logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 24

"Lalu, untuk apa kau datang ke sini?" tanya Helena memandangi Dave yang tengah memandangi lukisannya.
"Aku tadi hanya jalan-jalan sebentar. Aku tertarik melihat bagaimana keadaan ruangan ini sekarang. Lalu berakhir masuk ke sini." Dave menjawab masih dengan memandangi lukisan Helena.
Dave meneliti lukisan yang diselesaikan oleh Helena dengan nyaris sempurna.
Lukisan wajah Steve yang tengah tersenyum.
Dave bisa langsung tahu disaat ia melihatnya pertama kali. Mungkin semua orang yang mengenal Steve pasti bisa langsung menebaknya, karena lukisan Helena benar-benar tampak nyata.
Dave tiba-tiba membicarakan hal yang tidak terduga.
"Helena. Mungkin pertanyaan ini terdengar sangat lancang. Tapi, aku akan tetap bertanya. Apa kau sadar, jika Steve itu, adalah orang yang setia pada pasangannya?"
Helena menatap Dave langsung di matanya. Ini pertama kalinya Dave memanggil namanya. Tapi Dave tidak balas melihat Helena dan masih melihat lukisan di depan Helena.
Beberapa detik kemudian, barulah Helena menjawab, "Ya. Aku sadar dengan itu."
Helena memutus pandangannya dari Dave dan beralih menatap lukisan Steve, sama seperti yang dilakukan Dave.
"Dan, aku juga berharap dia tidak berubah," lanjut Helena.
Kalimat itu membuat Dave tertarik.
"Kau tidak pernah berharap Steve akan bersamamu?" tanya Dave penasaran dengan maksud Helena.
Helena menjawab dengan tenang, "Aku memang pernah membayangkannya. Tapi aku tidak benar-benar mengharapkan itu terjadi."
Dave sejenak merasa bahwa saat ini Helena tampak berbeda.
"Kenapa?" tanya Dave semakin penasaran. Ia juga merasa Helena kini sulit ditebak.
"Aku akan kecewa jika itu terjadi. Seperti yang kau katakan, Steve yang aku kenal adalah pria yang setia dengan pasangannya. Jika itu terjadi, bukankah artinya Steve yang kukenal telah berubah?" Helena mengakhiri kalimatnya dengan pertanyaan yang tidak butuh jawaban.
Dave mulai paham dengan apa yang dimaksud Helena dari perkataannya.
Helena melanjutkan lagi, "Aku tidak ingin dia berubah."
"Bahkan jika pada akhirnya dia menyukaimu?" tanya Dave dengan sebelah alis yang terangkat.
Helena tersenyum lemah. Ia merasa pertanyaan Dave itu konyol. Karena ia merasa itu adalah hal yang mustahil terjadi.
"Bahkan jika itu terjadi, aku juga akan tetap kecewa." Helena lalu tertawa aneh sebentar.
Yang Helena tahu, Steve tidak pernah terlihat berhubungan dengan perempuan mana pun. Lalu saat Steve menolak pertunangan mereka, Helena baru tahu jika Steve punya kekasih saat itu.
Semua orang tahu jika orang yang menjadi kekasih Steve itu pasti istimewa. Karena Steve berusaha menjaga hubungan dengannya dan tidak berdekatan dengan perempuan lain.
Steve hanya punya satu wanita. Itu yang Helena ketahui. Beberapa waktu terakhir, ia tahu nama wanita itu adalah Violet. Bahkan setelah mereka tidak bertemu karena terhalang jarak, hubungan keduanya tetap terjalin.
Helena kembali bersuara, "Jika itu benar-benar terjadi, Steve yang berubah, bisa saja menyukai orang lain lagi setelah aku."
Helena tersenyum miring. "Sekarang kau mengerti 'kan?" tanyanya pada Dave.
Dave tertegun menatap wajah Helena yang tersenyum seperti itu. Ia mengerti.
Helena takut, jika Steve yang bisa menyukainya, bisa juga menyukai orang lain lagi. Dan Helena akan menjadi Violet yang kedua.
Jika hal itu benar-benar terjadi, ia akan menjadi seperti Violet, perempuan yang pada akhirnya menjadi mantan Steve.
Dave menarik kesimpulan, "Jadi kau tidak akan menerima Steve apa pun yang terjadi?"
Helena menghela napas pelan, sangat pelan karena ia berusaha berbicara dengan tenang.
Ia mengiyakan pertanyaan Dave dengan menjawab, "Karena, aku memang tidak akan pernah punya kesempatan itu. Lagi pula, aku tidak berminat menjadi tempat persinggahan sementara."
Dave meneliti wajah Helena. "Lalu, apa kau juga tidak ingin perasaanmu berubah? Atau, malah sebaliknya?"
Helena tengah meneliti wajah Steve di lukisannya. Ia tidak langsung menjawab.
Tapi Dave menunggu, hingga akhirnya Helena menjawab.
"Aku tidak tahu."
Jika ia menggunakan otaknya, Helena tahu jika ia harus mengubah perasaannya. Agar ia tidak tertekan dengan perasaannya lagi. Ia harus berhenti mencintai Steve.
Tapi hatinya tidak ingin melakukan hal yang sama. Perasaannya sama sekali tidak bisa Helena kendalikan.
Saat Helena dan Dave berbicara, seseorang masuk ke dalam ruangan studio.
*****
Suara pintu yang diketuk membuat Helena dan Dave menoleh ke pintu. Mereka melihat Eric, salah satu pembantu, sedang berdiri dengan punggung tangan menyentuh pintu.
Sepertinya memang Eric yang mengetuk pintu dari melihat keadaannya yang seperti itu. Eric lalu menurunkan tangannya saat ia berhasil mengambil perhatian Helena dan Dave.
"Maaf mengganggu, Tuan muda Dave dan Nona Helen. Saya diminta agar memanggil anda berdua untuk makan malam," ucap Eric dengan sopan.
Helena mengangguk dan berdiri dari duduknya.
"Baik, aku akan ke sana sekarang. Terima kasih, paman," balas Helena juga tak kalah sopannya, meski Eric hanyalah seorang pembantu.
Helena dan Dave lalu berjalan keluar dari studio. Helena mengunci pintu studio begitu mereka telah berada di luar studio. Sedangkan Dave tidak menunggunya dan langsung melanjutkan langkahnya meninggalkan Helena di belakang.
Barulah setelah itu, Helena melanjutkan langkahnya menuju ruang makan, menyusul Dave yang berada di depannya.
"Hei," sahut Helena setelah berhasil menyetarakan langkahnya dengan Dave.
Dave hanya melirik Helena dari sudut matanya saat ia dipanggil.
"Jangan beritahu Steve apa pun yang kau lihat tadi di dalam studio," lanjut Helena.
Dave mendengus pelan, "Kau sudah menganggap studio itu milikmu sendiri, ya?"
Wajah Helena merengut mendengar tuduhan Dave.
"Itu tidak benar. Tapi lukisan itu milikku, jadi aku berhak menentukan siapa yang boleh melihatnya." Helena membela diri.
"Lagi pula studio itu sudah diberikan oleh Nyonya Michelle untukku, meski hanya sementara," lanjut Helena.
Helena mengambil jeda sejenak. "Karena aku tidak tahu, apa aku bisa tetap berada di sini untuk seterusnya atau tidak."
Dave mengalihkan pandangannya dari jalan koridor di hadapannya dan melirik Helena lagi.
"Kau merasa seperti itu?" tanyanya.
Raut wajah Helena tampak seperti tengah memikirkan sesuatu yang rumit. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
Helena juga penasaran mengapa ia bisa berpikiran seperti itu.
Entahlah, ia hanya merasakan sebuah firasat mengenai hal yang seperti itu.
"Aku sudah menurutimu untuk merahasiakan apa yang kita bicarakan di kamarmu dari Steve. Jadi sekarang gantian kau yang harus merahasiakan apa yang kau lihat di dalam studio tadi," sahut Helena lagi.
"Kalau memang tidak mau orang lain melihatnya, kenapa tidak dikunci saja pintunya?" tanya Dave dengan nada mengejek.
Helena menghela napas. "Sepertinya tadi aku lupa. Tapi biasanya aku memang mengunci pintunya."
Helena memandang Dave dengan tatapan peringatan. Ini pertama kalinya Dave melihat Helena melakukan itu padanya.
"Jadi, awas saja jika kau tidak melakukan apa yang aku katakan," lanjut Helena seolah sedang mengancam Dave.
Dave memutar bola matanya.
"Terserah," balas Dave.
*****

Comentário do Livro (29)

  • avatar
    Tallu tondokFadly

    cerita ya menarik dan tidak membosankan

    1d

      0
  • avatar
    NuraeniAnisa

    lopyuuu deh buat novellah seruu bangetttt Makasih novellah aku jadi GK kesepian lagi makasih banyakk

    5d

      0
  • avatar
    Mera12

    suka dehh🤗

    20/01/2023

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes