logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bianca vs Stella

"Bagaimana kondisi luka luka kamu? apa sudah membaik?"
Maxim pun memeriksa tangan juga kaki Stella dengan seksama, membuat jantung Stella kembali berdegup kencang dibuatnya karena sikap spontan dan perhatian Maxim.
Ya ampun! sabar sabar.. sehat sehat yah jantungku, hatiku juga~batin Stella.
"A--aaa-kuu, aku gak apa apa kok," Stella menjauhkan tangan Maxim dari tubuhnya segera. "Bapak kembalilah keruangan Bapak, biar saya juga bisa kerja kembali," lagi pinta Stella.
Kening Maxim pun berkerut mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Stella.
"Kenapa malah bengong sih, cepat kembalilah keruanganmu."
Bukannya menjawab, Maxim justru langsung memeluk Stella secara tiba tiba.
"Egh! A--aapaa yang kamu lakukan?" Stella berusaha melepaskan dekapan Maxim karena kini mereka berada di lorong yang dekat dengan lift.
"Sstt! Diamlah, jangan banyak bergerak," lirih Maxim.
Bianca? ternyata dia benar benar sudah kembali... baiklah, kita akan segera mulai permainan ini~batin Maxim.
Secara tidak sengaja, Maxim berhasil melihat Bianca yang berada di lantai 5.
Flashback On~
Saat yang bersamaan, seorang perempuan cantik lainnya sedang memasuki lobby kantor Maxim, dialah Bianca Sierra.
Seorang wanita cantik berbadan proposional turun tepat di depan lobby kantor, dengan gaya bak modelnya, dia berjalan berlenggak lenggok membuat semua mata yang memandangnya kagum karena keindahan bentuk tubuhnya, dialah Bianca Sierra.
Bianca datang ke kantor Maxim untuk menemui pujaan hatinya yang telah dia tinggalkan sebelumnya demi lelaki kaya lainnya, kini disaat karirnya mulai menurun, Bianca memutuskan untuk kembali kepada Maxim, karena Bianca yakin bahwa Maxim benar benar mencintainya.
"Permisi!" serunya sombong di depan meja resepsionis.
"Ada yang bisa saya bantu Bu?"
"Saya mau bertemu dengan CEO perusahaan ini, katakan dimana ruangannya berada," kembali jawab Bianca dengan angkuhnya.
"Mohon maaf sebelumnya, apa ibu sudah membuat janji temu lebih dahulu?" tanya sang resepsionis kembali.
"What the hell it is! Hello, apa saya harus membuat janji temu lebih dulu dengan calon suami saya? are you crazy?" cibir Bianca kembali dengan nada arogannya.
Astaga, cantik cantik tapi mulutnya jahat~batin sang resepsionis.
"Ma-aaaf bu, tapi ini sudah menjadi ketentuan perusahaan bu," dengan gemetar kembali sang resepsionis menjawabnya. Bahkan rekan rekan resepsionis lainnya hanya menunduk melihat sikap Bianca.
"Bullshit! biar aku cari sendiri, aku ini calon istri Maxim, kamu ingat baik baik yah, kamu orang pertama yang akan aku pecat kalau aku menikah dengan Maxim."
Dengan angkuhnya Bianca terus berjalan sesaat setelah mengancam sang resepsionis, bahkan hadangan para sekuriti berhasil dilewatinya, Bianca pun memilih mencari sendiri ruangan Maxim, dan dia mulai menaiki lift.l menyusuri lantai lantai teratas untuk mencari ruangan Maxim.
Setelah lantai 4, kini Bianca memilih berhenti di lantai 5.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai 5.
Flashback Of~
Tanpa sengaja pun Bianca melihat 2 orang berbeda gender sedang berpelukan tidak jauh dari lift, dan Bianca mengenali betul sosok lelaki itu sebagai pria yang sedang dicarinya saat ini.
"Maxim!" gumamnya dengan suara pelan. Bianca lantas menghampiri Maxim.
"Max! apa apaan ini," sentak Bianca sambil melepaskan pelukan antara Stella dan Maxim.
Membuat Stella terkesiap karena tarikan kuat dari Bianca, sementara Maxim memilih pura pura terkejut.
"Bianca?" seru Maxim.
"Max, apa ini? kenapaa......"
Dengan cepat, Maxim segera menarik Bianca ke lift untuk membawanya kembali ke ruang kerja Maxim.
"Max!" panggilan Bianca tidak digubris oleh Maxim, Maxim terus membawa Bianca sampai masuk ke dalam ruangannya.
"Max, siapa perempuan itu?" kembali tanya Bianca.
Cih! dasar wanita licik~umpat Maxim dalam hati.
"Dia, dia salah satu karyawan aku... dia begitu menyukaiku, dia selalu mengejarku... aku, aku gak bisa berbuat apa apa, karena dia adalah salah satu karyawan terbaik yang dimiliki perusahaan, dia sangat berkontribusi untuk perusahaan... dia selalu mengancam akan resign dari kantor kalau aku tidak mengikuti kemauannya," dengan kebohongan cerita yang dibuatnya, Maxim kembali merancang skenario jahat untuk membalas perbuatan Bianca.
"What? this is crazy!" Bianca benar benar tidak habis pikir.
"Yes, but ini nyata.. beberapa kali kerjanya membuat proyek untuk perusahaan untung besar."
Kebohongan demi kebohongan Maxim ciptakan.
"Dasar gadis licik, bisa bisanya dia berbuat kotor seperti itu," maki Bianca.
"Akhirnya kamu kembali," ucap Maxim dengan memasang wajah sendunya. "Aku selalu menunggu kamu, aku tau waktunya, bahwa kamu akan kembali lagi padaku."
Tentu saja ucapan Maxim membuat Bianca tersenyum manis, ternyata harapannya tidak bertepuk sebelah tangan untuk kembali mendekati Maxim, mengambil hatinya dan tentunya menguras hartanya.
"Sayang!" ujar manja Bianca, Bianca pun berlari memeluk Maxim.
"Aku benar benar mencintaimu, maafkan aku yah..."
Pelukan pun terjadi antara dua orang yang sama sama punya rencana mereka masing masing.
"Jangan tinggalkan aku lagi sayang," lirih Maxim.
Sementara, Stella masih terkejut setelah seorang wanita tiba tiba datang dan dengan kasarnya menarik tubuhnya menjauh dari Maxim, rupanya perbuatan mereka dilihat oleh Billy, Billy yang merasa kasihan dengan Stella pun lantas membantu Stella.
"Anda tidak apa apa nona?," tanya Billy dengan ramah.
"Hhah! Oh, iyaa iyaa Pak, saya tidak apa apa kok," jawab Stella.
"Saya antar anda kembali ke ruangan anda, mari nona."
Ajakan Billy pun langsung disanggupi oleh Stella.
Pikiran Stella kembali menerawang menebak nebak siapa sosok wanita itu, apalagi melihat respon dari Maxim..
Percakapan singkat antara Maxim dan Bianca pun terjadi, setelah susah payah merayu Bianca, akhirnya Maxim berhasil meyakinkan Bianca untuk segera kembali ke rumahnya, karena Maxim masih harus melakukan meeting dengan investor sepanjang hari itu.
Waktu meeting hampir bersamaan dengan makan siang, tempat meeting yang seharusnya dilakukan di kantor pun terpaksa di pindah di restoran terdekat dengan kantor Maxim.
Bianca sudah lebih dahulu berada di lobby untuk menunggu taksi pesanannya tiba di kantor Maxim, dan saat yang bersamaan pula Stella melewati Bianca bersama dengan Mia, mereka ingin makan siang di luar kantor.
Bianca yang masih mengingat betul wajah Stella pun lantas berjalan cepat keluar untuk mengejar Stella.
"Berhenti!" Pekik Bianca, sontak Mia dan Stella langsung berhenti dan menoleh pada Bianca.
Dengan angkuhnya Bianca berjalan mendekati Stella dan berdiri tepat di hadapan Stella.
Billy dan Maxim pun bergegas turun untuk segera menemui investor di restoran mewah dekat kantornya, sekalian makan siang diluar.
Saat berjalan di lobby, Billy bisa melihat dengan jelas melalui kaca yang transparan kejadian di depan lobby kantor antara Stella dan Bianca.
Bukankah itu nona Stella dan nona Bianca?astaga jangan jangan?~pikir Billy.
"Bos, lihatlah!" seru Billy menunjuk ke arah luar lobby. Pandangan Maxim pun ikut tertuju ke arah yang ditujukan oleh asistennya tersebut.
Bianca dan gadis aneh itu!~batin Maxim.
Mereka pun berjalan semakin dekat sehingga bisa mendengar percakapan keduanya.
"Dasar gadis licik, bisa bisanya kamu berbuat kotor dan licik seperti itu," tanpa sebab dan alasan tiba tiba Bianca melancarkan hinaannya pada Stella.
"Maaf, apa maksud anda?," jawab Stella bingung.
"Cih! dasar perempuan rendahan, kamu harus ingat, siapa kamu! kamu itu hanya karyawan rendahan, bukan level kamu untuk bisa mendekati Max, kecuali kamu karyawan plus plus."
Hinaan telak diberikan oleh Bianca, Mia yang mendengarnya ingin membela Stella namun Stella melarangnya.
"Maaf, tapi saya benar benar gak ngerti maksud perkataan anda," dengan sekuat hati, Stella coba menahan emosinya.
Kali ini suasana sudah semakin ramai dan banyak orang sudah mulai melihat perdebatan mereka berdua.
"Dasar sok munafik! ternyata wajah kamu polos tapi kelakuan kamu benar benar murahan, bisa bisanya berpelukan dengan calon suami orang, dasar murahan."
Bianca lalu pergi meninggalkan Stella setelah berhasil mempermalukan Stella di depan banyak orang, sementara Mia berusaha melawan dan mengusir orang orang yang menonton mereka.
Bbam
Ucapan Bianca benar benar melukai hati dan perasaan Stella.
Sementara dari jauh Maxim hanya menontonnya tanpa berniat untuk membantu Stella, sementara Billy tidak habis pikir dengan sikap Maxim yang justru membiarkan Stella dihina.
"Bos!"
Ternyata gadis aneh itu lebih lemah dari perkiraanku, well.. baguslah~batin Maxim dengan senyum seringainya.
"Ayo Bil, cepat kita jalan... aku sudah lapar," dengan cueknya Maxim justru memilih tidak ingin membantu Stella.
**
"Ma, Papa sudah menemukan kabar soal Simon," ucap Robert.
"Kita pulang besok Pa," balas sang istri sendu

Comentário do Livro (113)

  • avatar
    ZaliyantiAmelia

    cerita ini sangatlah bagus.... butir air mata saya terus mengalir ketika membacanya, apalagi ketika membaca Stella yg sangat sabar dan disiksa tsbt,., smg sy jg bisa menjadi orang yg sabar dan tabah seperti Stella 😭 bahkan sekarang air mata jg blum mengering abis baca akhiran cerita td🌹😭😭

    29/12/2021

      0
  • avatar
    Tasnia RaniaTitis

    menarik

    04/12

      0
  • avatar
    Evie Yanti Saragih

    Terharu pas di akhir crta nya😥😍😍

    08/09/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes