logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Kato Ami #01

Lahirnya Eiji di keluarga kecil Ichiro dan Celine merupakan sebuah kebahagiaan yang tidak di kira-kira. Celine tidak pernah menyangka akan melahirkan calon penerus keluarga Kato dari rahimnya.
Seiring berjalannya waktu dan Eiji semakin besar, kedua pasangan ini berharap memiliki satu anak lagi untuk menemani anak pertama mereka. Sayangnya, sampai anak pertama mereka berumur 8 tahun, tak ada tanda-tanda mereka akan mempunyai anak lagi.
Segala macam usaha mereka lakukan dan setahun kemudian Celine pun hamil.
“Selamat, nyonya. Selamat, tuan. Anaknya perempuan dan sehat.” jelas perawat kala itu, saat Celine baru saja melahirkan anak keduanya.
Baik Celine maupun Ichiro, menyambut anggota keluarga baru mereka dengan penuh suka cita. Setelah menunggu lama, akhirnya anak pertama mereka, Eiji mempunyai adik perempuan.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Dua bulan setelah bayi itu lahir, masalah menimpa Ichiro.
Perusahaan yang dipegang Ichiro mengalami kendala dan hampir bangkrut.
“Aku akan meminta bantuan pada ayah dan ibuku,” ucap Celine untuk memecahkan keheningan antara dirinya dengan suami. Mereka sedang dalam pembicaraan serius mengenai perusahaan.
Ichiro menatap dalam-dalam wanita yang duduk di depannya. Wajahnya sama kusutnya seperti wajah Ichiro saat ini, “Untuk apa? Jangan bilang kau akan meminta bantuan dana...”
Ichiro tidak mau hal itu sampai terjadi, ia setengah mati menutupinya dari ayahnya sendiri dan mencari bantuan dari pihak-pihak lain.
Celine menggeleng pelan, bahunya sedikit bergetar karena hendak menangis, “Aku mau menitipkan anak-anak kita pada mereka, kita tidak bisa membiarkan anak kita melihat orang tuanya stres seperti ini. Apa aku salah?”
“Tapi bagaimana dengan Ami? Dia baru saja lahir...”
Celine sedikit menunduk, tubuhnya semakin bergetar menahan tangis. Ichiro bangkit dari duduknya, mendekatinya dan memeluk istrinya yang sedang kalut.
“Baiklah, besok kita bicara dengan ayah dan ibu mertua.” ujar Ichiro menenangkan istrinya.
Setelah berunding dengan orangtua Celine dan mencapai kesepakatan, tepat ketika Ami berumur tiga bulan, bayi mungil itu harus terpisah dengan kedua orang tuanya.
Eiji juga tidak banyak bertanya. Di umurnya yang baru sepuluh tahun, Ia termasuk anak yang bijak dan bisa membaca situasi dengan cepat.
“Kami akan segera menjemput mereka setelah semua urusan ini selesai. Maafkan merepotkanmu, Mom.” Celine memeluk ibu yang sedang menggendong Ami, ibu dari bayi itu menatap anaknya yang sedang tertidur, “Kau harus patuh pada Grandma dan Granpa, dan pada kakakmu juga ya?"
Ia pun memberikan kecupan lembut tanda perpisahan.
Ichiro menepuk pelan kepala anak laki-lakinya, “Kau juga, jangan jadi anak nakal. Selalu ingat apa yang sudah kau pelajari disini dan turuti apa yang dikatakan kakek dan nenekmu,”
Eiji menangguk patuh.
Waktu terus berjalan, keuangan perusahaan milik Ichiro akhirnya stabil. Walau akhirnya ayah Ichiro tau tentang hal itu, ia tetap pada pendiriannya, berusaha tanpa campur tangan ayahnya. Keputusan itu membuahkan hasil dan membuatnya semakin menjadi anak yang disayangi ayahnya.
Keluarga kecil Kato itu memutuskan untuk membawa anak-anak mereka kembali ke Jepang.
=*=
“Eiji, I want some ice cream!”
Pemuda itu menatap gadis kecil itu datar. Ujung T-shirt yang dipakainya semakin ditarik oleh sosok mungil itu, membuatnya menghela napas kemudian berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan wajah kecil yang sudah memasang senyum lebar.
“Sudah berapa kali kukatakan, bicaralah dalam bahasa Jepang kalau bersamaku dan panggil aku Oniichan, Ami!”
Senyum lebar gadis kecil yang dipanggil Ami itu langsung lenyap. Pipinya digembungkan dan mengarahkan wajahnya ke samping. “Huh!”
Eiji lalu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil bangkit berdiri, Ami meliriknya sedikit takut, “Baiklah, kalau itu maumu. Nanti Oniichan akan menambah tugas tata krama dan bahasa Jepangmu lebih banyak~” ancamnya.
“Jangan!! Aku minta maaf, Oniichan! Nanti aku jadi tidak bisa bermain dengan Lucy dan Clara...” Wajah Ami semakin murung. Eiji tertawa kecil melihatnya.
“Kalau kau patuh, itu tidak akan terjadi. Jadilah adik yang baik ya?” Eiji menepuk puncak kepala Ami setelah gadis kecil itu menjawabnya dengan anggukan, “Kita beli ice cream lalu pulang,”
Senyum Ami mengembang sepanjang perjalanan pulang, tangannya menggengam tangan kakaknya dengan erat.
Ami sudah tumbuh menjadi gadis yang riang, mudah bergaul, dan mengikuti segala aktivitas di sekolah maupun di sekitar lingkungannya. Semua orang mengenalnya dan teman-temannya banyak.
Sementara Eiji sudah menjadi mahasiswa di universitas ternama. Keduanya hidup dengan sangat terdidik dan saling membutuhkan satu sama lain.
“Apa Otousan yakin?” Eiji bertanya dengan bahasa Jepang yang sangat fasih pada ayahnya yang dengan sengaja meneleponnya hampir tengah malam waktu Boston.
Alis Eiji mengkerut, sepertinya ayahnya memberi respon yang tidak sesuai dengan harapannya, “Bukan begitu maksudku, Otousan. Bukannya lebih baik kalau Ami kembali ke Tokyo setelah lulus SD?”
Suara ayahnya kembali menjawab, pemuda berumur 20 tahun itu hanya bisa menghela napas panjang mendengarnya, “Baik, Otousan. Iya, aku akan lulus secepatnya. Apa Okaasan sudah tidur? Oh, begitu. Baik, selamat tidur,”
=*=
Dua hari setelah Valentine merupakan hari istimewa bagi Ami, hari ulang tahun. Karena tahun ini dia berusia 10 tahun, diadakan sebuah pesta meriah.Wajahnya terlihat sangat bahagia saat meniup lilin angka 10 di atas kuenya yang besar.
Kakek, nenek, dan teman-temannya yang hadir memberikan ucapan selamat, begitu juga kado. Tapi ia sedikit heran, ada satu orang yang tidak terlihat sedari tadi, kakaknya tidak ada di sekeliling ruangan itu.
“Grandma, where’s Oniichan?”
Neneknya hanya tersenyum, kemudian menarik sosok yang sedang berulang tahun itu ke sebuah ruangan. Tak lama, Eiji mendekatinya.
“Happy birthday!” Eiji menepuk kepala Ami pelan, “Kau mau tau kado apa yang akan ku kasih?” Mata Ami berbinar-binar lalu mengangguk cepat. Kakaknya tersenyum lembut, “Tutup matamu dulu,”
Ami menutup matanya dengan cepat, di dalam hatinya menebak-nebak hadiah apa yang akan diberikan oleh kakaknya. Seorang ibu dan seorang bapak sudah berjongkok di depan anak kecil itu, sesuai dengan arahan dari Eiji.
“Nah, Ami. Buka matamu sekarang!”
Anak itu membuka matanya perlahan. Saat matanya menangkap bayangan kedua sosok yang ada di depannya, Ia terlihat bingung dan mencari keberadaan kakaknya yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Oh, my little princess! Happy birthday!!” ucap sang ibu sambil memegang lembut pipi Ami.
Sang ayah juga melakukan hal yang sama sambil berkata, “Otanjobi omedetou![*]”
Untuk pertama kalinya Ami menatap wajah kedua orangtuanya secara langsung, tidak melalui video call atau hanya telepon suara.
Perayaan ulang tahun itu kembali berlanjut. Ami awalnya canggung  saat bersama orangtuanya yang bergonta-ganti memeluk, menggendong, dan sesekali mencubit pipinya gemas. Rasa canggung itu hilang setelah orangtuanya memberikan kado dengan kotak yang sangat besar berisi boneka teddy yang besarnya melebihi tubuh Ami.
Pesta selesai, tidak ada sesi membuka kado karena adanya rapat dadakan untuk keluarga Kato. Rapat untuk membicarakan kepindahan Ami kembali ke Jepang.
“Tidak mau! Aku tidak mau pergi kalau tidak sama Oniichan!” rengek Ami, ia memeluk lengan Eiji yang duduk di sebelahnya dengan erat.
Berbeda dengan kakaknya, bahasa Jepang Ami tergolong buruk untuk anak seusianya. Aksen Jepangnya tidak terlihat sama sekali.
Eiji menarik Ami duduk di pangkuannya, “Ami, dengar aku... Kau harus tinggal dengan Otousan dan Okaasan, Oniichan juga akan pulang ke Tokyo tapi tidak sekarang.”
“Kalau begitu, aku juga tidak sekarang!”
“Tidak bisa, Ami. Kau harus menurut apa kata orangtua, ya?”
Wajah Ami semakin cemberut. Dengan cepat ia turun dari pangkuan kakaknya dan berlari menuju kamarnya.
Ichiro dan Celine melihat ke arah Ami pergi, wajah mereka terlihat sedih. Eiji sebagai kakak merasa sangat bertanggung jawab dengan kelakuan buruk adiknya. Ia merasa gagal menjadi kakak yang baik untuk Ami.
“Maafkan aku, Otousan.. Okaasan.. Maaf sudah membuat Ami jadi anak yang manja,”
Ichiro menggeleng, “Kau tidak perlu minta maaf. Sudah pasti anak seusia Ami itu manja, apalagi hanya kau yang dekat dengannya,”
Ami menutup mulutnya sejak hari itu. Menganggap orang-orang di rumahnya seperti angin dan melayani dirinya sendiri, seperti memasak telur atau memanggang roti. Walau merasa khawatir, tapi Eiji bersyukur karena sudah mengajarkan sikap mandiri pada adiknya yang keras kepala itu.
“Amy... Are you really going to move to Japan?” tanya salah satu gadis kecil pada Ami saat mereka sedang duduk di taman.
Memiliki orangtua yang berbeda keturunan membuatnya miliki dua nama. Menurut Eiji, ayah dan ibu mereka sempat berdebat karena masalah nama dan akhirnya memutuskan memberi nama putri mereka dengan nama Amy Victoria Kato dan menjadi Kato Ami setelah ditulis dalam kanji Jepang.
Berbeda dengan Eiji, ia langsung memiliki nama Jepang, yaitu Eiji Victorio Kato dan tidak akan bingung menggunakan namanya seperti Ami. Nama Ami sendiri di akta kelahiran menjadi panjang karena digabung menjadi Amy Victoria Ami Kato.
Selama tinggal di Boston, gadis kecil itu selalu dipanggil Amy. Hanya Eiji sendiri yang memanggilnya Ami.
“Dari mana kalian tau?”Ami balik bertanya.
Salah satu gadis kecil dengan wajah chubby yang sedari tadi sibuk dengan cemilannya dengan cepat menelan makanannya, “Tadi nenekmu yang bilang waktu kami tidak sengaja berpapasan, apa itu benar?”
Ami mendengus kesal. Padahal ia sengaja tidak mengatakan apa-apa, berharap kepindahannya tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, Ami tidak mau mengucapkan apa-apa pada teman-temannya, meninggalkan mereka tanpa ucapan selamat tinggal agar Ami tidak merasa sedih dan semakin membuatnya enggan untuk pergi.
“Mau bagaimana lagi, orangtuaku ada di Jepang sih!” jawabnya dengan wajah ceria seperti biasa, “Nanti aku pasti kesini lagi, Eiji kan masih disini,”
“Benarkah? Kalau tidak ada Amy, akan ada banyak gadis-gadis yang menggodanya lho!”
“Hey! Stop it!!”
=*=
[*] Otanjobi omedeto — selamat ulang tahun

Comentário do Livro (22)

  • avatar

    saja

    27d

      0
  • avatar
    AwaliaArdina

    saya beruntung

    02/07

      0
  • avatar
    KurniawatiIndah

    bagus

    05/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes