logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

part 8

Aku ingat ini hari minggu. Biasanya aku akan ikut bik Marti'ah berjualan di ujung jalan kampung. Selain aku bisa mendapat uang saku, aku juga bisa sarapan gratis di sana. Bik Marti'ah adalah penjual nasi kuning terkenal di kampungku. Pelanggan nya sangat banyak. Bahkan jika beli harus mengantri panjang.
Aku biasanya bantu-bantu cuci piring di sana. Ibu tidak melarang ku selama aku hanya mengerjakanya di hari libur. Kata ibu, nanti ayah marah pada ibu jika membiarkanya bekerja di hari sekolah. Ibu takut di tuduh menyuruh ku bekerja.
Hmmm.... padahal ku kira karena ibu mulai memperhatikan ku. Tapi paling tidak, ibu masih mau merawat ku kan.
Aku bekerja dengan giat di warung bik Marti'ah. Beliau senang sekali katanya aku rajin. Bahkan Ambar anaknya pun tak serajin aku.
Bik Marti'ah punya seorang anak gadis bernama Ambar. Dia cantik sekali. Berkulit bersih dan tinggi. Berlesung pipit, berambut panjang dan juga lurus. Dia sangat baik padaku. Dialah yang membawa ku bekerja pada ibunya.
Waktu itu, aku sedang ada di teras rumah Dina. Rumah Dina dan warung bik Marti'ah memang begitu dekat. Aku melihat orang berlalu lalang membeli, dan gelas dan piring makin menggunung. Tapi yang lebih ku perhatikan adalah dagangan bik Marti'ah.
Sepertinya rasanya begitu nikmat. Hingga tanpa terasa aku menelan air liur ku sendiri. Di saat itu, mbak Ambar lewat tepat di depan ku. Entah mungkin karna dia sudah memperhatikan ku atau apa, akhirnya dia menegur ku.
"Hei Tania! Ngapain kamu?"tanya nya ketus padaku yang hanya mampu ku jawab dengan gelengan kepala pelan.
"Kamu mau makan nasi kuning buatan ibuku?"tanya nya lagi.
Entah dia mengejek ku atau apa. Tapi yang jelas saat itu, aku segera kegirangan dan menganggukan kepala dengan cepat. Entah ini di sebut tak tahu malu atau apa, aku tak peduli.
"Ayo ikut aku!"ajak nya kala itu.
Dia menggandeng tangan ku menuju tempat ibu nya biasa mencuci piring dan gelas. Entah apa maksudnya aku belum paham. Hingga akhirnya dia sendiri yang menjelas kan nya.
"Kalau mau makan, harus kerja dulu. Tuch! Cuci gelas sama piringnya! Abis itu baru kamu boleh makan nasi kuning ibuku. Karena aku yakin kamu ngga punya uang"ucapnya padaku kala itu.
Aku pun akhirnya berjongkok di depan bak cucian dan mulai bekerja. Awalnya alu mendengar bik Marti'ah dan mbak Ambar berdebat. Namun lama bik Marti'ah memandang ku hingga akhirnya dia membiarkan ku.
Hari sudah semakin siang. Dagangan bik Marti'ah pun sudah hampir habis. Pekerjaan lu pun sudah akan selesai. Bahkan para pelanggan pun sudah semakin berkurang. Bik Marti'ah memanggil ku. Aku takut jika beliau akan memarahi ku. Tapi ternyata dugaan ku salah.
"Kamu pasti lapar ndok. Ini nasi kuning janji mbak Ambar tadi. Ayo di makan dulu!"ucapnya sambil memberikan nasi kuning sepiring dengan lauk lengkap telur dan ayam suwir nya.
"Tapi saya ngga bawa uang bik"ucapku ragu.
"Ngga usah bayar. Kan baru aja kamu bantu bibik to. Jadi ini anggap aja upah" jawabnya padaku.
Aku langsung sumringah. Setelah mengucapkan terima kasih, aku memakan nasi kuning yang terkenal enaknya itu dengan lahap. Bahkan saat nasi itu sudah habis, bik Marti'ah menawari ku untuk tambah.
Tapi tentu saja aku menolaknya. Karena ayah bilang, tidak baik makan berlebihan. Makanlah setelah lapar dan berhenti lah makan sebelum kenyang. Itu lah nasehat ayah yang selalu ku ingat.
"Ndok. Terima kasih bantu bibik hari ini. Besok-besok kalau kamu ingin makan nasi kuning lagi, datanglah ke sini! Bantu bibik bersih-bersih. Setelahnya kamu bisa makan hingga kenyang, ya! Dan ini. Tambahan uang saku buat kamu" kata bik Marti'ah saat aku sudah selesai makan dan mencuci piring terakhir sambil menyerahkan uang 20 rb padaku.
Jangan tanya betapa senangnya aku. Setelah berterima kasih, aku pun segera pulang ke rumah dengan riangnya. Uang itu, tentu akan ku tabung lagi ke dalam celengan ku.
Semenjak hari itu, setiap minggu pagi aku akam selalu ke warung bik Marti'ah. Yang jelas setelah aku ijin pada ibu. Dan yang pasti jawaban ibuku akan selalu sama. Terserah.
Tapi minggu pagi ini lain dengan minggu-minggu sebelumnya. Bu Joko, datang menghampiri ku di warung bik Marti'ah. Beliau bilang ingin beli nasi kuning bik Marti'ah sebanyak 10 bungkus untuk karyawan ditoko.
Tapi aku tak bisa begitu percaya. Entah kenapa aku merasa, beliau sengaja ingin bertemu dengan ku.
"Ndok. Ayo sini makan dulu sama ibuk!"ajak bu Joko.
Bik Marti'ah pun mengangguk mengisyaratkan agar aku manut di ajak makan. Akupun menyudahi dulu pekerjaan ku. Aku duduk di samping bu Joko dan di depan kami sudah terhidang 2 porsi nasi kuning dengan ayam goreng utuh sebagai lauk tambahanya.
"Bagaimana kabarmu ndok?"tanya bu Joko di tengah acara sarapan kami.
"Alhamdulillah baik buk. Ibuk sendiri bagaimana? Lama Tania tidak lihat ibuk"kataku lagi.
"Ibuk juga baik. Iya ibuk sibuk sekali karena harus ngurua cabang toko baru. Tapi titipan ibuk di pak dhe Dirman selalu sampai kan?"tanya nya lagi.
Ya. Pak dhe Dirman selalu menemui ku tiap minggu sepulang sekolah untuk memberi ku uang saku dari bu Joko. Entah kenapa bu Joko sangat baik sampai tidak lupa akan kebiasaan nya itu.
"Iya buk. Pak dhe ngga pernah lupa ngasih ke Tania"jawab ku.
"Alhamdulillaah kalau begitu. Setiap minggu kamu di sini kerja ndok?"tanya nya lagi.
"Iya buk. Alhamdulillah bisa makan gratis nasi kuning terenak di kampung ini dan dapat uang saku dari bibik"ucapku riang.
"Apa uang dari ibuk tidak cukup untuk bekal mu beli nasi kuning ndok?"tanya bu Joko tiba-tiba.
Aku yang semula begitu riang tiba-tiba merasa tidak enak pada bu Joko.
'Apa ibuk tersinggung karena aku bekerja hanya untuk sarapan gratis?' Itulah tanya ku dalam hati
"Tidak buk. Bukan begitu maksud Tania. Uang dari ibuk semua aku tabung. Aku ingin sekolah setinggi-tingginya. Ini murni karena aku hanya ingin saja mengisi waktu luang dengan bekerja. Supaya uang ku makin kumpul"itulah jawab ku meyakinkan ibuk.
"Masya Allah ndok. Mulia sekali hati mu itu. Semoga kelak apa yang kamu cita-cita kan terkabul ya, ndok! Aamiin" ucap nya sambil tersenyum.
Lega sekali aku melihat beliau tersenyum. Itu berarti beliau tidak marah maupun tersinggung padaku. Kami pun kembali menikmati sarapan kami. Kami selesai sarapan bersamaan dengan selesainya pesanan ibuk.
Ibuk pamit padaku sambil menyelipkan uang di saku baju ku. Beliau berpesan untuk di tabung lagi. Setelahnya, bu Joko berbicara dengan bik Marti'ah yang aku tak tahu apa bahasan di antara keduanya.
Setelah bu Joko pergi, aku pun kembali pada pekerjaan ku. Bik Marti'ah pun kembali melanjutkan aktifitasnya melayani pembeli. Hingga pekerjaan ku pun akhirnya selesai.
"Ndok. Beruntung nya ayah ibu mu punya anak sepertimu ndok. Mau berpikir dewasa. Ini uang saku mu hari ini ya ndok" ucap bik Marti'ah.
"Terima kasih bik"ucapku.
Aku memang tidak tahu bibik sedang memuji ku atau mengolok hidupku yang kurang di cintai ibu ini. Tapi yang jelas, aku cukup puas hari ini karena bisa bertenu dengan bu Joko lagi setelah sekian lama. Kini senyum ku pun berkembang lebar sekali.
◇◇◇◇
Aku pulang ke rumah dengan hati riang. Saat sampai, aku melihat ibu sedang membakar sampah daun kering di halaman. Tak lama adik ku pun ikut keluar dan duduk di bale-bale di bawah pohon.
"Mbak. Ayo ajarin aku soal yang ini mbak!"teriaknya kala melihat aku sudah pulang.
Akupun mendekati nya. Ternyata dia sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Kulihat buku matematika yang tengah di bawanya. Pantas saja dia terlihat begitu kebingungan.
Adik ku itu memang sangat lemah di pelajaran itu. Aku memang bukan anak yang sangat pandai. Namun aku masih mampu mengerjakan soal-soal dengan baik.
"Mana yang kamu ngga bisa, dek?"tanya ku.
"Semua nya"jawabnya sambil tersenyum.
Akupun ikut tersenyum dan mulai mengajari nya. Memang dasar adik ku ini, tidak mau berusaha lebih dulu langsung saja minta bantuan di kala memang dari awal merasa tidak bisa.
Kamipun mulai mengerjakan soal itu sementara ibu telah selesai dengan kegiatan nya dan langsung masuk ke dalam. Ah....! Sebenarnya berharap sekali ibh akan menghampiri dan berkata,
'Belajar yang rajin ya anak-anak ibu'.
Tapi apa daya, itu masih sebatas mimpi saja. Semoga suatu saat itu akan terjadi.

Comentário do Livro (70)

  • avatar
    RiahMariah

    mantap ❤️

    16d

      0
  • avatar
    ComunitiAfif

    tapi

    27/07

      0
  • avatar
    VitalokaBunga

    aku malas baca

    01/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes