logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

6. Kedatangan

Pesawat yang membawa Namida ke kota Padang mendarat di bandara Tabing ketika matahari sedang meninggi. Perjalanan yang ditempuh hampir dua jam itu membuat Namida menghirup napas lega. Sudah lama dia tidak bepergian dengan pesawat udara.
Tatkala kakinya menginjak pelataran bandara, dia merasakan panas yang berbeda dengan udara Jakarta yang juga terkenal tidak ramah dengan kulit. Sang surya menyapanya dengan garang. Kulit putih dan mulusnya terasa terbakar. Dengan cepat dia kenakan jaket, kemudian dengan penuh semangat menarik koper berisi pakaian dan perlengkapan yang dia bawa menuju pintu kedatangan.
Ramainya pengunjung cukup menyulitkan Namida. Untunglah ada beberapa petugas yang mau menolongnya sampai ke pintu kedatangan. Matanya sesaat celingukan mencari-cari.
Begitu sampai di besi pembatas, Namida melihat seorang perempuan setengah baya, berparas tegas melambaikan tangan. Nilam Suri, begitu nama ibu kandung dari Namida. Dada Namida serasa meledak menahan haru yang teramat sangat. Sudah begitu lama dia tidak bertemu dengan ibunya itu.
Dengan semangat dan perasaan campur aduk, Namida berlari menuju perempuan yang telah melahirkannya tersebut. Tanpa ragu memeluk dan mencium pipi Nilam Suri penuh kasih sayang.
"Ibu, aku kangen." Namida menumpahkan rasa sesak yang memenuhi dadanya. Tangisnya pun pecah. Namida mengeratkan pelukannya, saking rindunya dia ke ibunya tersebut.
Cukup lama juga mereka saling melepaskan rindu. Banyak hal yang ingin diceritakan Namida ke Nilam Suri. Namun, Ibunya menahannya untuk berbicara.
"Kita lanjutkan di mobil saja, ya? Semakin cepat kita berangkat, semakin cepat pula kita sampai di kampung. Kamu pasti kangen sekali dengan masakan ibu, bukan?"
Namida mengangguk setuju. Wajahnya menggambarkan keriangan yang tulus. Sambil berjalan meninggalkan tempat itu, dia menggandeng tangan ibunya dengan penuh kasih sayang. Mereka melangkah menuju parkiran. Semakin dekat, semakin terlihat jelas sebuah Toyota Kijang berwarna abu-abu menanti.
"Suryana, tolong taruh barang-barang Namida di bagasi, ya?" Nilam Suri mencolek bahu seorang lelaki yang sedang memejamkan matanya di kursi supir. Tangannya berada di belakang kepala. Dia sedikit terkejut dengan colekan tersebut. Sambil menguap lebar pria itu menoleh ke arah perempuan setengah baya tersebut.
"Sudah datang dia, Etek?" Suryana buru-buru mengucek matanya.
"Sudah. Ini dia orangnya."
Namida merasakan dunia seakan berhenti berputar ketika melihat lelaki yang kini juga melongo takjub menatapnya. Betapa sulit melukiskan lelaki di depannya ini. Inikah karakter khas lelaki Minang? Ada manisnya, ada gagahnya dan ada tampannya. Paket komplit. Namida buru-buru menundukkan kepala. Sementara Suryana segera turun dari mobil. Berjalan berputar mendekati Namida dan ibunya.
"Amboi, cantik sekali anak Etek. Tak rugi aku menyupiri jauh-jauh ke kota Padang. Siapa namamu, Dik?"
Akh, pintar bicara dan merayu, batin Namida geli. Dia mengulurkan tangan, "Aku Namida, Bang."
Suryana menerima uluran tangan Namida, "Amboi, nama yang rancak bana. Tapi tak usahlah memanggilku Abang karena aku bukan orang Batak. Apalagi Mas, karena aku bukan orang Jawa. Nami panggil saja aku, Uda. Uda Surya." Suryana tersenyum lebar memperlihatkan susunan giginya yang rapi. Dengan cepat dia angkat travel bag Namida dan menaruhnya di bagasi. Sementara itu Namida merasakan getaran yang luar biasa melihat tawa pemuda itu. Bagaimana dia bisa begitu memesona?
"Etek, kita berangkat sekarang?" Suryana, Namida dan ibunya sudah berada di dalam mobil. Nilam Suri mengangguk pelan. Selepas itu mobil melaju kencang.
"Jangan kencang-kencang, Uda. Nami ingin menikmati suasana alam Minangkabau. Sudah sekian lama Nami tidak menginjakkan kaki di ranah Minang." Udara dari luar bercampur dengan hawa panasnya matahari.
"Aissh, tutuplah jendela itu, Nami. Keling pula wajah kamu terkena matahari." Suryana terkekeh sambil matanya mencuri pandang melalui kaca spion dalam. Namida melirik dan tersenyum malu.
"Akh, jangan kau goda pula anakku, Surya. Masih banyak yang akan dia pelajari di tanah moyangnya ini. Bagaimanapun, Namida sekarang sudah tumbuh menjadi perempuan cantik." Nilam Suri membelai lembut rambut Namida. "Ibu sangat bahagia sekali kamu tumbuh menjadi gadis yang sangat rupawan. Bagaimana kabar bapakmu, Sayang?"
Seketika kabut seakan memenuhi rongga mata Namida. Namun, dia berusaha menahan sesak yang tiba-tiba memenuhi dadanya. "Bapak baik, Bu. Cuma dia sering mengeluhkan sakit pinggang. Maklum, waktu telah merampas semua kekuatannya." Namida buru-buru menolehkan kepala ke luar jendela. Menyaksikan bagaimana pohon-pohon seolah-olah berlarian bersama mobil yang dia tumpangi.
Nilam Suri menghela napas berat. "Setidaknya dia bahagia, Nami."
Namida menggenggam jemarinya erat. Seakan-akan ingin meremukkan jari jemarinya sendiri.
"Yah, dia bahagia. Sangat bahagia, Bu. Sampai sekarang Bapak masih setia menunggu kedatangan Ibu."
"Cukup, Nami. Kita tidak usah bahas bapakmu lagi. Hanya akan berakhir pada debat yang tidak ada ujung." Nilam Suri menjauhkan badannya. Bergeser ke dekat jendela samping kanan.
"Ibu tega membiarkan Bapak hidup kesepian seperti itu. Sampai sekarang Nami tidak habis pikir, bagaimana bisa Bapak dan Ibu mau berjauhan sedangkan status Bapak dan Ibu masih suami isteri." Air mata sudah merebak.
"Kamu tidak perlu tahu. Dan sudahlah. Kalau kamu merasa kasihan dengan Bapakmu kenapa repot-repot datang ke mari?" Walau ucapan yang keluar dari mulutnya begitu ketus, tak urung, mata Nilam Suri berkaca-kaca. Namida terdiam mendengar ucapan ibunya. Dia memilih memejamkan mata. Berusaha meredakan gejolak emosi yang hampir memenuhi ruang hatinya.
Sementara itu Suryana merasa tidak nyaman. Tidak menyangka akan mendengar obrolan yang tidak sepantasnya dia dengar. Namun, dia tahu konflik rumah tangga yang dihadapi keluarga Namida adalah masalah yang sudah berlarut-larut.
Dari kaca spion kembali dia melihat wajah cantik Namida yang terasa lelah. Sekilas senyum aneh membayang di wajahnya.
Bersambung.

Comentário do Livro (105)

  • avatar
    hashimah 706

    best sangat

    14d

      0
  • avatar
    RupiahPejuang

    cerita nya bgs

    11/08

      0
  • avatar
    kusumarepal

    baguss banget novel nya

    10/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes