logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 4 Ancol

Pagi hari Abimanyu telah sampai di hotel untuk memenuhi janjinya. Ketika menunggu Maya dan Raja, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia melihat layar ponsel. Sebuah kontak bernama “Love” muncul di sana. Segera ia menerima panggilan itu.
“Pagi sayang,” sapanya tersenyum.
“Lagi di mana?” tanya Lina to the point.
Lina adalah kekasih Abimanyu. Gadis yang telah dipacarinya selama hampir tiga tahun.
“Aku? Lagi di hotel nunggu tamu dari India,” jawabnya jujur.
“Hari minggu kamu masih kerja?” Terdengar ragu pada suara gadis itu.
Abimanyu mengangguk. “Yaah, namanya juga sekalian jadi guide. Hari ini mau ajak tamu jalan-jalan dulu, karena besok sudah mulai kerja.”
Abimanyu melihat ke arah lift, Maya dan Raja telah datang.
“Sayang, nanti aku telepon lagi ya. Tamu sudah turun, aku harus pergi,” katanya mengakhiri panggilan.
Lina hanya menekukkan wajah ketika ponselnya dimatikan. Dia ingin sekali berada dekat dengan kekasihnya, tapi itu tidak mungkin. Saat ini ia harus berada di Australia untuk melanjutkan kuliah S2.
“Hai Jagoan, bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?” tanya Abimanyu begitu melihat Raja sudah berada di dekatnya.
Raja lalu mengangguk semangat. “Ya. Karena aku harus menyiapkan tenaga ekstra untuk jalan-jalan hari ini.”
Maya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kepolosan putranya. Dia merasa bersalah kepada Raja karena selama ini sangat jarang mengajaknya jalan-jalan, mengunjungi tempat hiburan keluarga di Mumbai. Wanita itu merasa ditertawakan ketika jalan-jalan berdua dengan putranya, tanpa ditemani suami.
Pernah suatu saat, ia membawa Raja bermain di Game Zone sebuah Mall. Saat itu Maya bertemu dengan temannya, Pooja.
“Maya, kalian berdua saja? Ke mana suamimu?” tanya Pooja dengan nada meledek.
Pooja tahu apa yang terjadi kepada Maya dan suaminya dari gosip yang menyebar dari mulut teman-temannya. Gosip itu tentunya sudah dibumbui dengan cabai agar tambah pedas.
“Bagaimana dengan Anda, Nyonya? Anda merasa nyaman ‘kan di hotel ini?”
Pertanyaan Abimanyu membuyarkan lamunan Maya.
“Tentu, hotel ini lebih dari cukup, Tuan,” jawab Maya tersenyum.
Mereka berjalan menuju pintu keluar hotel.
“Tunggu,” seru Abimanyu.
Maya dan Raja menghentikan langkah mereka dan mengerutkan kening menoleh ke arah Abimanyu.
“Ada apa Tuan Abimanyu?” tanya Maya heran.
“Sebaiknya Anda jangan panggil saya Tuan. Panggil nama saja, Abimanyu. Saya belum tua, Nyonya.”
Pintanya dengan memasang tampang memelas.
Maya lalu tertawa. “Kalau begitu Anda jangan panggil saya Nyonya.”
Abimanyu awalnya keberatan, karena tahu persis usia Maya jauh di atasnya dan merasa tidak sopan jika menyebut nama saja.
“Baiklah,” ucapnya berat.
Abimanyu duduk di kursi kemudi. Seperti biasa Raja selalu menemaninya di kursi depan dan Maya duduk di kursi belakang.
Untuk mengisi percakapan selama di perjalanan, Abimanyu menanyakan berbagai hal tentang pekerjaan Maya selama di India. Mereka juga membahas beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan selama tiga bulan ke depan.
“Satu minggu ini kita akan menjelajahi tempat wisata yang ada di Jakarta. Setelah itu kita ke Bali,” ujar Abimanyu.
“Pulau Bali?” tanya Maya.
“Yaa, pulau Bali. Kamu tahu pulau Bali, Maya?”
Maya mengangguk. “Sedikit. Teman-temanku dulu pernah liburan ke sana. Mereka bilang pulau Bali indah. Aku berharap suatu saat bisa mengunjunginya.”
“Harapanmu sekarang menjadi kenyataan.”
Abimanyu tersenyum ke arah Maya melalui kaca spion tengah.
Dia bisa melihat Maya juga tersenyum.
Oh tidak, senyumannya begitu memesona, indah sekali. Itu membuat Abimanyu kehilangan konsentrasi sesaat.
Ah..., apa yang sedang kamu pikirkan Abimanyu? Dia sudah menikah dan sudah memiliki anak. Dan kamu juga sudah punya Lina, sanggah pikirannya sendiri.
Kamu hanya mengaguminya saja. Ya memang tidak bisa dipungkiri, sebagai wanita yang sudah menikah dan memiliki anak, dia memang begitu memesona. Sangat memesona. Kali ini pikirannya yang lain berbicara.
Abimanyu memejamkan mata sejenak dan menggelengkan kepala agar bisa mengembalikan konsentrasinya.
“Kamu kenapa?” tanya Maya yang menyadari ada yang aneh dengan Abimanyu.
“Lelah? Jika lelah sebaiknya kita kembali ke hotel saja,” ucapnya khawatir.
“Oh tidak, aku baik-baik saja. Tadi ada debu yang masuk ke mataku,” kilahnya asal.
Debu? Mana ada debu masuk ke dalam mobil yang semua jendelanya tertutup? pikir Maya.
Mobil mulai memasuki area Taman Impian Jaya Ancol, tempat terdapat beberapa destinasi hiburan seperti Seaworld, Dufan, Gelanggang Samudera dan lainnya. Abimanyu langsung memarkir mobil di area terdekat dengan pintu masuk Seaworld.
Mereka segera berjalan mendekati pintu masuk Seaworld. Abimanyu membeli tiket masuk. Dia tidak perlu khawatir dengan harga tiket masuk, karena kantor telah memberikan kartu kredit kepadanya untuk digunakan selama Maya berada di Indonesia.
Raja terlihat antusias melihat berbagai jenis ikan yang berada di dalam aquarium raksasa. Maya juga terlihat menikmati liburan kali ini. Dia senang bisa melihat putranya bahagia. Mungkin inilah jalan baginya untuk melupakan segala masalah yang ada di India.
Maya baru ingat, belum memberi kabar kepada Janki sejak sampai di Jakarta. Segera ia mengeluarkan ponsel dari tas, lalu menyalakannya dan memencet tombol panggilan cepat nomor dua. Untungnya ia tidak lupa mengaktifkan international roaming, sehingga bisa dengan mudah menghubungi Janki dan Mr. Khan di saat yang diperlukan.
“Kakak. Kenapa baru menelepon sekarang?” Suara Janki terdengar khawatir di telepon.
“Aku dari kemarin menghubungi Kakak, tapi ponsel kakak mati,” sambungnya dengan nada khawatir.
“Maaf. Sejak pesawat landing kemarin, aku lupa mengaktifkan ponselku.”
Maya merasa bersalah karena tidak langsung memberi kabar kepada Janki segera setelah tiba di Jakarta.
“Aku tiba di Jakarta dengan selamat,” tambahnya.
“Kakak sekarang ada di mana? Berisik sekali,” ujar Janki penasaran.
“Oh, aku sedang jalan-jalan dengan Raja. Karena hari minggu libur, jadi tempat ini sedang banyak pengunjung,” Maya menjelaskan.
“Cuma berdua dengan Raja?” Janki masih penasaran.
“Tidak, ada satu orang lagi bersama kami. Mana mungkin aku bisa jalan-jalan berdua dengan Raja, jika tidak ada yang menemani. Ini bukan Mumbai, Nona cerewet,” balas Maya gemas.
Janki selalu ingin tahu jika sang Kakak berada jauh darinya. Sebenarnya Maya tahu itu semua dilakukan, karena Janki begitu sayang terhadapnya. Gadis itu tidak ingin hal-hal buruk terjadi pada dirinya.
“Pria atau Wanita?” tanya Janki antusias, “hmmm, biar aku tebak. Pasti pria, ‘kan?”
Maya terlihat menahan tawa, adiknya ini benar-benar! Meski asal tapi dia selalu tepat.
“Jika pria lalu kenapa?” cetus Maya memutar bola mata.
“Tidak apa-apa. Siapa tahu nanti bisa menjadi dekat dengan Kakak,” goda Janki, “ayolah, Kak. Cobalah buka hati Kakak untuk menerima pria lain.”
Belum sempat Maya menjawab, Abimanyu dan Raja berjalan ke arahnya. Dia memang membiarkan Abimanyu dan Raja melihat-lihat berbagai macam aquarium raksasa di sana. Wanita itu lebih memilih untuk duduk di tengah ruangan besar itu, karena tidak baik juga mereka berjalan beriringan bertiga.
“Nanti aku telepon lagi ya,” katanya mencoba mengakhiri telepon.
“Ah kakak, selalu begini—”
Tuut-tuut
Belum selesai Janki berbicara ponselnya sudah dimatikan.
“Ibu.” Raja berlari ke arah Maya.
“Kenapa Ibu tidak ikut dengan kami tadi?” Dia bertanya.
“Ibu tadi menelepon Tante Janki, dari kemarin kita belum memberikan kabar.” Maya mencari alasan.
“Tante Janki pasti merindukanku,” ucap Raja polos.
Maya tersenyum lalu mengangguk.
“Tentu, Sayang. Dia pasti kesepian sekarang.”
“Adikmu?” sela Abimanyu.
“Yaa,” jawab Maya singkat.
Sejenak mereka terdiam saat menuju pintu keluar arena Seaworld.
“Kamu suka berenang?” Abimanyu menundukkan tubuh agar bisa sejajar dengan Raja.
“Aku belum pernah berenang, tapi suka bermain air,” sahut Raja jujur.
“Mau main air?” ajak Abimanyu.
Raja melihat Maya, lagi-lagi tanda meminta persetujuan ibunya. Dia melihat wanita yang melahirkannya dengan tatapan memelas.
“Aku tidak membawa pakaian ganti untuk Raja.” Maya berusaha mencari alasan.
“Tidak usah khawatir, di sana ada yang menjual pakaian.”
Abimanyu memberi kode kepada Raja.
Anak itu terlihat sangat senang. Lagi-lagi Maya tidak ingin mengecewakan putranya. Dia hanya bisa menikmati kegembiraan yang tengah dirasakan putranya.
Mobil segera melaju ke arena Atlantis Water Adventure. Setelah memarkir mobil, mereka memasuki area kolam khusus anak-anak. Abimanyu melihat ke sekeliling untuk mencari tempat yang nyaman. Langkah mereka berhenti setelah menemukan tempat yang pas untuk berenang.
Raja menarik tangan Maya, tapi wanita itu menolak untuk ikut berenang.
“Ibu di sini saja ya? Kamu saja yang berenang dengan paman Abimanyu,” tolak Maya halus.
Dia malas untuk berbasah-basahan. Entah kenapa dia tidak terlalu menyukai permainan air.
“Kalau begitu Raja dengan paman saja berenang. Ayo kita ke ruang ganti,” sela Abimanyu, “sebelum itu kita kesana dulu untuk membeli pakaian ganti.”
Maya memilih duduk di kursi yang berada tidak jauh dari kolam renang. Tak lama dia melihat Raja dan Abimanyu datang, rupanya mereka telah berganti pakaian. Keduanya memakai pakaian yang serupa dengan ukuran berbeda. Baju kaus tanpa lengan berwarna krem dipadu dengan celana pendek selutut berwarna hitam. Baju itu memperlihatkan bahu bidang dan otot lengan Abimanyu, meski ototnya tidak sebesar otot artis-artis India yang mempunyai sixpack bahkan eight pack di perutnya.
“Tolong jaga dia baik-baik ya,” pinta Maya.
“Tidak usah khawatir, aku akan menjaganya seperti menjaga anakku,” ucap Abimanyu sambil tertawa.
Setelah itu Abimanyu dan Raja beranjak menuju kolam renang khusus untuk anak-anak. Mereka asik bercengkrama saling memercikkan air satu sama lain. Bocah berusia lima tahun itu, terlihat sangat bahagia.
Maya hanya bisa memandang putranya yang tengah asik bermain air dari jauh. Sesekali ia melihat Abimanyu mengajarkan Raja berenang.
Ddrrrttt ddrrtttt
Terasa sesuatu bergetar di dalam tas Maya. Wanita yang sedang mengamati putranya itu, terkesiap dengan getaran yang terasa. Ia kemudian memeriksa tasnya dan ternyata ponsel Abimanyu yang bergetar.
Sebelum berenang, pria itu menitipkan ponsel kepadanya. Maya mengeluarkan ponsel dan melihat layarnya. Saat itu muncul foto seorang wanita cantik yang memiliki mata lebar, hidung mancung dan kulit putih. Di layar tertera tulisan “Love”.
Maya membiarkan ponsel itu berdering sampai berhenti dengan sendirinya. Selang beberapa menit kemudian, ponsel itu berbunyi kembali dengan penelepon yang sama. Dia berniat untuk mengangkat panggilan itu, namun kemudian diurungkan. Maya tidak ingin terjadi kesalahpahaman antara Abimanyu dengan kekasihnya. Dia yakin wanita yang baru saja menelepon adalah kekasih Abimanyu.
Ponsel pun berhenti berbunyi, Maya kembali memasukkan ponsel ke dalam tas. Wanita itu kembali melihat kebersamaan Raja dengan pria yang baru kemarin dikenalnya. Entah kenapa, ia bisa memercayakan putranya kepada pria itu.
Ah, andai yang berada dengan Raja adalah Deepak, tentu ia akan sangat senang sekali. Tapi buat apa Maya memikirkan laki-laki yang bahkan tidak peduli lagi kepadanya?
Lamunan buyar saat menyadari Abimanyu telah berdiri di depannya. Pria itu menyerahkan sebuah minuman kaleng kepada Maya.
“Terimakasih,” ucap Maya, “Raja mana?”
“Dia ada di sana.” Abimanyu melemparkan telunjuk ke arah Raja.
“Dia sedang asyik bermain air. Sepertinya kamu belum pernah membawanya ke area bermain seperti ini,” pancingnya.
Maya mengangkat bahu. “Entah kapan terakhir kali aku membawanya pergi ke tempat hiburan keluarga. Mungkin saat ia berusia dua tahun.”
Maya menatap nanar ke arah Raja.
“Kenapa? Apa kamu sangat sibuk sehingga tidak sempat membawa putramu berlibur?” Dia menjadi penasaran.
“Oh ya, tadi ponselmu berbunyi.”
Maya mengalihkan pembicaraan sambil mengeluarkan ponsel dari tas, lalu memberikannya kepada Abimanyu.
“Teleponlah dia sekarang, jika tidak kamu akan diomeli,” candanya.
Abimanyu mengeringkan tangan dengan handuk kecil yang tadi dibeli. Kemudian segera memeriksa panggilan masuk dan ternyata benar, Lina yang menelepon. Dia berjalan menjauhi Maya dan menelepon Lina.
“Ke mana saja kamu?” tanya Lina ketus.
“Tadi handphone-ku ketinggalan di mobil.” Abimanyu berbohong.
Entah kenapa kali ini ia berbohong dan tidak mengatakan yang sebenarnya. Abimanyu bisa saja jujur, tapi jika Lina tahu dirinya saat ini bersama seorang wanita dan tengah bermain dengan anaknya di arena bermain, bisa-bisa kekasihnya akan marah besar. Dia hafal betul bagaimana Lina. Wanita itu sedikit possessive.
Bersambung....

Comentário do Livro (149)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    a******2@gmail.com

    ok good

    24/05

      0
  • avatar
    PratiwiWidya

    ceritanya bagus

    11/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes