? Irwan tak mau asal menuduh, tapi kalau dipikir-pikir sepertinya mereka bukan tipe orang yang kriminal. Jadi siapa yang membunuh Beno? Apa dugaan Irwan salah kalau Beno mati dibunuh?
Kepalanya terasa pusing, sejauh ini belum ada titik terang sama sekali.
Irwan melanjutkan langkahnya menuju kelas. Sesampainya di sana, dia sudah dihadang oleh Nuno bersama Hamdan.
" Jamet mana? " tanya Nuno menyelidik.
" Jamet sakit, hari ini dia nggak masuk. "
" Tapi dia masih di kost lo, kan? " Nuno bertanya lagi memastikan. Nuno paham kalau semenjak Jamet dihantui arwah Beno, Jamet setiap hari tidur di kost Irwan.
Irwan mengangguk.
" Lo tahu nggak, Wan? Semalam gue dihantuin Beno! " Mata Nuno menunjukkan keseriusan.
" Yang bener, Ndan? " Irwan mengarahkan pandangan ke Hamdan.
Hamdan mengangguk.
" Serem, nggak, tuh." Nuno mengedikkan bahunya ngeri. Bayang-bayang arwah Beno masih terbayang jelas dalam otaknya sampai sekarang.
" Ya, serem, No. Gue, kan, juga pernah dihantuin juga, Bro. " Irwan tertawa.
Ada yang menganjal di hati Irwan ketika tadi melihat percekcokan antara Sari dan Thoriq. Irwan harus segera menceritakan ini pada Sarwan, tapi cowok itu belum terlihat.
Biasanya jam istirahat, Sarwan pulang ke kos dan datang saat jam kuliah akan dimulai.
Irwan melirik jam tangan yang menunjukkan pukul satu kurang lima menit, dia yakin sebentar lagi Sarwan akan muncul. Bagai pucuk ulam pun tiba, Sarwan sedang berjalan menuju kelas. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Irwan menghampiri Sarwan.
" Gue ada kabar penting, " ucap Irwan kemudian.
" Kabar apa? "
Belum sempat mengatakan semuanya, terlebih dahulu dosen sudah memasuki kelas. Irwan hanya bisa menelan kekecewaan.
" Nanti aja gue ceritanya. "
Mereka akhirnya masuk kelas.
Dua jam berlalu, perkuliahan selesai. Sarwan langsung menagih janjinya pada Irwan yang akan menceritakan sesuatu.
" Katanya lo mau cerita?" Sarwan duduk di depan Irwan.
" Gue tadi--" belum sempat meneruskan perkataan, suara ponsel Irwan berdering.
Cowok itu mengambil ponselnya yang ditaruh di meja dan mengangkat telepon itu.
" Iya, gue balik sekarang." Irwan menutup sambungan telepon.
" Sori nanti pas kuliah malam aja ceritanya. Jamet vertigo katanya, gue urusin dia dulu. "
Irwan berdiri dan berlalu meninggalkan kelas.
" Irwan mau ke mana, tuh, Sarwan? " tanya Nuno.
" Balik, katanya Jamet vertigo. "
Mengetahui kalau Jamet sakit tambah parah, Nuno langsung nyelonong keluar kelas, menyusul Irwan ke kos.
***
Kuliah malam tiba. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Peserta praktikum menuju ke lab Basis Data yang berada di lantai dua.
" Lo mau cerita apa? " tagih Sarwan yang melihat Irwan melangkah menuju ruangan.
" Tadi gue lihat Sari sama Thoriq cekcok," jawab Irwan.
" Cekcok gimana? " sambil mendengarkan cerita Irwan, Sarwan menaruh tasnya di rak saat masuk ke ruangan praktikum, begitu pula dengan Irwan.
" Ya mereka ribut gitu. Gue nggak terlalu paham, sih. Belum juga gue nguping pembicaraan mereka, si Thoriq mergokin gue. "
" Ya pasti mereka salah-salahan atas kematian Beno, Wan."
" Mungkin nggak kalau mereka yang bunuh Beno? "
Dengan cepat Sarwan menggeleng. " Kayaknya nggak mungkin, deh. Polisi juga bilang kalau Beno bunuh diri, kan? Sidik jari pelaku pun nggak ada. "
" Semua bisa dimanipulasi, Bro, " Irwan menyangkal perkataan Sarwan. " Gue pernah baca novel tentang pembunuhan. Dia bisa hilangin jejak kalau dia yang bunuh. Bisa aja kan kalau aslinya Beno itu memang dibunuh? Bisa aja yang bunuh itu udah tahu trik-trik hilangin jejak pembunuhan? "
Sarwan menanggapi ucapan Irwan dengan gelengan kepala.
" Itu spekulasi gue aja, sih. " Irwan berlalu meninggalkan Sarwan dengan pikirannya sendiri.
Dosen datang, praktikum dimulai.
" Kalian kerjakan modul pertemuan lima," ucap dosen bernama Pak Malik.
" Baik, Pak."
Di tengah-tengah praktikum, Pak Malik memperhatikan mahasiswanya satu persatu dari podium. Pak Malik melihat ada salah seseorang mahasiswanya yang duduk di belakang sendirian.
" Mas, pindah ke sebelah temannya. Jangan sendirian, " ucap Pak Malik, membuat satu kelas TI-2 menoleh ke arah yang ditunjuk Pak Malik.
" Pak, di belakang kosong. Nggak ada siapa-siapa," celetuk salah satu mahasiswa.
" Ada, " jawab Pak Malik, ngeyel.
Yang ada di ruangan, menengok ke belakang. Nihil. Tak ada siapa-siapa seperti yang Pak Malik maksud.
" Jangan-jangan itu arwahnya Beno lagi," ucap Nuno dengan kencang, membuat satu kelas ricuh.
" Sudah... sudah ..." Pak Malik mencoba menenangkan suasana yang mulai ricuh.
" Pak itu pasti arwahnya Beno! " Nuno berdiri mencoba menjelaskan. " Kalau gini caranya kita nggak bisa kuliah dengan produktif, Pak. "
" Benar, Pak," timpal yang lain.
" Mau gimana lagi? Sudah jangan takut. Toh, kalau jadwalnya diubah juga nggak akan bisa. "
Dengan rasa takut akhrinya mereka mengerjakan praktikum sampai selesai.
" Pulang aja, yuk," ajak Irwan. Dia tidak nyaman dengan penampakan Beno. Menyeramkan.
" Ayo lah. Gue takut dia datang lagi," sahut Nuno. Mereka akhirnya menuruni tangga dan pulang ke kos. Lagian kasihan Jamet yang masih sakit sendirian di kos.
***

Comentário do Livro (417)

  • avatar
    MoeSITI NUR SARAH BATRISYIA BINTI RIDHWAN TONG

    thankyou author , alur cerita menarik , plot twist dia memang power lah 😭💗

    11/08/2022

      0
  • avatar
    NouviraErry

    ya menarik x ngwri

    22d

      0
  • avatar
    Gorengan88Sambalpedas1989

    bagus banget

    24d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes