logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Menerima Ajakan Ocha

"Lu abis nangis lagi ya?" sapa Ocha saat Adel sudah duduk disebelahnya.
Adel diam tak menyahut. Papa Ocha memandang Adel dari kaca spion,diapun merasa kasihan dengan sahabat putinya itu. Dia belum pernah bertemu Dony,ayah Adel. Kalau saja bertemu pak Ndaru ingin sekali memberi peringatan pada lelaki jahat itu agar tidak menyakiti anak istrinya. Dia sudah seringkali mendengar cerita tentang kekerasan yang dilakukan Dony terhadap anak istrinya dari anaknya.
"Yang sabar ya Del,suatu saat ayahmu akan sadar tentang kekeliruannya. Berdoa saja," kata pak Ndaru menghibur Adel.
"Makasih Om, Aamiin..." jawab Adel lirih.
Adelia semakin menundukkan kepalanya,ia iri melihat papinya Ocha yang begitu sabar dan sayang terhadap keluarganya. Andai saja ayahnya bisa seperti Om Ndaru,tentu keadaan keluarganya tidak akan menderita seperti ini.
Dulu ayahnya tidak sejahat ini. Sewaktu mereka masih tinggal di Semarang,ayah Adel masih kerja di perusahaan alat berat hidup mereka baik-baik saja. Memang Dony punya perangai pemarah tapi tidak pernah sampai main tangan seperti sekarang. Masa-masa kecil Adel dan Evan berjalan sebagaimana layaknya anak-anak yang lain. Mereka bisa bermain bersama teman-temannya,punya banyak mainan. Mama pun tidak harus banting tulang buka salon kecantikan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ayah selalu memberikan seluruh gajinya kepada mama supaya mereka bisa hidup.
Tapi kemudian eyang Kakung sakit keras. Ayah disuruh pulang ke rumah orangtuanya karena tidak ada yang mengurusi eyang kung. Mereka pindah ke Sidoarjo ke rumah eyang kung.
Disitulah sifat buruk Dony mulai berubah. Berawal dari ketidaksukaan eyang putri kepada Erna menantunya,semua yang dilakukan Erna selalu salah dimata eyang putri. Diperparah lagi karena Dony tidak punya pekerjaan tetap setelah keluar dari perusahaan di Semarang. Dia hanya membantu kakaknya,Dody di kantor jasa pengiriman barang.
Setiap kali Dony pulang kerumah,selalu saja ada yang diadukan eyang putri tentang anak istrinya. Dibilang nya Erna pemalas,suka membantah juga anak-anak yang sering nakal. Bahkan sering dilebih-lebihkan agar terpancing kemarahan Dony. Sampai pada kemudian eyang Kakung meninggal dunia,eyang putri menyalahkan Erna yang lalai mengurus mertua. Katanya Erna sering asyik main handphone sehingga lupa waktu mengurus eyang Kakung.
Dony yang begitu sayang dan paling dekat dengan ayahnya sangat marah mendapat laporan seperti itu. Tak ayal lagi,terjadilah kekerasan demi kekerasan yang dilakukan Dony terhadap anak istrinya.
Erna tak tahan dengan perlakuan mertuanya. Dia meminta keluar dari rumah itu kalau ingin rumahtangganya lebih nyaman. Dan itu disetujui Dody kakak Dony karena Dody juga paham kalau ibunya tidak suka terhadap Erna. Dia menawarkan rumah yang berdekatan dengan kantornya untuk ditempati Dony dan keluarganya. Akhirnya merekapun tinggal disana yang berjarak sekitar 15km dari rumah utama Bu Darmi.
"Kau tempati aja rumah ini,nanti kita perhitungkan saja dari pembagian warisan bapak. Berapa bagianmu nanti kalau rumah ini kurang dari jatahmu,biar aku yang bayar tambahan nya" begitu kata Dody waktu itu.
Dony setuju dengan saran abangnya. Mereka tiga bersaudara. Dody yang pertama,kedua Desti yang tinggal di Surabaya dan terakhir Dony. Ayah mereka dulu punya banyak tambak ikan di Gresik. Tapi kemudian bisnisnya terhenti karena ketiga anaknya tidak ada yang berminat meneruskan jejak ayah mereka. Akhirnya tambak-tambak itu dikontrakkan kepada orang lain. Dan sudah beberapa yang terjual untuk biaya pengobatan pak Jayadi ayah mereka yang sering sakit-sakitan.
"Udah nyampe Del," usik Ocha membuyarkan lamunan Adel.
"Dah,papi ...ntr gak usah dijemput,kami mau maen basket di sekolah lain. Pertandingan persahabatan," kata Ocha sebelum papinya berlalu.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas. Didepan kelas XII,Reno dan Aldi tengah berdiri sambil mata mereka memandang kedua gadis itu.
"Cha,ada salam dari Aldi" kata Reno tapi matanya melirik Adel.
" Gak salah ni,Aldi yang titip salam atau kak Reno?" jawab Ocha menggodanya.
"Iya ni,kok malah aku yang dituduh?" sela Aldi.
Reno tertawa,matanya masih terus mengawasi Adel yang masih menundukkan wajah. Gadis itu sangat menarik perhatiannya. Wajahnya yang cantik dengan rambut hitam lurus dipotong saggy sangat serasi. Tapi sejak pertama masuk sekolah ini,sikap Adel sulit ditebak. Kadang dia ceria,suka bercanda dan bicaranya sering asal nyeletuk. Disaat lain,Adel berubah jadi pendiam dan murung.
Ada apa dengan Adel,pikir Reno.
Tanpa mempedulikan obrolan mereka,Adel terus berjalan menuju kelasnya. Ocha masih berdiri dihadapan Reno dan Aldi karena tangan Reno menarik tangan Ocha agar jangan dulu berlalu.
"Temen kamu kenapa,Cha?" tanya Reno kemudian.
"Gak tau kak,mungkin lagi ada masalah di rumah" jawab Ocha,dia tidak ingin menceritakan masalah sahabatnya kepada siapapun. Ocha tidak mau dianggap sahabat yang tidak bisa menjaga rahasia.
"Oke,ntar kita ngobrol di lapangan ya! kalian ikut kan pertandingan di sekolah tetangga?" kata Reno akhirnya.
"Ya,kami ikut. Jadi gimana,ada yang titip salam buat Adel gak?" jawab Ocha sebelum pergi ke kelasnya.
"Kalo Reno gak mau,gua aja..." Aldi menimpali sebelum Reno menjawab.
"Husss lu kan mau sama Ocha,kenapa mau nyerobot punya gua?" kata Reno sewot.
Aldi tertawa menang, akhirnya Reno mau mengakui kalau dia suka sama Adel. Sedangkan Ocha yang hitam manis cuma senyum-senyum ikut menggoda.
Reno terkenal sebagai murid serba bisa,selain otaknya yang encer dia juga jago main basket,berenang,catur dan lincah menggebuk drum. Wajahnya yang ganteng dan bergaya cool menjadi favorit murid-murid di sekolahnya. Apalagi sikap ramahnya terhadap semua orang membuat dia bukan cuma favorit murid-murid, tetapi guru-guru pun menyayangi Reno.
Reno anak tunggal dari keluarga Haryanto,pengusaha dibidang properti. Walaupun dia anak orang berada Reno tidak sombong,dia bergaul tidak pilih-pilih bulu. Bahkan di perumahan elit tempatnya,dia sering berbagi dengan satpam atau para tukang yang berada di sekitar perumahan. Bukti lain kebaikan Reno,dia mau bersahabat dengan Aldi yang orangtuanya hanya pemilik warung kopi dipinggir jalan. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak mereka masuk di sekolah ini. Tak jarang Reno menolong Aldi jika sahabatnya sedang kesusahan. Mereka berdua bukan lagi sebagai sahabat tapi lebih seperti saudara. Kalau dibandingkan ketampanannya,memang Aldi lebih tampan dan bertubuh ideal.
Aldi tidak suka main basket,dia lebih suka bermain musik dan beladiri. Makanya tubuh Aldi lebih kekar dari Reno.
Kedua pemuda itu punya kesamaan...tidak suka anak perempuan yang centil,sombong dan manja.
Mereka menyukai Adel dan Ocha karena kedua gadis itu bersikap apa adanya. Adel yang pembawaannya kalem tapi pandai bergaul dan pemberani sangat klop dengan Ocha yang selalu ceria,agak badung tapi penakut.
Bel tanda masuk sudah berbunyi,Ocha cepat-cepat memasuki kelasnya. Dia duduk sebangku dengan Adel yang sudah dari tadi siap mengikuti pelajaran.
" Del,ntar pulang maen basket kita mampir di warung kopinya Aldi yuk!" ajak Ocha.
"Mo ngapain,ntar bokap gua tau. Bisa digebuk gua," jawab Ocha.
" Tenang aja,kita kesana naik mobilnya Reno,terus jangan nongkrong di warung kopi. Kita ngobrol di belakang,di rumah Aldi," terang Ocha.
Adel terdiam memikirkan ajakan Ocha,ingin sekali dia pergi bersama teman-temannya sekedar mengobrol atau jalan-jalan. Tapi dia takut diketahui ayahnya. Kalau sampai ketahuan,sudah pasti dia dan ibunya akan menerima amukan ayahnya.
"Ayolah,Del. Sekali-kali jadi anak badung," bujuk Ocha lagi.
"Kita liat aja nanti" jawab Adel.
Pak Emir,guru matematika memasuki ruang kelas. Semua murid bersiap mengikuti pelajaran. Tak terkecuali Adel dan Ocha.

Comentário do Livro (320)

  • avatar
    Amir Pandai

    mantap

    28d

      0
  • avatar
    Agung Mardhotilah

    bismillah

    19/07

      0
  • avatar
    nurulsyahirah

    ✨✨✨✨✨✨

    02/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes