logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

part 10

Matahari mulai tenggelam. Adzan maghrib pun telah berkumandang. Aku duduk di ruang tamu menunggu bik Marti'ah yang harusnya datang membawa nasi tumpeng untuk ku. Hingga tak lama ku dengar salam dari luar.
"Assalamualaikum"ucap seseorang yang ku yakini suara bik Marti'ah.
"Wa'alaikum salam"jawab ku dan bapak yang baru keluar dari kamar bersamaan.
"Ouw kamu Mar. Masuk sini dulu!"kata ayah setelah melihat siapa yang datang.
"Iya kang. Ini aku anter pesenan akang kemarin. Maaf terlambat. Ambar pulang malam jadi ngga ada yang bantu"jelas bik Marti'ah pada ayah.
"Iya ngga papa kok"
"Di mana ini yang ulang tahun kok ngga muncul?"tanya bik Marti'ah lagi.
"Tania. Sini ndok! Tadi ke dapur begitu aku keluar kamar" jelas ayah setelah memanggil ku.
Aku datang dan mencium punggung tangan bik Marti'ah. Bik Marti'ah mengusap pundak ku sesaat.
"Selamat ulang tahun ya, ndok! Semoga panjang umur, sehat selalu,banyak rejeki, makin pintar dan selalu beruntung. Aamiin"do'a bik Marti'ah untuk ku.
"Aamiin. Terima kasih bik"ucap ku pula.
Bik Marti'ah hanya sebentar di rumah ku. Beliau segera pamit sesaat setelah mendo'akan ku.
Aku dan ayah langsung mempersiapkan untuk makan bersama. Kali ini kami tidak hanya berdua. Ada Sandi juga turut makan bersama kami. Ibu?
Setiap hari ulang tahun ku, beliau selalu menginap di rumah bulek Hasti. Sandi selalu di ajak setiap beliau ke sana. Tapi kali ini, Sandi beralasan bahwa besok harus ke sekolah karena ada acara kelompok bersama. Jadilah Sandi bersama kami sekarang ini.
Piring dan semua kawan nya sudah sedia di samping tumpeng. Bapak memulai do'a yang di amin kan aku dan Sandi. Setelah nya, kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk ku. Setelah meniup lilin, Sandi tiba-tiba memeluk ku.
"Selamat ulang tahun ya mbak! Semoga mbak semakin berjaya. Makin pinter dan bisa jadi orang sukses nantinya. Aamiin. Makasih sudah selalu bantu Sandi" ucapnya padaku.
"Aamiin. Sama-sama dek"ucap ku pula sambil membalas pelukannya.
Ku lihat ayah mengusap sudut matanya. Mungkin beliau terharu karena selama ini kami tidak lah sangat akrab. Ibu seolah berusaha menjauhkan ku dengan adik ku sendiri.
Aku memotong tumpeng dan ku serahkan pada ayah. Untuk yang kedua ku berikan pada Sandi. Sungguh. Malam ini walaupun belum terasa lengkap, paling tidak adik ku ada bersama ku. Dia memang tak akan bisa menggantikan kehadiran ibu. Namun paling tidak, dia masih menganggap ku ada sebagai keluarga nya.
Acara potong tumpeng pun berlangsung sangat hikmat. Sampai-sampai tanpa terasa kami tertawa dan bercanda sudah berjam-jam. Hingga jam pun menunjukan pukul setengah 9 malam.
Saat kami mulai merapikam sisa acara kami, tiba-tiba terdengar ketukan pintu pelan sekali. Lalu terdengar salam dari luar.
"Assalamu'alaikum kang" suara salam seorang pria.
"Wa'alaikum salam. Tunggu sebentar!"ucap ayah menjawab salam.
Aku dan Sandi saling pandang sambil segera mengangkat sisa piring dan makanan. Setelahnya kami berlalu menuju dapur sementara ayah membuka pintu dan mempersilahkan tamu itu masuk. Ternyata yang berkunjung adalah ayah nya Dina. Pak Bambang.
"Masuk dek!"ucap ayah mempersilahkan.
"Nggeh kang"ucap pak Bambang sopan.
"Ada apa? Tumben malam-malam mampir ke gubuk ku ini?"tanya ayah seraya menyulut rokoknya.
"Iya kang. Maaf mengganggu! Ini saya maj bayar hutang kemarin. Maaf aku lama kembalikan nya. Padahal sudah bertahun-tahun"ucap pak Bambang seraya memberikan sebuah amplop putih agak besar.
"Ngga papa dek. Namanya juga memang kebutuhan ngga ada habisnya. Ini kamu kembalikan, apa kamu sudah benar-benar ada sisa untuk mu dek?"tanya ayaj yang ku dengar.
"Alhamdulillah masih ada kang. Insya Allah cukup untuk kami"jawab pak Bambang kemudian.
"Tapi maaf kang. Saya baru bisa kembalikan yang dari dek Karti 500 ribu" ucap pak Bambang sambil menunduk kan kepalanya.
"Iya ngga papa. Jangan terlalu di pikirkan! Yang penting kamu dan istri mu sehat-sehat sekeluarga"ucap ayah ku.
Aku dan Sandi yang menguping dari dapur saling pandang.
"Ayah baik banget sama orang"bisik Sandi padaku.
"Contoh lah setelah kamu dewasa dek. Insya Allah selama masih di jalan kebaikan, semua tidak akan pernah sia-sia" ucapku menasehatinya.
"Iya mbak. Insya Allah"jawabnya seraya tersenyum.
Pak Bambang pulang dan kami pun mendekati ayah yang sedang merokok di ruang tamu sambil melihat ke arah layar televisi.
"Ndang tidur ndok, Le! Sudah malam. Besok kesiangan bangun lho"kata bapak pada kami.
"Nggeh yah"ucap kami serempak kemudian pergi ke dalam kamar masing-masing.
Akupun masuk ke dalam kamar ku dan segera menutup pintu. Biasanya ayah akan menyusul dan mengeloni ku jika saat beliau menengok ku, aku belum juga terlelap. Tapi entah, mungkin malam ini ayah sedang ingin sendiri. Lama sekali beliau tidak menyusul ku hingga akupun terlelap dengan sendirinya tanpa di minta.
◇◇◇◇
Ini pagi yang cerah. Aku bangun dengan ceria karena hari ini adalah awa baru bagi ku. Hari kedua di usia ku yang baru. Ku lihat ayah sudah menyiapkan sarapan kami.
Aku pun segera bersiap mandi sementara ku lihat Sandi pun juga sudah mandi dan menikmati sarapan nya. Aku segera ke kamar mandi membawa baju ganti ku. Setelah selesai, ku susul Sandi yang sedang sarapan dan kami pun sarapan bersama. Ku lihat ayah ada di bale-bale halaman depan sambil menikmati kopi dan juga pisang rebus.
Kami selesai sarapan dan segera berpamitan pada ayah dan segera berangkat sekolah. Di jalan, aku bertemu Dina dan juga Eka baru keluar dari rumah Dina. Ya rumah Dina adalah yang paling dekat dengan jalan raya menuju ke manapun. Sedangkan rumah ku dan rumah Eka, harus masuk ke kampung dulu.
Kami berangkat bertiga sementara Sandi berangkat lebih dulu setelah melihat aku punya teman seperjalanan. Hari ini akan ada ujian di sekolah. Memang bukan UNAS, tapi nilai nya cukup penting untuk kelulusan kami.
Kami berjalan beriringan sambil membahas soal yang akan di uji kan hari ini. Eka nampak sangat gugup karena dia tidak ingin peringkatnya turun tahun ini.
"Aku yakin kamu akan juara 1 lagi Ka. Yang penting jangan terlalu gugup aja. Orang kalau udah gugup pasti bingung mau ngerjain yang mana dulu. Akhirnya malah blank. Hilang semua hafalanya"kata Dina yang ku mantapkan dengan anggukan kepala ku.
Akhirnya Eka pun sedikit tenang menghadapi ujian hari ini. Tak terasa gerbang sekolah pun sudah nampak di depan mata. Kami masuk ke kelas masing-masing karena satu kelas hanya di huni 20 siswa saja untuk ujian kali ini. Kami berpisah ruang kelas. Dina dan Eka sekelas sedangkan aku hanya seorang diri di ruang lain lagi.
Kami hanya bertemu saat bel istirahat berbunyi. Itupun hanya 30 menit saja karna dalam sehari, ada 3 mata pelajaran yang akan di ujikan.
Saat pulang bersama hari ini, mereka menunggu ku di luar kelas. Kelas mereka selesai lebih cepat dari kelas ku. Aku pun keluar menemui mereka dan kami pun melangkah untuk puoang bersama.
Namun di depan gerbang, ku lihat sebuah mobil yang sepertinya tidak asing bagiku. Tapi aku belum mampu mengingat dengan detail milik siapa mobil itu.
Saat kaca mobil di turun kan, aku melihat orang yang sangat ku kenal. Bu Joko. Beliau melambaikan tangan padaku.
"Din. Ka. Tunggu ya!"ucap ku pada Dina dan Eka yang mereka balas dengan anggukan kepala.
Aku berjalan menuju mobil bu Joko. Bu Joko menyuruhku untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya.
"Assalamu'alaikum buk" salam ku sambil ku cium punggung tangan nya.
"Wa'alaikum salam ndok. Bagaimana kabar mu?"tanya bu Joko sambil membelai rambut ku.
"Alhamdulillah baik buk. Ibuk bagaimana?"tanya ku lagi.
"Alhamdulillah ibuk baik ndok. Ibuk ke sini kangen sama kamu. Sekaligus mau mengucapkan selamat ulang tahun untuk mu"ucap beliau yang membuat ku kaget.
"Darimana ibuk tau saya berulang tahun?"tanya ku seolah tak percaya.
"Ibuk kemarin ketemu Ambar di toko. Dia bilang bu Marti'ah sedang membuat pesanan nasi tumpeng buat mu. Makanya dia minta pulang cepat. Katanya tumpeng ulang tahun"jelaa beliau padaku.
"Mbak Ambar kerja sama ibuk?"tanya ku lagi.
"Iya. Mbak Ambar kan baru lulus kuliah. Jadi daripada nganggur, ibuk ajak kerja di toko ibuk"jelas beliau lagi.
Aku hanya manggut-manggut mendengar penjelasan bu Joko. Kemudian beliau mengambil sebuah benda dari tas mahalnya. Sebuah kotak kecil.
"Ini kado dari ibuk untukmu ndok"ucap beliau saat menaruh benda kecil itu di tangan ku.
"Apa ini buk?"tanya ku heran.
"Bukalah jika ingin tahu"
Akupun segera membuka bungkusan itu. Terlihat sangat mahal sepertinya. Hatiku sangat berdebar. Setelah bungkus terbuka sempurna, ku lihat sebuah cincin kecil. Sangat tipis namun tak mengurangi keindahan dan mahalnya. Kurasa ini emas asli karna ku lihat benang merah yang sama seperti saat ayah membelikan ku anting di pasar.
"Ya Allah buk. Kenapa ibuk memberi saya perhiasan lagi buk?"tanya ku seolah tak percaya.
"Simpanlah ndok! Ini hadiah dari ibuk. Memang harga nya tak mahal. Tapi ibuk yakin, suatu saat kamu akan membutuhkanya"ucap bu Joko.
Aku segera ku peluk erat tubuh bu Joko. Tanpa terasa aku menangis di pelukan bu Joko. Bahkan ibu ku pun tak memberi ku hadiah walau hanya sebatas do'a. Tapi kenapa beliau yang orang lain, justru sangat baik padaku.
"Sudah jangan nangis! Ini hari bahagia mu. Jangan di awali dengan air mata!"ucapnya.
Ku usap air mata ku yang keluar tanpa bisa ku tahan. Bu Joko berpesan, agar apapun yang kubutuhkan, aku senantiasa mengabarinya. Bila sewaktu-waktu membutuhkan bantuan, beliau akan siap 24 jam untuk membantu ku. Itulah pesan nya yang akan selalu ku ingat.
Akhirnya beliau pun pamit. Tak lupa pelukan hangat beliau berikan padaku sebelum aku turun dari mobilnya. Ku lambaikan tangan sampai beliau menutup kaca mobilnya. Setelah itu, ku hampiri teman-teman ku.
"Itu tadi siapa Tan?"tanya Eka penasaran.
"Dia bu Joko. Bekas majikan ibuku dan majikan ku juga"ucapku menjelaskan.
Eka pun hanya mengangguk tanda paham tanpa bertanya lebih lanjut. Hanya Dina yang benar-benar tahu siapa bu Joko untuk ku. Karena apapun yang ku rasakan, aku selalu membagi nya dengan Dina.
◇◇◇◇
Tanpa ujian sudah terlaksana dengan baik. Tanpa terasa sudah ku lewati masa kanak-kanak SD ku, dan akan segera berganti dengan masa SMP. Masa di mana kami bisa di katakan adalah seorang remaja.
Kemarin adalah keputusan kelulusan kami. Dan alhamdulillah, aku lulus dengan nilai baik walaupun belun sempurna. Hari ini, Eka mengundang semua teman-teman sekelas untuk tasyakuran. Dia lulus dengan nun tertinggi dan terbaik.
Aku sudah meminta ijin ibu hari ini. Dan jawabanya selalu sama. Terserah. Aku ingin mengajak Sandi, tapi sayangnya Sandi ada latihan bola bersama temannya. Jadilah aku berangkat seorang diri dengan sepeda ku.
Aku langsung menuju rumah Eka karena Dina bilang, dia akan langsung ke sana agar kami tak selisih jalan. Ya. Rumah ku dan Eka memang berbeda gang dan juga berbeda arah jika dari rumah Dina.
Di jalan, aku bertemu teman-teman yang lain. Tapi aku tak berani menyapa mereka. Kebanyakan dari mereka di antarkan ibunya. Mereka kebanyakan dari anak orang berada.

Comentário do Livro (70)

  • avatar
    RiahMariah

    mantap ❤️

    16d

      0
  • avatar
    ComunitiAfif

    tapi

    27/07

      0
  • avatar
    VitalokaBunga

    aku malas baca

    01/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes