logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Lui Tau dari Bukit Somya

Lui Tau dari Bukit Somya

Irma-Asma


1. Dendam yang Membara ini

Malam itu, telah datang seorang pemuda ke istana kekaisaran Tonggon. Dia datang membawa obor dengan api yang menyala-nyala. Pemuda itu memaksa masuk ke dalam istana untuk menemui sang kaisar—Yang Mulia Kaisar Ming.
Namun, para prajurit istana tidak memberikan izin. Sehingga pemuda pun marah dan melakukan perlawanan terhadap para prajurit keamanan istana.
"Kau tidak bisa masuk seenaknya ke dalam istana ini!" bentak salah seorang prajurit istana, "kau harus mematuhi aturan yang berlaku!" sambungnya.
"Aku hanya ingin bertemu dengan yang mulia Kaisar Ming. Tolong berikan jalan untukku!" Pemuda itu bersikeras memaksa untuk masuk ke dalam istana, meskipun beberapa orang prajurit sudah menghalangi langkahnya.
Pemuda tersebut adalah Lui Tau. Dia sengaja datang ke istana, memaksa untuk bertemu dengan Kaisar Ming, karena ada sebab tertentu yang harus ia sampaikan kepada sang kaisar.
"Menyingkirlah dari hadapan kami! Kami tidak akan mengizinkanmu untuk bertemu dengan yang mulia, karena beliau sedang beristirahat!" cegah salah seorang prajurit mulai geram dengan tingkah Lui Tau yang terus memaksa untuk masuk.
Para prajurit itu mulai bertindak tegas terhadap Lui Tau. Dengan kasarnya, mereka mendorong tubuh Lui Tau hampir menyebabkan pemuda itu terjatuh.
Sontak amarah dalam diri Lui Tau memuncak, ia marah atas tindakan kasar dari para prajurit keamanan istana.
"Kurang ajar sekali kalian!" bentak Lui Tau, "jika kalian menghalangiku untuk menghadap Kaisar Ming, maka akan kubakar kalian semuanya!" ancam Lui Tau berteriak lantang sambil berdiri tegak bertelanjang dada dengan memegangi obor yang menyala-nyala.
"Atas dasar kepentingan apa kau ingin bertemu dengan yang mulia?" Seorang prajurit keamanan istana balas membentak pemuda itu.
"Aku ingin menuntut keadilan, karena ada beberapa orang dari kesatuan prajurit Tonggon telah melakukan tindakan brutal terhadap keluargaku," jawab Lui Tau penuh amarah.
"Apa yang telah mereka lakukan terhadap keluargamu?" tanya salah seorang prajurit menatap tajam wajah Lui Tau.
"Kau tidak perlu tahu, aku akan melaporkannya langsung kepada yang mulia!"
"Yang mulia tidak mungkin mau menemuimu. Sebaiknya kau pergi saja dari istana ini! Jangan membuat kekacauan!" bentak prajurit itu tampak geram terhadap Lui Tau yang sudah bersikap tidak sopan.
Meskipun demikian, Lui Tau tetap ngotot ingin bertemu dengan Kaisar Ming dan para petinggi kekaisaran.
"Apakah tidak ada pejabat istana lain selain kaisar yang bisa aku temui?" tanya Lui Tau dengan nada tinggi.
"Tidak ada! Perdana menteri pun sedang tidak ada di istana," jawab prajurit itu memasang tameng baja sembari menjulurkan pedangnya ke arah Lui Tau.
Hal demikian diikuti oleh para prajurit lainnya, mereka mulai bersikap agresif terhadap Lui Tau.
Lui Tau semakin dibuat geram oleh perkataan prajurit tersebut. Dengan demikian, ia pun segera bersiap untuk melakukan serangan terhadap para prajurit penjaga istana itu.
"Akan kubunuh kalian semua!" bentak Lui Tau.
Demikianlah , maka puluhan prajurit keamanan istana langsung maju mendekati Lui Tau. Mereka langsung mengepung pemuda itu dengan menodongkan senjata mereka masing-masing ke arah Lui Tau.
Meskipun demikian, Lui Tau tidak merasa gentar menghadapi puluhan prajurit bersenjata yang sudah mengepungnya. Dia tetap bersikap biasa-biasa saja, seakan-akan dirinya sudah siap melakukan pertarungan dengan para prajurit tersebut.
"Tidak mudah bagimu untuk melakukan pertemuan dengan yang mulia. Sebaiknya kau urungkan saja niatmu itu! Jika kau bersikeras, maka kami selaku penjaga keamanan istana akan bertindak tegas terhadapmu!"
"Aku tidak akan mundur dari hadapan kalian, sebelum aku bertemu dengan Kaisar Ming atau Perdana Menteri Chan Yuan," jawab Lui Tau dengan suara lantang.
"Kau memang keras kepala, Anak muda!" bentak prajurit itu.
Salah seorang prajurit senior kemudian menyeru kepada prajurit lainnya agar menangkap Lui Tau, "Tangkap dia dan jebloskan ke dalam penjara!"
Serentak para prajurit keamanan langsung menyerang Lui Tau, mereka berusaha menangkap pemuda tersebut.
Namun, Lui Tau bukanlah seorang pemuda sembarangan. Ia memiliki kemampuan bela diri yang sangat tinggi. Dengan serta-merta, ia pun segera melakukan perlawanan terhadap para prajurit tersebut.
Lui Tau melakukan perlawanan keras terhadap para prajurit keamanan istana, ia menyabetkan obor yang menyala-nyala dalam genggaman tangannya.
Meskipun harus menghadapi puluhan prajurit yang sangat kuat, Lui Tau tetap berusaha keras untuk masuk ke dalam istana itu, melewati pagar betis puluhan prajurit keamanan.
Serangan demi serangan terus dilancarkan oleh para prajurit terhadap Lui Tau yang mereka anggap sebagai pengacau keamanan, yang sudah datang membuat kegaduhan.
"Bedebah kau!" bentak prajurit yang sudah frustasi dalam menghadapi kelincahan Lui Tau. "Tangkap dia!" serunya.
Lui Tau hanya tersenyum melihat sikap prajurit tersebut. Dengan serta-merta, ia langsung menyabetkan obor ke arah para prajurit yang tengah memburunya.
Dalam tempo sekejap saja, belasan prajurit sudah tumbang di tangan Lui Tau. Hal tersebut membuat geram sang pemimpin dari kelompok pasukan keamanan istana.
"Kalian mundur saja, biarkan aku yang akan menghabisi pemuda ini!" seru pemimpin prajurit itu.
Dia adalah Panglima Xio Lie yang dipercaya sebagai kepala keamanan istana.
"Majulah, Panglima! Aku tidak takut menghadapimu. Ini adalah kesempatan bagiku untuk menunaikan dendamku, karena kau telah mengutus prajurit Tonggon untuk membunuh kedua orang tuaku!" tantang Lui Tau dengan sikap gagah berani.
"Harus kau ketahui, alasan kami membinasakan kedua orang tuamu, karena mereka merupakan pemberontak yang sudah berkhianat kepada pemerintah kekaisaran Tonggon, sudah sewajarnya kami melenyapkan mereka!" bentak Panglima Xio Lie menudingkan jari telunjuknya ke wajah Lui Tau.
"Tuduhan kalian itu tidak benar, kalian telah bertindak seenaknya tanpa menyelidiki terlebih dahulu letak kesalahan kedua orang tuaku."
Lui Tau langsung melemparkan obor yang sedari awal menjadi senjata utamanya dalam menghadapi para prajurit tersebut. Kemudian, ia menghunus pedang yang menyanggul di punggungnya.
Sambil menudingkan pedang ke arah Panglima Xio Lie. Lui Tau membentak keras, "Kau adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kematian ayah dan ibuku. Jika kau tidak mengizinkan aku masuk untuk bertemu dengan kaisar, maka aku akan membinasakanmu malam ini!" ancam Lui Tau di antara deru napasnya.
"Jangan banyak bicara kau, Anak muda! Hadapi saja aku!" seru Panglima Xio Lie menatap tajam wajah Lui Tau.
Amarah Lui Tau kian memuncak, sehingga dirinya tidak mau banyak bicara lagi. Seketika itu, Lui Tau langsung menyabetkan pedang dengan begitu ganasnya ke arah tubuh Panglima Xio Lie. Namun, dengan sangat cepat Panglima Xio Lie dapat menghindari serangan dari Lui Tau.
Dengan demikian, mereka berdua langsung terlibat pertarungan yang sangat sengit, satu sama lain berusaha untuk saling membunuh. Hingga pada akhirnya, pedang di tangan Lui Tau berhasil menancap di bahu Panglima Xio Lie.
"Sehebat apa pun dirimu, kau tidak mungkin dapat menandingi permainan pedangku!" bentak Lui Tau sambil mencabut kembali pedangnya yang sudah berhasil merobek bahu lawannya.
***

Comentário do Livro (94)

  • avatar
    MahdiMuhammad

    semoga seru tak di awal

    21/07

      0
  • avatar
    ZainalNizam

    best

    15/06

      0
  • avatar
    MHuma

    cerita tersebut sangatlah menarik untuk di baca

    10/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes