logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Rumah Sakit

Stella masih berada di ruang gawat darurat menunggu periksa dari Dokter untuk meminta ijin rawat jalan, karena Stella tidak mau dirawat di rumah sakit, selain karena biayanya yang lumayan, meskipun dia mendapatkan asuransi dari perusahaan namun Stella bersikukuh untuk tidak mau menginap di rumah sakit.
"Pak Andy kenapa mobil ini berjalan seperti siput?" gerutu Maxim kepada sang sopir pribadinya.
"Maaf Bos, tapi kondisi jalan padat merayap Bos," balas sang sopir.
"Cih! percuma punya mobil mewah tapi gak bisa apa apa, besok besok coba kau carikan mobil yang bisa terbang Billy," ujarnya lagi tak berhenti bicara.
Astaga, si Bos kenapa jadi cerewet sekali~batin Billy.
Akhirnya setelah melewati perjalan yang cukup menyeramkan bagi Billy dan juga Pak Andy karena intimidasi dan ocehan Maxim, kini mobil mewah itu berhenti tepat di depan sebuah rumah sakit yang tidak begitu besar.
"Apa kamu tidak salah Bil?" tanya Maxim.
"Benar Bos, ini rumah sakit yang diinformasikan oleh Pak Rio tadi."
"Kenapa dia pilih rumah sakit kecil dan tua seperti ini," gumam Maxim.
"Mari Bos!" Billy pun sudah membukakan pintu penumpang untuk Maxim. Dan seperti biasa, kehadiran keduanya berhasil menarik mata setiap orang yang melihatnya.
"Bos, kita ke ruang UGD Bos, karena Nona Stella berada disana," terang Billy memberikan informasi.
"UGD? ruang apa itu?"
Kembali Billy hanya bisa menggaruk kepalanya menghadapi "kepintaran" sang Bos.
"Itu ruang khusus pasien pasien dengan kondisi gawat darurat Bos"
"Apa?"
"Bos! Tunggu"
"Cepat kita kesana, kamu bilang itu ruang khusus gawat darurat, kita harus melihatnya Bil," Maxim pun menarik tangan Billy.
Astaga, kenapa si Bos jadi begini ya~pikir Billy tidak habis akal.
Saat masuk ke dalam ruang UGD, Maxim akhirnya menemukan sosok yang dicarinya selama di kantor tadi.
Penampilan Stella yang tidak mengenakan kaca mata besar dan memakai baju kebesaran kembali membuat Maxim terpukau karena kecantikan alami yang dimiliki Stella.
Gadis norak ini,... kenapa dia selalu berpenampilan aneh kalau di kantor~batin Maxim.
"Bos!" Billy membuyarkan lamunan Maxim.
"Itu Nona Stella Bos," ucapnya.
"Hhmm"
Mereka pun berjalan mendekati bangsal yang ditempati Stella.
"Selamat siang Nona Stella," sapa Billy dengan ramah, Stella yang sedang menutup matanya itu pun langsung reflek membuka matanya.
"Ehh! Pak Billy.... Pak Maxim!"
Billy bisa menyadari rasa keterkejutan dan penasaran Stella melihat dirinya dan Maxim ada di rumah sakit.
"Kenapa....."
"Bagaimana kondisimu?" Ucapan Maxim kembali menyela pertanyaan Stella.
"Eghh,ehmm.. saya, saya baik baik aja Pak," jawab Stella.
"Kalau kamu baik baik aja, gak mungkin kamu ada disini, mengerti!"
Laki laki ini benar benar menyebalkan~batin Stella.
"Kenapa sampai kamu bisa ada disini?" kembali pertanyaan Maxim tujukan buat Stella, masih dengan suara datarnya.
Ini orang apa robot sih kaku banget~maki Stella dalam hati.
"Saya tadi kena senggol motor Pak di pinggir jalan...."
"What? hahaha...." (Tawa Maxim benar benar membuat Stella kesal)
"Emang kamu masih kecil? kenapa bisa kena senggol motor, dasar gadis aneh," cibir Maxim lagi.
Sabar Stella~Stella terus melafalkan mantra itu dalam hatinya.
Astaga si Bos, mulai perang lagi nih~pikir Billy.
"Pak Billy, terima kasih sudah mau datang menjengukku," ucap Stella. Dia sengaja hanya mengucapkan terima kasih kepada Billy karena masih kesal dengan sikap Maxim.
"Hey! apa matamu buta? kenapa mengucapkan terima kasih hanya kepada Billy?" seruan protes pun diutarakan oleh Maxim. "Menyebalkan, aku udah dateng untuk melihatnya juga," gumam Maxim dengan wajah betenya.
Ck! lihatlah sekarang siapa yang kekanak kanakan disini~batin Stella.
"Terima kasih!" seru Stella datar.
"Menyebalkan!" balas Maxim sambil keluar ruang UGD. Maxim terus menggerutu diluar dengan kesalnya.
Billy pun mengekori Maxim ikut keluar ruangan. "Bos, kenapa keluar ruangan?"
Mata Maxim pun menhujam menatap Billy dengan tajam.
"Kamu senang kan, dia berterima kasih padamu?" serunya.
"Maksud Bos apa?" Otak Billy benar benar buntu hari ini menghadapi tingkah Maxim sang Bos
"Ck! Lupakan saja!"
Saat mereka sedang berbicara, masuklah beberapa tim medis ke dalam ruang UGD.
Maxim pun bergegas ikut masuk ke dalam kembali.
"Nona Stella, bagaimana kondisi anda sekarang?" tanya salah seorang Dokter yang memeriksanya.
"Saya udah baikan Dokter, saya udah bisa pulang kan Dok?" ujar Stella, dia benar benar sudah merasa bosan di rumah sakit.
Maxim yang mendengar ucapan Stella pun kembali bereaksi.
"Enggak boleh! kamu harus mendapatkan perawatan sampai kondisi kamu benar benar pulih."
Ucapan Maxim pun dibenarkan oleh Dokter juga beberapa suster yang memeriksa Stella, namun tidak bagi Stella, karena dia merasa kondisinya sudah membaik.
"Aku mau pulang pokoknya," balas Stella.
"Saya bilang gak boleh yah gak boleh," kembali jawaban telak dari Maxim.
Ihh, siapa dia sih ngatur ngatur segala... Egh,dia Bos aku sih, tapi kan dia gak berhak atur atur aku~batin Stella.
"Dokter, pokoknya saya mau pulang.. saya udh gak apa apa kok Dokter," rajuk Stella, dia benar benar membenci rumah sakit.
Gadis ini benar benar keras kepala, dia selalu aja melawanku~Maxim benar benar gemas dan kesal bersamaan dengan sikap Stella.
Melihat keadaan semakin tidak baik, Dokter pun melerai mereka.
"Oke, begini... kondisi pasien, Nona Stella, benar sudah membaik.. memang beberapa luka lecet dan gores masih basah, tapi kami akan memberikan obat luar untuk mengatasinya, jadi kalaupun pasien mau pulang, tentu saja boleh."
Stella pun tersenyum penuh kemenangan karena akhirnya dia kembali memenangkan perseteruan dan adu mulut dengan Maxim sang Bos, sementara Maxim akhirnya kembali berusaha menerimanya.
Dasar gadis aneh, gadis keras kepala~cibir Maxim dalam hati.
"Ya, sudah.. nanti saya berikan resepnya juga ya, sekarang kamu boleh pulang," kembali ucap sang Dokter.
Maxim pun memberikan kode kepada Billy untuk mengikuti sang Dokter dan meminta rincian untuk biaya rumah sakit dan membayarnya.
"Hey, gadis aneh! Kamu benar benar keras kepala," cibir Maxim.
Stella berusaha tidak melawan ucapan Maxim, karena kalau dia melawan maka sudah dipastikan mereka berdua akan kembali adu mulut. dan cukup membuang waktunya percuma.
"Cepat bangun!" pinta Maxim.
"Bapak bener bener cerewet sekali sih," ucap Stella bernada protes dan mencibir Maxim.
"Apa? Bapak? kamu memanggilku dengan Bapak lagi?".
Jauh dari sebelah ujung belahan dunia lain, adalah seorang wanita cantik sedang berada di bandara dan mempersiapkan dirinya untuk kembali ke negaranya, demi menemui pujaan hatinya, demi menemui seseorang yang sangat dia rindukan tersebut
"Maxim, wait for me.. i really miss you,"
Sementara Ayah Maxim pun sudah mulai menggerakan orang orangnya untuk mencari keberadaan sahabatnya.

Comentário do Livro (113)

  • avatar
    ZaliyantiAmelia

    cerita ini sangatlah bagus.... butir air mata saya terus mengalir ketika membacanya, apalagi ketika membaca Stella yg sangat sabar dan disiksa tsbt,., smg sy jg bisa menjadi orang yg sabar dan tabah seperti Stella 😭 bahkan sekarang air mata jg blum mengering abis baca akhiran cerita td🌹😭😭

    29/12/2021

      0
  • avatar
    Tasnia RaniaTitis

    menarik

    04/12

      0
  • avatar
    Evie Yanti Saragih

    Terharu pas di akhir crta nya😥😍😍

    08/09/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes