logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 3 Komiya Shinka #01

"Kemari kalian cewek bar-bar!!"
"KYAAAAAA~ Tolong kami! Ada anak gilaaaa!!!"
Sosok gadis kecil dengan rambut twin tail terlihat mengejar tiga anak perempuan yang berusia lebih tua darinya sambil membawa tongkat kayu di lapangan sekolah. Langkah gadis kecil itu terhenti seketika ketika di depannya dia melihat sosok seorang anak laki-laki dengan tas dan topi yang sama dengan ketiga anak perempuan yang dikejarnya tengah memandangnya dengan tajam.
Gadis kecil itu berhenti dan menyembunyikan tongkat kayu tersebut di belakang tubuhnya. Berjalan dengan pelan dan kepala tertunduk menghampiri sosok anak laki-laki tersebut.
"Niichan kau disini?" tanyanya pelan.
Anak laki-laki tersebut masih memandangnya tajam, membuat gadis kecil itu menunduk semakin dalam.
"Shinka, sudah berapa kali kuingatkan untuk menjaga sikap? Kau ini perempuan kenapa justru lebih liar dibanding anak laki-laki?"
"Maaf niichan, gadis-gadis itu berencana mengganggumu. Karena itu aku memberi mereka semua pelajaran." gadis kecil itu menatap sosok kakak laki-lakinya sambil nyengir kecil.
Anak laki-laki itu menjitak kepala adik perempuannya dengan gemas. "Tetap saja kau tidak boleh bersikap seperti itu dengan mereka, Shinka!" seru anak laki-laki itu lagi.
Gadis kecil itu menunduk dan menggembungkan kedua pipinya yang terlihat semakin chubby, "Maafkan aku~" desisnya
Anak lelaki tersebut menghela napas panjang lalu berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan sang adik kecil sambil meletakkan satu tangan di kepalanya. "Janji pada ku, kau tidak akan melakukan hal ini lagi?" Ia mengulurkan kelingkinya pada adiknya.
Gadis kecil itu menyambutnya sambil mengangguk pelan. Anak lelaki itu tersenyum lebar dan berdiri tegak. "Ayo pulang!"
Ia menggamit tangan adiknya dan bergandengan sambil berjalan pulang. Raut di wajah gadis kecil itu seketika berganti dengan senyuman cerah. Luasnya padang bunga lavender yang menjadi salah satu ciri khas dari kota Furano, Hokkaido, menemani langkah keduanya sore itu.
Komiya Shion adalah murid kelas lima dari sekolah dasar lokal, bersama dengan adik perempuannya yang bernama Komiya Shinka yang akan naik ke kelas dua musim semi nanti. Ia sangat menyayangi adik perempuannya ini tetapi entah mengapa Ia merasa kasih sayangnya mengarah pada arah yang salah.
Karena saat mendengar cerita teman-temannya yang lain dengan saudara atau saudari mereka, tidak ada yang sepertinya dan Shinka. Gadis kecil itu entah sejak kapan menjadi begitu protektif terhadapnya, terutama ketika ada gadis yang berada disekitarnya.
Cemburu?
Bisakah gadis semuda itu cemburu?
Mungkin saja itu hanya rasa insecure sebagai seorang adik pada kakaknya. Banyak yang seperti itu bukan?
Sampai akhirnya mereka melewati sebuah pabrik pengolahan Lavender. Saat itu orang-orang yang bekerja di sana terlihat sudah akan pulang. Mereka semua menyapa Shion juga Shinka dan dibalas keduanya. Shion dan Shinka melanjutkan langkah kaki mereka menuju sebuah rumah besar yang ada di belakang pabrik Lavender tersebut. Rumah mereka.
"Papa, mama, tadaimaaa~ " Shinka berujar nyaring saat membuka pintu rumahnya.
Tidak lagi menunggu seorang pelayan yang sedikit kesusahan mengejarnya yang berlarian masuk ke dalam rumah menuju ke ruang tengah.
"Wah ada Grandgrand!!" senyuman gadis kecil itu semakin lebar tatkala melihat sosok pria dengan rambut memutih, sedang melebarkan lengannya untuk menyambut Shinka yang sudah berlari ke dalam pelukannya.
"How're you my little Viola!" ucap pria tua tersebut yang tidak lain adalah kakeknya, orang tua dari ayahnya.
Satu hal yang membingungkan adalah sang kakek lebih suka memanggilnya dengan Viola dan memanggil Shion dengan Aro. Menurut ibunya itu adalah nama pemberian sang kakek. Memang di akta kelahiran namanya tertulis Viola Shinka Komiya dan Aro Shion Komiya untuk kakaknya, sama dengan ayah mereka Ronald Kenzo Komiya.
"Very great, grandgrand. Vio missed you so much!" ucap Shinka pada sang kakek yang sedang terkikik dihujani kecupan di wajahnya.
Satu hal yang sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya pada mereka berdua sejak kecil adalah Shion dan Shinka berbicara dalam dua bahasa. Inggris dan Jepang tentu saja. Mengingat bahwa ayah mereka masih memiliki darah Negara tersebut.
"Tadaima~" ucap Shion yang baru masuk ke ruang keluarga.
"Okaeri , Shion. Ayo kemari dulu. Papa, mama dan grandgrand ingin mengatakan sesuatu pada kalian berdua." ucap Kenzo pada putranya itu.
Shion memandang kedua orang tuanya dengan bingung, namun tetap menurut dan duduk di samping ayahnya. Sedangkan Shinka sudah beralih duduk di pangkuan Azusa, ibunya. Sementara kakek mereka duduk di satu sofa single di antara mereka.
"Jadi begini, pabrik keluarga di sini sudah berjalan dengan baik bahkan sudah berkembang. Produk perusahaan yang dikembangkan oleh ayah kalian telah berhasil masuk ke pasar Uni Eropa dan banyak diminati. Karena itu sudah saatnya aku meminta kalian semua untuk pindah ke London dan tinggal disana." ucap pria tua itu.
Shion sedikit terkejut namun tetap bisa menguasai dirinya sendiri, memandang dengan tenang ketiga orang dewasa di sekitarnya.
"Apakah memang harus ke London, grandgrand? Maksudku, aku sudah akan naik ke kelas lima. Tidak apa-apakah aku pindah sekarang?" tanya Shion.
Sejujurnya pembahasan untuk pindah ke London bukanlah hal baru yang di dengar oleh Shion. Mereka sudah membahas ini beberapa kali namun untuk pindah secepat ini....
Kenzo memandang putranya itu sambil tersenyum, "Papa juga sebenarnya ingin menunggu paling tidak setelah kamu menyelesaikan pendidikan dasar disini. Tetapi grandgrand sudah tua dan menurut hasil pemeriksaan terakhir, grandgrand sudah harus istirahat."
"Tidak seperti itu, Ronald. Jangan menganggap ayahmu ini seorang pesakitan. Aku masih kuat untuk berlari dan bermain bersama kedua cucuku ini." potong pria itu pada Komiya Kenzo.
Shion diam memandang orang tuanya bergantian. Akhirnya Ia mengangguk, membulatkan keputusannya untuk menurut pada keputusan kedua orang tuanya saja. "Baiklah jika memang itu yang terbaik untuk saat ini." ujarnya.
"Mama, London itu dimana?" Shinka yang masih kecil itu memandang penuh minat pada Azusa, Kenzo, dan kakeknya bergantian.
Azusa tersenyum dan menjelaskan pada putri kecilnya yang masih berusia lima tahun itu, "Tempat yang sangat jauh, tempat tinggal untuk Putri dan Pangeran seperti di dongeng yang penuh dengan pria tampan seperti Papa dan Grandgrand, tapi juga banyak yang cantik dan menggemaskan seperti Shinka."
"Apa di London juga indah seperti di sini? Apa di London juga ada banyak bunga Lavender?" tanya gadis kecil itu lagi. Entah kenapa gadis kecil ini punya kesukaan cenderung obsesi pada bunga berwarna violet tersebut.
Komiya Kenzo mencondongkan tubuhnya pada putri kecilnya itu dan berujar, "Tidak hanya bunga Lavender, tapi juga banyak bunga beraneka warna lainnya."
Terlihat mata gadis kecil itu berbinar mendengar jawaban kedua orang tuanya. Namun sepertinya masih ada yang mengganjal untuknya, dan dia kembali bertanya.
"Apa nanti tempat tidurnya besar? Shinka bisa satu kamar bersama Shion?"
Shion berdecak kesal, "Shinka, aku sudah akan masuk SMP. Tidak mungkin kita akan tidur bersama lagi." Ia protes dengan pertanyaan tersebut.
Shinka menggembungkan pipinya lalu beralih memandang ibunya dengan penuh harap. Azusa tertawa kecil dan mengangguk, "Tentu saja!" dan Shinka langsung menjulurkan lidahnya pada Shion
"Ayo kita ke London!" Shinka berteriak kegirangan dan melompat-lompat dengan riang, memancing tawa dari ketiga orang dewasa di sana. Tidak terkecuali Shion, meski Ia berdecak dengan kesal melihat betapa manja adik perempuannya itu padanya.
=*=
Mulut terbuka, pancaran mata dengan binar-binar kagum, sepanjang pertunjukan hingga akhirnya tirai akhir menutup di atas panggung. Riuh sorak sorai dan tepuk tangan memenuhi gedung pertunjukan tersebut.
West End.
Pusat pertunjukan di pusat kota London yang tak kalah mewah dibanding Broadway milik Amerika Serikat. Sebagai hadiah ulang tahunnya yang pertama sejak tiba di London, sang kakek mengajak gadis kecil itu untuk menyaksikan pertunjukan musical di tempat tersebut.
"How's that, little princess?" seharusnya pria tua itu tidak perlu lagi bertanya begitu melihat raut kagum terpancar dari gadis kecil yang tengah menggenggam erat tangannya.
"Gaunnya sangat indah. Lagunya juga, pemainnya juga, panggungnya juga! Bagus! Grandgrand, mereka membawa ruang istana ke panggung!"
Pria tua itu tertawa keras mendengar pertanyaan polos dari cucunya. "Mereka tidak membawanya, mereka membuatnya." ucap pria itu.
"Dibuat?"
Pria itu mengangguk, "Mereka membuatnya. Bagus bukan seperti istana sungguhan?"
Shinka mengangguk dengan takjub, "Mereka hebat!"
"Lain kali kita akan kembali dan melihat pertunjukan lainnya!" Pria itu membawa Shinka ke dalam gendongannya.
Gadis kecil itu tidak bisa menyembunyikan wajah gembiranya mendengar ucapan sang kakek. "Promised me, grandgrand!"
"Tentu saja, my princess!"

Comentário do Livro (22)

  • avatar

    saja

    27d

      0
  • avatar
    AwaliaArdina

    saya beruntung

    02/07

      0
  • avatar
    KurniawatiIndah

    bagus

    05/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes