logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

part 4

Aku mengucapkan terima kasih dan langsung berlalu dari hadapan pak Dirman. Aku pulang dengan suka cita sekali. Bahkan aku sampai tersenyum- senyum sendiri. Tiba di depan rumah, aku tambah terkejut lagi.
Aku melihat ada motor terparkir di halaman. Aku sangat mengenali motor itu. Itu motor ayah. Aku segera berlari masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum"aku mengucap salam sambil memabdang seluruh sudut rumah.
"Wa'alaikum salam"sahut suara dari dapur.
"Ayah....!!!!"aku berlari menghambur ke pelukan ayah saat ayah sudah nampak di depan ku.
Kami berpelukan lama sekali. Rasanya rindu sekali karna sudah 2 minggu ayah tak pulang ke rumah. Bahkan aku hanya mendengar suara nya saat ayah menelfon ibu dan Sandi. Saat ayah menanyakan ku, ibu akan selalu bilang aku sudah tidur. Padahal aku menguping pembicaraan mereka dari dalam kamar.
"Kapan ayah sampai?"tanya ku.
"Baru saja, ndok. Kok kamu pulang sendiri? Mana ibu dan Sandi?"tanya ayah sambil membawa ku duduk di kursi ruang tamu dan memangku ku.
"Ibu masih di rumah bu Joko yah. Aku di suruh ibu pulang lebih dulu"ucapku.
"Ouw begitu. Lalu apa yang kamu bawa itu?"tanya ayah sambil menunjuk kotak yang aku bawa.
"Ini dari bu Joko yah. Tadi pak dhe Dirman yang di titipi. Isi nya tas lho yah. Bagus sekali" jelas ku bersemangat sekali.
"Alhamdulillah. Banyak-banyak bersyukur ya, ndok. Rejeki kamu. Ibu tahu tentang ini?"
Aku menggeleng dengan pelan sambil menundukan kepala. Ayah mengusap rambut ku pelan.
"Ya sudah ngga papa. Nanti ayah bantu jelaskan pada ibu. Sudah sana, bawa masuk kamar! Habis itu ikut ayah keluar sebentar" ucap ayah menenangkan ku.
"Ke mana yah?"tanya ku kembali semangat.
"Beli bakso. Ayah lapar" ucap ayah sambil mengusap perutnya yang sedikit buncit.
Aku pun terlonjak kegirangan dan segera menuju kamar untuk menaruh kotak tas itu. Kami keluar dari rumah dan segera bapak memboceng ku menuju salah satu tempat kesukaan nya.
◇◇◇◇
Kami sampai di sebuah kedai bakso di depan pasar. Ayah memesan 2 mangkok bakso seperti yang biasa nya. Aku duduk menunggu di meja. Ayah kembali sambil membawa lontong dan juga krupuk kesukaan ku.
"Bagaimana kabar mu di rumah ndok?"tanya ayah saat sudah ada di depan ku.
"Masih seperti biasa yah. Masih bantu ibu dan dan mengerjakan tugas sekolah. Aku sekarang mengerjakan bersama Eka karena Dina sulit di temui di rumah di jam aku sempat ke rumahnya. Jadi sekarang aku pindah ke rumah Eka belajarnya" jelas ku pada ayah.
"Ibu masih suka marah-marah?"tanya ayah.
"Sudah biasa yah. Mungkin ibu lelah" ucap ku sambil menundukan kepala.
Ayah terlihat menghembuskan nafas dengan kasar. Pesanan kami pun datang.
"Makan, ndok!"ucap ayah menyuruh ku segera makan.
Aku mengangguk dengan antusias dan segera menyendok kan bakso ke mulut ku dengan riang. Ayah selalu membawa ku kemari saat pulang ke rumah. Kadang ibu turut serta, tapi kami lebih sering makan berdua saja.
Kami makan dengan senang hati. Tiba-tiba, aku teringat akan tawaran bu Joko tentabg menjadi anak angkat nya.
"Yah. Beberapa hari yang lalu, bu Joko menawari ku untuk menjadi anak angkat nya. Beliau ingin membiayai sekolah ku dan mencukupi semua kebutuhan ku" ucapku menjelaskan pada ayah.
"Lalu, apa jawaban mu ndok?"tanya ayah.
"Aku bilang, aku ngga bisa memutuskan nya sendiri. Aku bingung" jelas ku santai.
Ayah terlihat sedikit cemas. Ya cemas. Setidaknya itu yang ku tangkap dari pergerakan tubuhnya.
"Sudah. Makanlah! Nanti ayah yang pikirkan. Jangan beri tahu ibu mu dulu!"pesan ayah setelahnya.
Aku mengangguk. Karena tentu saja aku tidak akan berani bicara pada ibu. Pasti kemarahan ibu lah yang aku dapat nanti nya kan. Kami pun kembali makan dengan riang.
◇◇◇
Aku dan ayah sampai di rumah. Tapi ibu dan Sandi belum nampak ada di rumah juga. Kami masuk ke dalam rumah dan kembali bercanda bersama. Ah, betapa bahagia nya aku ketika ada ayah! Ingin rasanya tak berpisah kembali. Tapi bagaimana pun ayah harus tetap berangkat bekerja bukan. Jadilah aku harus bisa menguasai hati ku ini.
Saat ibu dan Sandi pulang, ibu pun merasa sangat bahagia melihat ayah ada di rumah. Begitupun adik ku. Dia langsung melompat ke pangkuan ayah.
Malamnya, ibu memasak makanan spesial karena ayah pulang. Kami duduk di ruang tamu untuk makan bersama. Ya, ini adalah kegiatan rutin saat ayah di rumah. Di mana di setiap kesempatanya, aku nikmati karena merasa benar-benar punya keluarga.
Makan bersama dengan ibu dan ayah. Karena jika ayah tak ada, seperti biasa aku akan makan sendirian. Makanan apapun terasa sangat nikmat bagiku di kala saat seperti ini.
"Kemarin kok ngga pulang lama, yah?"tanya ibu di sela kebersamaan kami makan.
"Iya. Bambang tidak bisa hadir. Jadi mau tidak mau ayah harus menggantikan nya. Ibu sudah tau kan kalau istri Bambang sakit struk?"
"Iya sudah yah. Bahkan pak Bambang ke sini mau pinjam uang. Malah kalau bisa kasbon ke ayah agar di tukar dengan gajinya yang minggu kemarin"jelas ibuku.
"Lalu ibu berikan pinjaman berapa pada Bambang?"tanya ayah.
"Seperti yang sudah tak ceritakan ke ayah, 500 ribu"
"Iya ngga papa. Kasihan juga tetangga kita itu. Tidak punya saudara di kota ini"ucap ayah ku.
Kami pun kembali makan dan bercanda. Saat malam mulai larut dan masuk waktu tidur, ayah masuk ke dalam kamar ku. Seperti biasa, beliau akan menemani hingga aku tidur. Sementara ibu melakukanya pada adiku juga.
"Ndok. Apa kamu akan menerima seandainya bapak mengijinkan mu menjadi anak angkat bu Joko?"tanya ayah padaku.
"Selama ayah yang minta, aku akan lakukan"ucap ku asal saja.
"Kamu kalau ikut bu Joko, jangan nakal ya! Harus jadi anak yang sopan, nurut, ngga boleh bantah bu Joko maupun pak Joko selama masih dalam hal baik. Bapak yakin hatimu baik. Ikuti kata hatimu, mana yang hati mu merasa boleh di lakukan, lakukan! Tapi jika hatimu menolak, tinggalkan!"ucap ayah
Aku mendengarkan dengan baik dan berpikir apa maksud ucapan bapak. Karena jujur saja, bahkan artinya anak angkat pun aku tidak tahu.
"Apakah jika Tania jadi anak angkat bu Joko, Tania harus tinggal dengan mereka yah?"tanya ku.
"Ya iya dong ndok. Namanya anak angkat ya berarti kamu di angkat jadi anak nya bu Joko. Kemanapun orang tua baru mu pergi, ya kamu harus nurut" ucap ayah sambil tersenyum.
"Kenapa beliau tidak membiayai sekolah ku saja yah. Dan aku tetap tinggal di sini sama ayah?"tanya ku.
Ayah menghela nafas sesaat. Padahal udara sangat lega di kamar ini. Akupun diam menunggu ayah menjawab tanya ku.
"Sudah malam. Tidurlah! Nanti kalau kamu sudah besar, akan ayah jelaskan"ucap ayah.
Akupun tidur sambil memeluk ayah saat itu. Rasanya damai sekali. Seperti lelah dan semua kesedihan ku hilang sama sekali. Hingga tanpa sadar akupun terlelap.

Comentário do Livro (70)

  • avatar
    RiahMariah

    mantap ❤️

    16d

      0
  • avatar
    ComunitiAfif

    tapi

    27/07

      0
  • avatar
    VitalokaBunga

    aku malas baca

    01/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes