logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Desdou

Desdou

aokiiri


Capítulo 1 PROLOG

"Tradisi harus dihormati dan dijunjung tinggi. Mengabaikan tradisi sama dengan menghina leluhur."
Sebuah doktrin yang secara turun temurun selalu ditanamkan pada setiap turunan dan generasi dalam keluarga Kato, salah satu keluarga berpengaruh dan dihormati di daerah Arashiyama, Kyoto. Berdasarkan doktrin ini keluarga Kato selalu memegang teguh semua tradisi dan adat istiadat dalam keluarga.
Kato menguasai saham di beberapa perusahaan besar di Jepang. Seperti di perusahaan kosmetik, makanan dan minuman, dan lain sebagainya. Bahkan Ia membeli beberapa perusahaan kecil serta mengembangkannya sendiri.
Begitu juga dengan Kato Hideyoshi, kepala keluarga Kato generasi ke-5 yang terkenal bertangan dingin. Di bawah kepemimpinannya nama keluarga Kato semakin dikenal hampir di seluruh penjuru Jepang. Kato Hideyoshi berani mengambil resiko untuk ikut berpartisipasi dalam dunia bisnis dan politik di Jepang.
Beberapa tahun silam, beliau menanam modal pada saham di beberapa sektor yang sedang berkembang seperti properti, ekspor-impor dan sebagainya. Hingga saat ini Hideyoshi mampu meraih keuntungan hingga miliyaran yen. Dalam bidang politik, Hideyoshi pernah ikut serta menjadi salah satu anggota parlemen. Meski hanya selama satu periode, beliau mampu membuat nama Kato Hideyoshi disegani oleh banyak orang.
Berbagai kesuksesan diraih Kato Hideyoshi di masa mudanya, tidak berarti beliau meninggalkan doktrin keluarganya.
Sesuai tradisi Hideyoshi membina keluarga saat usianya mencapai 25 tahun dengan calon yang ditentukan oleh kedua orangtuanya atas persetujuan para tetua yang masih hidup. Seorang wanita anggun dan sangat cantik bernama Wakaba Futaba terpilih sebagai pendamping hidupnya. Beliau merupakan keponakan dari perdana menteri pada masa itu.
Pernikahan Kato Hideyoshi dan Wakaba Futaba berlangsung meriah. Mereka berdua kemudian dikaruniai tiga orang anak dengan selang waktu masing-masing 5 tahun.
Anak pertama mereka adalah seorang anak laki-laki yang diberi nama Ichiro. Melahirkan seorang anak laki-laki sebagai anak pertama menjadikan Futaba sebagai menantu kesayangan di dalam keluarga. Ichiro juga langsung dinyatakan sebagai calon penerus pimpinan keluarga di masa akan datang.
Baru saja Ichiro tumbuh dan mulai mengerti akan hal-hal sederhana, dia sudah mulai diajarkan apa saja yang kira-kira akan diperlukan oleh seorang calon penerus keluarga. Saat anak-anak lain masih dengan bebas bermain, Ichiro sudah mulai belajar mengenai tata krama, pengetahuan dasar seperti membaca dan menulis. Di usianya yang menginjak 4 tahun Ichiro bahkan sudah mengenal teknik dasar upacara minum teh dan upacara tradisional Jepang lainnya.
Menginjak usia 5 tahun, Ichiro mendapat seorang adik perempuan yang diberi nama Azusa. Ichiro sangat menyayangi adik perempuannya ini. Azusa menjadi teman pertama Ichiro seumur hidupnya. Azusa adalah seorang gadis dengan kepribadian yang ceria dan aktif. Sama seperti Ichiro, Azusa sejak kecil mulai dididik bagaimana menjadi seorang wanita bangsawan bersikap. Disaat gadis kecil umumnya akan bermain boneka bersama teman-temannya, Azusa sudah belajar akan tata krama.
Namun sedikit berbeda dengan Ichiro, Azusa memiliki sifat pemberontak. Selalu dididik dengan disiplin yang tinggi di usianya yang sangat muda membuat Azusa terkadang memilih untuk kabur. Entah itu bersembunyi di berbagai sudut di rumahnya, berlarian kesana kemari hingga membuat pelayan kewalahan, atau hanya sekedar duduk di salah satu dahan pohon di belakang rumahnya hingga senja tiba. Meski setelah itu dia akan dimarahi oleh ibunya atau di hukum sang ayah, Azusa tidak peduli.
Azusa pernah dihukum oleh ayahnya dengan di kurung dalam kamar tanpa makan malam karena dia membolos dari salah satu pelajaran. Azusa sampai sulit tidur karena perutnya terus-terusan berbunyi. Beruntung Ichiro entah bagaimana menyelundupkan beberapa roti ke dalam kamar Azusa. Ichiro berhasil menyelamatkan Azusa dari rasa lapar malam itu.
Beberapa bulan kemudian anak ketiga di keluarga Kato lahir. Seorang gadis manis yang diberi nama Mirai. Memiliki dua kakak diatasnya yang dengan sendiri dianggap sudah mengemban kewajiban utama keluarga, membuat didikan pada Mirai tidak begitu keras. Sebaliknya Mirai justru dimanja oleh seluruh keluarga. Bahkan Ichiro dan Azusa tidak mempermasalahkan hal tersebut karena mereka juga sangat menyayangi Mirai.
Tidak ada masalah besar terjadi hingga akhirnya mereka beranjak ke usia remaja.
=*=
"Niisan!"
Ichiro yang baru keluar dari ruang pribadi ayahnya, sedikit terkejut memandang Azusa yang berdiri sembari bersandar pada dinding dan memandang lurus padanya. Ekspresi gadis itu sulit untuk diprediksi, namun Ichiro menduga sang adik mendengar percakapannya dengan ayah mereka baru saja.
"Azusa, baru pulang kuliah? Okaasama tadi membuatkan cemilan untuk kita bertiga. Mirai juga sebentar lagi pulang, ayo kita makan bersama!" ujar Ichiro dengan nada ringan.
"Bisa kita bicara sebentar?" Azusa masih memandang Ichiro dengan tatapan yang sama.
Ichiro menghela napas dan menurut, mengikuti Azusa yang membawanya langsung ke paviliun rumah mereka. Sedikit jauh dari jangkauan pendengaran para pelayan atau siapapun karena tempat itu jarang digunakan dan hanya dipakai jika ada acara penting keluarga saja.
"Jadi... bisa niisan jelaskan padaku apa maksud pembicaraan niisan dan pak tua itu tadi?" langsung Azusa.
"Bukan pak tua, Azusa. Panggil beliau dengan benar! Beliau ayah kita." namun Azusa terlihat tidak peduli dengan teguran itu, Ichiro menghela napas panjang. "Kau pasti dengar sendiri, usiaku sudah hampir 25, dan sesuai tradisi aku harus segera menikah." katanya.
"Niisan menerimanya begitu saja?" tanyanya lagi.
"Sudah tradisi Azusa, mereka juga sudah mencarikan calonnya. Dalam beberapa hari nanti mungkin akan dilangsungkan pertemuan keluarga, jika cocok aku akan menikah tepat di ulang tahunku yang ke 25."
"...dan Niisan hanya menurut saja, seperti biasa?"
Ichiro memandang lurus pada Azusa, "Sudah tugasku Azusa, sebagai calon penerus keluarga aku harus menjaga tradisi bukan?" ujarnya
"Persetan dengan tradisi. Ini hidupmu! Kau berhak menentukan jalan hidupmu sendiri, tanpa campur tangan pak tua itu dan orang tua bau tanah lainnya, atau siapapun." protes Azusa.
"Azusa, jaga bicaramu. Seorang wanita keluarga Kato tidak bicara sekasar itu!" Ichiro kembali menegurnya dengan nada keras.
"Sejak kapan aku peduli dengan itu semua?!" balas Azusa tidak kalah keras, "lupakan tentang aku. Sekarang kita sedang membicarakanmu. Kau yakin dengan ini?! Kau yakin ini pilihan hidupmu? Di saat kau masih bisa memilih hidup dengan orang yang kau suka."
"Tidak ada pilihan, Azusa." Ichiro menatap adiknya nanar, "Sejak dulu sudah tidak ada pilihan tentangku, juga kau, bahkan Mirai. Kau ingat dengan yang diajarkan Otousama pada kita? Menjaga tradisi adalah tugas kita sebagai bentuk bakti kita pada keluarga ini. Kau sudah besar, seharusnya kau lebih paham akan hal ini."
Azusa mampu melihat kabut menutupi tatapan Ichiro padanya. Azusa tau dengan pasti bahwa Ichiro tersiksa, beban berat ditanggunya sejak kecil. Semua doktrin dan tetek bengek akan meneruskan tradisi keluarga sudah ditanamkan pada diri mereka sejak kecil. Tetapi Azusa menyayangkan satu hal, Ichiro terlalu takut untuk keluar dari zona amannya sendiri.
"Niisama, Neesama, kalian di dalam? Okaasama memanggil kita untuk minum teh bersama." Mirai yang masih mengenakan seragam sekolahnya, berlari memasuki paviliun. Tetapi gadis itu terdiam saat merasakan udara berat yang menyambutnya. Juga tatapan yang masing-masing kedua kakaknya berikan satu sama lain.
"Eh? Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Mirai sedikit hati-hati.
Azusa tersenyum miris dan ganti menatap Ichiro nanar, "Aku tidak menyangka calon penerus keluarga ini tidak punya ketegasan bahkan untuk keinginannya sendiri. Miris sekali."
Setelahnya Azusa langsung melangkah pergi dari sana, mengabaikan baik Ichiro maupun Mirai yang menatapnya dengan tatapan berbeda.
Mirai berbalik memandang Ichiro dengan sedikit takut, namun Ichiro menyambutnya dengan senyuman. Seulas senyuman yang sarat akan kesedihan di matanya sendiri. Pemuda itu lalu mengajak Mirai pergi dari sana untuk segera memenuhi undangan dari ibu mereka. Meski hari itu untuk pertama kalinya mereka melakukannya tanpa Azusa diantara mereka.
=*=
Setelah tiga bulan kemudian, acara pernikahan Ichiro pun tetap dilaksanakan. Seperti biasa tradisi tetaplah tradisi, Ichiro tidak bisa menyangkal ataupun menolak untuk menerima perjodohan ini yang ditetapkan oleh keluarga.
Bersama Celine Clair, mempelai wanita yang dipilih dengan latar belakang keluarga yang sangat baik. Seorang wanita blasteran Korea-Prancis-Amerika dan di usia muda sudah menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Tokyo. Ideal dan sangat pantas untuk menjadi pendamping keturunan keluarga Kato. Tidak hanya itu, alasan terpenting adalah Celine Clair berasal dari keluarga yang berpengaruh saat itu.
Pemberkatan pernikahan yang diadakan disebuah gereja besar di Kyoto berlangsung dengan khidmat. Kedua keluarga dan kedua mempelai sangat menikmati acara pernikahan antara Ichiro dan Celine. Ditambah hari itu adalah hari ulang tahun Ichiro yang ke-25 tahun, bersamaan dengan acara pernikahan mereka, juga merayakan acara ulang tahun Ichiro.
Pernikahan kemudian dilanjutkan dengan ritual secara tradisional di kediaman Kato.Senyuman tak lepas dari setiap tamu undangan dan hampir seluruh keluarga. Kecuali Azusa yang lebih banyak menghabiskan waktu di sudut pesta, menikmati kesendiriannya.
Beberapa waktu berlalu setelah Ichiro dan Celine menikah. Celine pun telah melahirkan seorang anak laki-laki yang mereka namai Eiji. Seperti yang terjadi pada Ichiro sebelumnya, Eiji langsung didaulat untuk menjadi penerus keluarga Kato selanjutnya oleh para tetua keluarga.
Kebahagiaan keluarga Kato tidak hanya sampai disana saja, karena tiba lah saatnya Azusa akan menginjak usia 25 tahun yang berarti tradisi perjodohan akan kembali dilaksanakan.
Tetapi seperti sumpah dan keyakinan Azusa sejak pernikahan sang kakak lima tahun sebelumnya, Azusa ingin menentukan kehidupannya sendiri tanpa harus terikat dengan tradisi keluarga. Saat ia mendengar tentang perjodohan langsung saat melewati ruang kerja ayahnya. Maka Azusa memperkenalkan seorang pemuda yang sudah menjadi kekasihnya beberapa tahun belakangan. Seorang pemuda sederhana bernama Komiya Kenzo, teman Azusa di kampusnya.
"Siapa pemuda ini, Azusa?" Kini mereka, Azusa, kekasihnya, serta ayahnya dan Ichiro berada di ruang keluarga.
"Kenzo, kekasihku!"ungkapnya.
Hideyoshi menyipit mendengar jawaban putrinya. Pria itu melihat pada si pemuda, menilainya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Apa ia sudah bekerja Azusa?" kali ini Ichiro yang bertanya.
Azusa mengangguk, "Meski belum punya pekerjaan tetap, Kenzo-san sekarang bekerja sebagai asisten dosen sambil menyelesaikan master." jelasnya.
"He? Asisten Dosen?" Azusa menyipit mendengar nada mengejek dari ayahnya. "Katakan padaku, Kenzo-kun. Dengan apa kau ingin memberi makan putriku? Apa kau juga punya sesuatu yang bisa dibanggakan di depan relasi keluarga kami?"
"Ah, begini Kato-sama. Aku-" belum sempat Kenzo berbicara, Azusa sudah kembali memotongnya.
"Itu tidak penting, pak tua!" Azusa langsung mendapat teguran dari Ichiro namun gadis itu terlihat tidak peduli. "Aku bisa ikut bekerja nanti, membangun keluarga dan karir bersama."
"Jangan naif, Azusa! Kau pikir mudah untuk merintis karir dari nol. Aku memberimu kemewahan yang langsung bisa kau nikmati dan kau ingin membuangnya demi pemuda ini?!" Hideyoshi sedikit menggeram menahan gejolak emosinya, sampai Ichiro harus beranjak ke samping sang ayah.
"Hentikan Azusa! Jangan keras kepala seperti ini. Pikirkan keluarga, ayah juga ibu." Ichiro berusaha membujuk adiknya itu.
"Kau tau Azusa, ayah tetap tidak akan merestui pilihanmu!" tegas Hideyoshi.
"Terserah apa kata kalian. Aku membawanya hanya untuk diperkenalkan. Direstui atau tidak aku tetap pada keputusanku. Ini hidupku, aku akan bertanggung jawab penuh atas konsekuensinya." Azusa lalu beranjak dari duduknya dan menarik lengan sang kekasih. "Ayo kita pergi!"
"Azusa! Melangkah sedikit saja dari pintu itu, aku tidak akan pernah mengakuimu lagi sebagai anak. Kau akan ku buang dari keluarga Kato dan ku pastikan tidak ada jalan untukmu kembali!" Kali ini Hideyoshi benar-benar murka.
"Otousama!" Ichiro pun terperangah pada keputusan sang ayah.
Namun siapa sangka, Azusa membalikkan tubuh dan menatap ayahnya sambil tersenyum. "Kau tau, otousama!" Ia menekan panggilannya pada ayahnya, seakan ini adalah terakhir kali ia bisa memanggilnya. "Aku menunggu kau mengatakan hal itu dari tadi. Terima kasih telah merawatku hingga saat ini, Kato Hideyoshi-sama. Jika kita masih diberi kesempatan untuk bertemu lagi untuk aku membalas jasamu."
"Azusa!" bentak Ichiro.
Namun Azusa tetap pada keputusannya. Gadis itu menatap wajah sang kakak dengan senyum yang sama. "Selamat tinggal, niisan! Sampaikan salamku pada Celine oneesan dan keponakan kecilku. Juga pada Mirai, dia masih sekolah saat ini. Maaf jika aku tidak bisa menjadi adik yang berbakti untukmu."
Azusa menundukkan tubuhnya dalam-dalam. Sebelum akhirnya ia berbalik dan keluar dari ruangan itu sambil menarik tangan Kenzo. Ia benar-benar pergi. Keluar dari keluarga Kato seperti kata Hideyoshi. Bahkan sejak saat itu tidak ada lagi yang tau dimana keberadaan Azusa.
Peristiwa tersebut membuat Mirai menjadi satu-satunya harapan keluarga Kato sebagai seorang gadis bangsawan di keluarga mereka.
Mirai sama halnya dengan Ichiro, ia menuruti kehendak sang ayah dan menerima tradisi keluarga mereka dengan dinikahi oleh anak rekan kerjanya, seorang pemilik hotel dan resort berbintang, setelah usianya mencapai 25 tahun.
Selang berapa tahun kemudian, setelah pernikahan Mirai sang kakak beradik itu pun memutuskan untuk tinggal di luar rumah keluarga Kato dan memilih untuk menetap bersama keluarga kecil mereka masing-masing.
Inilah yang menjadi awal dari perpecahan dari keluarga Kato Hideyoshi.
=*=
[*] Niisan– dari oniisan, panggilan pada kakak laki-laki.
[*] Okaasama– panggilan pada ibu dalam bentuk yang paling formal,

Comentário do Livro (22)

  • avatar

    saja

    27d

      0
  • avatar
    AwaliaArdina

    saya beruntung

    02/07

      0
  • avatar
    KurniawatiIndah

    bagus

    05/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes