logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Komiya Shinka #02

*Beberapa tahun kemudian, di London
"See you then, Vio!"
"See you!"
Shinka melambai pada teman-temannya yang kembali melajukan mobil setelah menurunkan gadis itu di depan kediamannya. Hari sudah beranjak gelap saat itu. Shinka berjalan masuk dan mendapati kedua orang tuanya serta Shion sedang duduk di ruang keluarga.
Seperti dirinya yang sudah beranjak remaja, pemuda itu juga begitu banyak berubah. Apa lagi yang diharapkan dari seorang pemuda yang memasuki usia 18 tahun? Tentu saja Ia akan tumbuh begitu mempesona.
"Tadaima, Mama, Papa, Aro!" sapanya sembari menghempaskan diri di salah satu sofa di antara kedua orang tuanya dan Shion.
"Okaeri!" Azusa tersenyum memandang putrinya tersebut.
Tetapi Shinka menyerit bingung menyadari atmosfer yang berbeda di dalam ruangan tersebut. "What is it? Kenapa kalian terlihat serius sekali?" tanya gadis itu langsung.
Saat itu Kenzo tengah memandang lurus pada putranya, begitu pula dengan Shion kepada kedua orang tua mereka.
"Kau yakin dengan keputusanmu, son? Karena setelah ini tidak ada jalan kembali!" ucap Kenzo pada putranya itu.
Shion tersenyum dan mengangguk dengan tegas, sama sekali tidak ada keraguan di mata pemuda itu. "Aku yakin dengan pasti akan keputusanku, Papa, Mama."
Kenzo tersenyum dengan puas terhadap jawaban yang dilontarkan putranya. "Baiklah! Papa mendukung keputusanmu! Lagipula masih ada Andrew, yang akan membantu di kantor sementara ini."
"Kenapa tidak ada yang menjawabku?" Shinka menggembungkan pipinya dan menyilangkan tangannya di depan merasa diabaikan oleh ketiga orang yang ada disana.
Azusa tersenyum, "Hanya membicarakan keinginan Shion yang ingin melanjutkan pendidikan ke universitas pilihannya, sugar." kata wanita itu.
Shinka memandang semua orang yang ada disana dengan berbinar, "Apa Shion akan melanjutkan ke Harvard? Fakultas mana?" tanyanya antusias.
"Bukan ke Harvard, lil' sist. Tapi ke Keio University." ujar Shion.
Shinka mengerutkan pelipisnya dengan bingung, "Keio? Aku tidak pernah dengar ada universitas bernama Keio di London."
"Karena memang tidak ada." seru Shion lagi dengan malas, "Universitas Keio adanya di Jepang."
Shinka membulatkan matanya, "Maksudmu, kau akan kuliah ke Jepang?!" tanyanya dan dibalas dengan anggukan oleh pemuda itu.
Shinka memandang kedua orang tuanya yang hanya dibalas dengan senyuman dan anggukan sebagai pembenaran.
"Tidak setuju!!" ujar Shinka terlihat marah.
Shion menyipitkan matanya tidak suka, "Papa dan mama saja sudah setuju, kenapa kau yang protes?"
"Tidak! Aku tidak setuju kau ke Jepang! Kuliah di London saja, masih banyak universitas bagus disini. Kenapa harus jauh-jauh ke Jepang?!" Shinka masih protes.
Shion menghela napas sambil memijat pangkal hidungnya yang mendadak berdenyut, "Ini hidupku Shinka. Papa juga melakukannya saat muda. Pergi berkelana jauh dari keluarga untuk hidup mandiri dan menemukan jati diri dan keinginannya sendiri. Papa dan mama dulu juga kuliah di Keio dan mereka bertemu disana."
Shinka memandang Shion dengan sedih, masih tidak bisa menerima bahwa Shion akan jauh darinya. Tentu saja. Mereka selalu bersama sejak kecil. Di mana ada Shion maka Shinka pun akan selalu di dekatnya. Mendapati kenyataan bahwa Shion akan menjauh darinya, tentu saja Ia tidak rela.
"Untuk mandiri kenapa harus ke Jepang?" tanya gadis itu lagi.
"Apa gunanya kalau masih berada di daerah dekat sini? Kau juga tau kalau perusahaan papa sangat terkenal di Uni Eropa. Tidak hanya itu, mama juga terkenal sebagai desainer hingga di Paris. Bayang-bayang mereka masih sangat kuat, Shinka." ujar Shion lagi.
Sebagian dari dirinya ingin sekali mendukung keputusan yang ingin diambil Shion, tapi bagian yang lain menentangnya. Berdebat dengan dirinya sendiri akhirnya bagian yang lain itu yang menang. Shinka menatap tajam baik pada Shion maupun kedua orang tuanya.
"Jika kau memang memutuskan untuk pergi, maka aku juga akan ikut denganmu." ucapnya.
"Shinka!" baik Azusa, Kenzo dan Shion terkejut mendengar keputusan gadis itu.
"Kau baru kelas dua SMP, Shinka." seru Azusa.
"Tinggal pindah sekolah saja!" Shinka mengangkat bahu dengan santai sembari beranjak dari tempat duduknya, "Shion bisa mengambil keputusannya sendiri, aku juga bisa. Aku akan ikut bersama Shion ke Jepang!"
Apa pun itu, Dia tidak akan berpisah dari Shion.
=*=
"Shinka, kau mendengarku?"
Shion berdecak kesal melihat saudarinya yang terlihat sibuk sendiri dengan peta Tokyo yang baru Ia beli di dalam bandara beberapa saat yang lalu, dan meninggalkan dirinya sambil mendorong trolley yang memuat koper mereka.
"Ho! Aku mengerti sekarang jalur kereta super ribet ini. Aro, kita bisa menggunakan kereta untuk bisa sampai ke tengah kota-itte!"
Pemuda itu menjitak kepala adiknya dengan pinggiran telapak tangan dengan kesal. Shinka langsung memasang wajah cemberut sambil mengelus kepalanya.
"Tidak sakit, aku tau!" ucap Shion. Sedetik kemudian Shinka langsung nyengir lebar dan memandang kakak lelakinya seperti biasa, "Kau terlalu sibuk sendiri, dengar tidak apa yang ku katakan?" tanya pemuda itu lagi dengan kesal.
"Kita akan ke kota dengan bus. Mulai sekarang kita akan menggunakan panggilan Jepang kita karena itu mulailah dengan memanggilmu dengan 'niichan' seperti dulu. Aku mendengarmu, Shi-on-nii-chan!" Shinka langsung menjawab pertanyaan Shion tanpa cela.
Akibatnya pemuda itu langsung menghela nafas panjang, dan memutuskan untuk mengabaikan saja adik perempuannya itu. Entah sejak kapan Ia selalu saja kalah jika berurusan dengan gadis itu. Lagi pula Shion sebenarnya tau dengan pasti, meski terlihat tidak peduli tetapi adik perempuannya itu cukup peka dengan sekitarnya.
"Ne, ne, tunggu aku niichan..." Shinka langsung menyelipkan tangannya di lengan Shion dan menggandengnya dengan erat.
Benar-benar sesuka hatinya sekali. Tetapi Shion memang hanya bisa mengalah sembari menghela nafas melihat kelakuan ajaib adik perempuannya ini. Mereka langsung memasukkan koper mereka ke bagasi sebuah bus yang terparkir di sana. Untuk beberapa hari, baik Shinka dan Shion akan menginap di hotel sambil mencari apartemen dan barang-barang mereka tiba dari London.
Sepanjang perjalanan, Shinka sibuk dengan ponselnya dan mengabadikan pemandangan di luar ke dalam foto. Shion menggeleng kepala karena tingkah gadis itu lebih mirip seorang turis daripada seseorang yang sudah lama tidak datang ke Jepang. Tetapi pemuda itu memakluminya saja. Terakhir kali mereka meninggalkan Jepang, Shinka masih kelas 1 sekolah dasar. Juga, mereka tinggal di Furano bukan di Tokyo.
Juga Shinka mewarnai rambutnya menjadi warna merah. Sebaiknya dia harus membawa gadis itu ke salon terdekat untuk mengganti warna rambutnya. Shion yakin tidak akan ada sekolah yang memberi toleransi rambut bewarna mencolok seperti itu.
"Aro, Aro, what's that?" dan kenapa juga gadis itu benar-benar bertindak seperti turis.
Shion berdecak kesal tetapi tetap melirik ke luar Jendela, sesuatu yang ditunjuk oleh sang adik. Sebuah gedung dan dengan nama yang terpampang jelas, kenapa juga Ia harus bertanya.
"Aiia Tokyo Teater." jawab Shion sekenanya.
Shion bisa melihat binar-binar di mata gadis itu. Mirip seperti ketika Ia menemani adiknya menonton pertunjukan di West End di akhir minggu beberapa kali. Shion sendiri tidak mengerti bagaimana adik perempuannya itu terlalu tergila-gila dengan dunia teater.
"Do you think they playing somethings like at the West End?" tanya Shinka lagi dengan rona bahagia.
"Mana ku tau, kenapa tidak mencari taunya sendiri saja?!" jawab Shion kesal dan dengan Bahasa Jepang.
"Phuuuu~ Shion bodoh!" ujar Shinka yang langsung membuang mukanya dari sang kakak.
Shion berdecak kesal dan kembali mengalihkan perhatiannya pada ponselnya sendiri. Beberapa saat kemudian, mereka tiba di tempat tujuan. Dari halte pemberhentian keduanya berjalan beberapa menit hingga tiba di sebuah hotel yang sudah direservasi oleh Shion. Setelah meletakkan barang-barang mereka di kamar masing-masing, keduanya kembali menjelajah kota Tokyo untuk mencari apartemen yang cocok.
Berdasarkan rekomendasi dari ayahnya mereka menemui seorang agen property untuk mendapatkan saran apartemen yang bagus. Shion memilih untuk mencari apartemen yang dekat dari kampusnya. Agen tersebut lalu mengantar mereka pada beberapa apartemen yang sesuai dengan keinginan dari Shion.
Setelah berkeliling beberapa apartemen, pilihan jatuh pada sebuah apartemen di Akasaka. Tempat itu memiliki dua kamar dan juga lumayan dekat dengan Keio University. Shion pun menyelesaikan urusan surat menyurat sebelum mendapatkan kunci kamar apartemen yang mereka pilih.
Sekarang hanya tinggal mencari beberapa perabotan juga mencari sekolah yang tepat untuk Shinka. Meski gadis itu tidak begitu peduli dengan sekolah yang akan dimasukinya dan sibuk mengambil beberapa foto dengan latar tempat-tempat yang mereka lewati.

Comentário do Livro (22)

  • avatar

    saja

    27d

      0
  • avatar
    AwaliaArdina

    saya beruntung

    02/07

      0
  • avatar
    KurniawatiIndah

    bagus

    05/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes