logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 30

"Papa benar-benar akan melihat kamu berjuang bagaimana mengurus anak, baru Papa izinkan mengurus anak sendiri."
Ayden diam, ia kalah. Ia kalah sebelum berperang. Bahkan masih dengan darah di seluruh wajahnya, tapi orang tuanya seperti tak peduli, bahkan kalau boleh mereka ingin Ayden mati sekarang.
"Papa akan tunjukan satu hal sama kamu. Sebelum Papa akan menerima kamu menjadi anak."
Ayden hanya menunduk, melihat banyak darah yang terus mengalir membasahi lantai dan juga seluruh pakaiannya. Entah dari mana sumber darah berasal.
"Sini Mama bersihkan." Ayden tak punya kuasa untuk melawan, dan menurut saja saat ia ditarik ke sofa dan ibunya menyeka darah-darah di wajahnya. Bisa dibilang wajah Ayden tak berbentuk sekarang. Wajah tampan yang sering ia banggakan jadi tak bersisa.
"Maksud Papa untuk kebaikan kamu, kamu masih terlalu muda untuk punya anak. Kamu akan tetap bertanggung jawab Mama pastikan itu, sedari kecil Mama selalu mengajarkan untuk jadi orang yang bertanggung jawab, tapi kamu punya tugas, kamu punya misi yang harus diselesaikan sebelum kamu mengurus anakmu sendiri atau bahkan, menikah."
Ayden meringis. Menikah? Usianya belum legal, itu mustahil. Walau dengan pemikirannya yang cetek, mengurus anak, Ayden sendiri tak yakin bisa mengurus anak. Bahkan dirinya sendiri ia belum bisa mengurusnya, bagaimana mengurusnya.
"Saat umur kamu sudah legal dan misi selesai, kamu bisa menikah dan menjadi laki-laki yang bertanggung jawab."
Ayden melihat ayahnya keluar dari kamar dengan wajah murka.
"Ikut Papa. Dan kamu akan melihat jejaknya dunia seperti apa."
"Papa obatin dulu!" teriak Sinta. Suaminya tak menghiraukan dan membanting pintu dengan keras.
"Papa akan tunjukin bagaimana mengurus anak yang sebenarnya."
💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸💸
Ayden merasa sedikit lega, saat ayahnya membawa ia ke dokter dulu dan memeriksa tulang-tulangnya jika ada yang patah, dan memberi perban agar luka-luka di wajah Ayden kering dan juga darahnya berhenti.
"Kamu sudah merasa jagoan menghamili anak orang?" Ayden kicep. Sekarang ia takkan berani membantah apapun perkataan ayahnya.
Ayden hanya menunduk, otaknya seperti buntu tak tak bisa berpikir. Apa yang akan ayahnya lakukan, atau bagaimana dengan kehamilan Delisha. Semua hal ini membawa Ayden dalam jurang kesialan yang seolah tak ada habisnya dan terus menggerogoti dirinya hingga masa tua.
"Ingat! Kamu tidak bisa membantah apapun perkataan orang tua kamu, jika masih mau dianggap anak. Dan juga selesaikan misi ini, berapa lama waktu harus diselesaikan. Baru ayah izinkan untuk mengurus anak sendiri. Jika kamu sudah berani menghamili anak orang, maka harusnya bisa bersikap dewasa. Tak ada anak manja pada Mama, lakukan semuanya sendiri jika sanggup melakukan."
Ayden hanya diam. Semua perkataan ayahnya seolah berlalu. Melewati telinga kanan lewat telinga kiri, dan tidak tersaring di otaknya.
Tiba-tiba mereka tiba di sebuah rumah yang begitu besar, seperti istana. Ayden takut. Jangan-jangan orang tuanya ingin menjual dirinya? Tidak! Orang tuanya sudah cukup kaya. Tapi apa sekarang?
"Ini apa Papa?" Akhirnya Ayden berani bertanya. Hidupnya memang tak pernah susah, tapi jika melihat orang yang lebih kaya darinya membuat Ayden masih terlihat norak dan terkagum-kagum.
Gerbang mahal itu terbuka, dan mereka masuk ke dalamnya. Di sana sudah disuguhi rumput-rumput hijau yang tinggi dan banyak bunga yang begitu terawat.
Ayden dan ayahnya keluar dari mobil dengan tersaji rumah mewah dengan banyak pilar-pilar besar, Ayden bisa menduga jika kamar di dalamnya begitu luas.
Mereka disambut, oleh ART di sana. Ada seorang wanita cantik yang terawat yang menyambut mereka, dan terlihat mengendong seorang anak yang masih bayi, terlihat baru beberapa bulan lahir.
"Kami jadi mengadopsinya. Setelah diskusi sama istri."
"Terima kasih Pak Harun. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya jika istri sahnya tahu jika suaminya punya anak dari wanita simpanan." Wanita cantik yang masih muda itu tersedu-sedu. Dengan menyeka air matanya dengan tisu malah mascara yang ia pakai luntur, membuat matanya terlihat hitam walau masih tetap cantik.
Ayden sudah bosan melihat orang cantik, tapi baginya wanita dewasa ini cantik walau ia bisa menjamin saat tumbuh dewasa Delisha juga akan begitu cantik. Membicarakan Delisha, rasanya Ayden langsung merasa mual, bagaimana gadis bodoh itu hamil dan ia juga terseret, dan tak tahu lagi bagaimana menyelesaikan semua ini. Selamanya Ayden akan tersesat dalam jurang yang kelam.
"Namanya Arjuna Pak. Biarlah kenang-kenangan dari saya, ibu kandungnya beri nama. Setelah ini, saya akan pergi ke luar negri, mencari ketenangan. Terima kasih bapak dan istri yang mau mengadopsi anak saya. Saya tidak akan melupakan kalian, saya tidak akan melupakan anak saya. Jika diberi umur panjang, saya akan diizinkan bertemu lagi dengannya, walau mungkin dia sudah dewasa dan saya sudah tua." curhat Nania tak bisa menahan kesedihannya harus merelakan putra kandungnya diasuh orang lain.
Ia terlibat skandal dengan rekan kerja Harun. Menjadi simpanan, dan saat ia hamil, istri sah seperti mencium gelagat suaminya mempunyai wanita simpanan.
"Arjuna akan punya teman. Kami akan merawatnya seperti anak sendiri, jika Ibu mau bertemu, kami persilahkan dengan tangan terbuka. Kapanpun Ibu mau melihat anaknya."
Tangisan wanita cantik itu makin pecah. Ayden bisa merasakan kesedihan wanita itu. Bagaimana terdengar begitu menusuk. Dan adopsi? Oh, bahkan baru sekarang otak Ayden konek jika orang tuanya akan mengadopsi anak yang merupakan anak yang tak diakui. Apa anaknya juga akan seperti itu? Ayden merasa seperti lelaki brengsek tak guna. Ayden akan mengusahakan segalanya agar ia jadi lelaki yang bertanggung jawab.
"Untuk surat-surat dokumen, akan dibuat oleh kami. Jadi Arjuna akan sah jadi anak kami." Tangis wanita itu makin hebat dengan memeluk anaknya yang berusia 4 bulan, dan anak dalam gendongan tak terpengaruh sama sekali. Mungkin saat membuka matanya hingga dewasa, ia takkan pernah tahu siapa orang tua kandungnya.
Sekarang bayi Arjuna langsung berpindah tangan. Bahkan, ayahnya menyuruh Ayden yang mengendong. Ayden tak pernah mengendong anak kecil sebelumnya.
"Jadilah Abang yang hebat buat Arjuna. Jaga dia baik-baik, Tante akan datang lagi saat semua di sini sudah lupa. Walau mungkin Arjuna sudah dewasa. Titip Arjuna." Ayden pandangi bayi merah itu. Mengemaskan, entah kenapa dadanya bergemuruh dan berguncang bahagia.
Saat berada dalam gendongnya, ia berjanji akan menjaga Arjuna sebaik mungkin.
Mereka pamit, wanita itu berlari dan mencium bayi itu untuk terakhir kalinya. Sejujurnya, ia tak mau membuang anaknya, tapi hidup yang keras membuat ia terpaksa melakukan semua ini, walau ia berjanji akan menebusnya suatu hari nanti.

Comentário do Livro (373)

  • avatar
    argariniratih pangestika

    novel nya bagus. banyak sekali pelajaran yg kita ambil dari kisah novel ini. miriss memang dengan anak muda jaman sekarang, semoga anak anak kita dan para remaja lainnya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. sangat disayangkan masa depan mereka harus hancur karna salah pergaulan.

    29/12/2021

      0
  • avatar
    SunifaMiftakhul

    ah aku seneng banget cerita ini😍

    05/08

      0
  • avatar
    YunusAshar

    Keren Kak, lanjutkan

    04/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes