logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 Welcome to Jakarta

“We will arrive at Soekarno-Hatta International airport in a view minutes. Please use your seat belt and don’t turn on your phone before landing. Thank you.”
Terdengar suara pramugari menginformasikan bahwa pesawat sebentar lagi akan mendarat di bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.
Setelah berhenti sempurna, para penumpang Air India keluar dari pesawat satu per satu. Maya dan Raja segera berjalan ke tempat pengambilan bagasi dan menunggu barang yang dibawanya. Setelah mendapatkannya, mereka melangkahkan kaki menuju pintu ke luar terminal.
Sesaat berada di depan pintu kedatangan, Maya mencari kertas bertuliskan namanya, di antara puluhan orang yang juga menjemput kenalan dan saudara yang datang dari luar negeri. Pandangannya berhenti pada sebuah kertas dengan tulisan: “Welcome Mrs. Maya Talwar”. Dia segera mendekati orang yang memegang kertas itu.
“Sorry,” katanya sambil mencolek bahu pria yang lebih tinggi darinya.
Pria itu menoleh kepadanya sekilas, lalu meninggalkan kerumunan.
“Are you Mr. Abimanyu from Star Indonesia Magazine?” tanya Maya setelah menyingkir dari kerumunan.
Pria itu mengangguk dan memerhatikan wanita India yang berdiri di depannya dengan saksama.
“Yes, I am Abimanyu. And you must be Mrs. Maya Talwar and he is Raja?” tebak pria yang bernama Abimanyu.
Maya tersenyum dan mengulurkan tangannya. “I am Maya Talwar from Star India Magazine. And he is my son.” Ia memperkenalkan diri.
Abimanyu mengamati Maya sejenak.
Wanita ini tidak terlihat seperti sudah menikah jika dilihat dari wajahnya, kecuali tubuhnya yang sedikit melar, ucap Abimanyu dalam hati.
Maya memerhatikan Abimanyu yang tengah menatapnya. Menunggu guide sekaligus rekan kerjanya ini, mengajak dirinya dan Raja pergi meninggalkan bandara.
Menyadari Maya yang melihatnya dari tadi, Abimanyu segera membawa troli berisi barang-barang tamunya ke arah parkiran.
Ketika berada di parkiran, pria itu membukakan pintu belakang dan mempersilakan Maya juga Raja untuk masuk ke mobil.
“Well, Mrs. Maya. Selamat datang di Jakarta.”
Sambutnya terlambat setelah sampai di dalam mobil.
“Terimakasih Mr. Abimanyu. Tiga bulan ke depan saya akan merepotkan Anda, semoga Anda tidak bosan,” ucapnya tersenyum memperlihatkan deretan gigi yang rapi.
Senyumnya begitu mempesona, siapa saja yang melihat akan setuju.
“Apa kamu mau duduk dengan paman di depan, Raja?” tanya Abimanyu kepada Raja sambil menepuk bantalan kursi.
“Paman sendirian di depan, mau temani?” pintanya.
Raja melihat ke arah Maya, tanda meminta izin ibunya. Maya mengangguk. Raja segera pindah ke kursi depan menemani Abimanyu yang duduk di kursi kemudi.
“Bagaimana perjalananmu kesini, Raja?” Abimanyu membuka pembicaraan setelah hening beberapa menit.
Dia ingin membangun keakraban dengan rekan kerja dan juga bocah itu.
“Hmmm...,”-Raja berfikir sejenak-“menyenangkan, Paman. Tadi aku sedikit takut sewaktu pesawat masuk awan dan bergoncang.”
Ceritanya mengenang perjalanan jauh yang pertama kali dilakukannya.
“Sekarang tidak takut lagi, ‘kan? Nanti paman akan mengajakmu jalan-jalan keliling Jakarta. Di sini banyak tempat bermain untuk anak-anak seusiamu.”
“Benarkah, Paman? Di India, aku jarang pergi ke taman bermain, Ibu selalu sibuk bekerja dan Tante juga sibuk dengan kuliahnya,” ungkapnya polos.
Abimanyu mengerutkan kening, lalu melemparkan pandangan ke arah Maya yang tertidur melalui kaca spion tengah.
“Ayahmu tidak mengajakmu jalan-jalan?” selidik Abimanyu.
Raja menggeleng. “Ayah berada di kota berbeda denganku. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Ibu bilang Ayah sedang mencari uang, jadi belum bisa datang menemui kami. Padahal Ayah punya banyak uang. Dia tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang.”
Raut wajah Raja terlihat sedih.
Abimanyu mengelus kepalanya menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan masih memegang kendali lajunya mobil.
“Paman yakin suatu hari nanti pasti kamu bisa bertemu dengan ayahmu lagi,” hiburnya.
Seketika bayangan bertahun-tahun yang lalu hinggap di pikiran Abimanyu, tepatnya saat ia berusia sepuluh tahun. Dia juga pernah mengalami hal yang sama dengan Raja, bertahun-tahun tidak bertemu dengan sang Ayah sampai akhirnya nekatke Inggris, negara tempat ayahnya berasal.
Saat berusia delapan belas tahun, ia bertemu kembali dengan ayahnya. Ya, Abimanyu memang mempunyai darah Inggris. Meski tidak terlalu kentara di wajahnya yang cenderung lebih mirip orang melayu. Pria itu memiliki hidung mancung yang tidak terlihat seperti orang Indonesia kebanyakan dan tinggi yang diturunkan dari ayahnya.
“Nah, kita sudah sampai. Ayo Raja, bangunkan ibumu,” kata Abimanyu, ketika mereka sudah sampai di Hotel Bidakara yang terletak di kawasan Gatot Subroto.
Raja pindah ke kursi belakang, lalu membangunkan ibunya.
“Ibu, bangun. Kita sudah sampai.”
Mata Maya perlahan terbuka dan melihat ke sekeliling. Pemandangan sudah berubah sekarang. Hanya ada gedung-gedung bertingkat dengan sedikit pepohonan di pinggir jalan.
“Maafkan saya Mr. Abimanyu, saya lelah sekali hingga tertidur,” ucapnya merasa bersalah.
Sepanjang perjalanan dari Mumbai ke Jakarta, ia tidak bisa tidur karena terlalu banyak yang dipikirkan. Sehari sebelum perjalanan, Maya tidak bisa istirahat karena harus mempersiapkan barang yang akan dibawa dan memastikan kembali tidak ada barang yang tertinggal.
“It’s Okay Mrs. Maya, saya memakluminya,” kata Abimanyu sambil nyengir.
Dia lalu mengeluarkan barang-barang Maya dari bagasi, setelah itu menyerahkan kunci mobil ke petugas Valet hotel.
Tiba di dalam hotel, Abimanyu langsung mendekati meja resepsionis untuk check in dan meminta kunci kamar. Pria itu kemudian menyerahkan kartu untuk membuka pintu kamar hotel kepada Maya.
“Ini Room Card anda, Mrs. Maya. Anda akan diantar oleh room boy ke kamar yang telah dipesankan untuk Anda. Maaf, saya hanya bisa mengantar Anda sampai di sini,” jelas Abimanyu.
“Terimakasih atas semuanya, Mr. Abimanyu. Maaf telah merepotkan anda,” ucap Maya basa basi.
“Ini adalah tugas saya, Nyonya. Santai saja. Saya tidak merasa terbebani oleh Anda. Apalagi saya senang bertemu dengan putra anda yang sangat tampan ini,” sanggahnya tulus, menoleh ke arah Raja dan mengelus lembut kepalanya.
Abimanyu memang menyukai Raja, mungkin karena nasib mereka hampir sama. Sama-sama ditelantarkan oleh ayahnya.
“Oya Nyonya, ini ponsel yang bisa Anda gunakan selama berada di Indonesia.”
Abimanyu menyerahkan sebuah Ponsel Android kepada Maya.
“Di daftar kontak sudah ada nomor saya, jika ada apa-apa Anda bisa segera telepon saya. Oke?!”
“Baiklah, Tuan Abimanyu. Terimakasih atas ponselnya, saya akan menjaga ponsel ini dengan baik.”
Maya tersenyum tipis, lalu berjalan menuju lift.
Kenapa dia berterima kasih kepadaku? Itu kan fasilitas kantor, bukan aku yang beli, pikir Abimanyu sambil menahan tawa.
Bersambung....

Comentário do Livro (149)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    a******2@gmail.com

    ok good

    24/05

      0
  • avatar
    PratiwiWidya

    ceritanya bagus

    11/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes