logo text
Adicionar ร  Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 6 (Anak atau babu)

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
Betapa kagetnya aku ternyata Dino pup di celana sampai tercecer cecer sampai di seprainya. Astaga, udah besar tapi kok masih pup kayak anak kecil ya. Nampak Dino hanya nyengir saja saat melihatku.
"Yo wis, ayo ados sisan" (Ya sudah, ayo mandi sekalian) ujarku. Dino pun hanya mengangguk. Dengan perlahan aku seset seprainya untuk mengelap yang ada di lantai. Setelah bersih, baru aku pel juga ganti seprai biar wangi. Tidak bau pup lagi.
Setelah selesai mengepelnya juga menganti seprai gegas aku memandikan Dino. Yang sedang bermain di kamar mandi. Akhirnya semuanya siap juga Dino sudah wangi juga di kamarnya tidak bau pup.
Aku gegas meninggalkan Dino sendirian. Karna aku harus mencuci seprai tadi. Sekitar 20 menitan akhirnya selesai juga mencucinya. Karna memang sangat bau sekali. Jadi dengan berkali kali aku tuang kan sabun juga pewangi. Biar baunya harum.
"Akhirnya selesai juga" ucapku lirih.
"Mak Dit, lesu" (Mak Dit, laper) ujar Dino yang menghampiriku.
"Yo wis ayo, melu Mak Dit rono ya. Maem nang kono wae" (Ya sudah ayo, ikut Mak Dit kesana ya. Maem di sana saja) jawabku, nampak Dino hanya mengangguk saja.
Lalu kami berdua pun berjalan ke rumah sebelah. Aku harap Maul belum bangun dari tidurnya. Setelah sampai di rumah. Aku lupa jika makanan tidak ada. Hanya tinggal mie rebus satu saja untuk buat makan besok. Tapi ya sudah lah aku masakkan saja buat Dino. Untung anakku masih tertidur dengan nyenyaknya.
"Kosek ya henteni Dino" (Bentar ya di tunggu Dino) ujarku.
"Siyap Mak Dit" jawabnya dengan mengacungkan jempolnya. Lalu aku pun segera merebus mie ini. Tak berselang lama akhirnya sudah siyap juga.
"Iki Din, di hentekke men warek" (Ini Din, di habiskan biar kenyang) ujarku dengan mengacak ngacak rambutnya.
"Yo Mak" (Iya Mak) jawabnya yang makan dengan lahapnya.
Kasian melihat Dino, nggak ke urus. Apa lagi Mbak Dina malah keluar entah kemana sama Ibu. kenapa nggak di ajak sekalian gitu Dinonya.
Tiba tiba terdengar suara orang tertawa. Dan suara itu seperti suaranya Mbak Dina juga Ibu. Terlihat mereka menenteng banyak sekali tote bag. Entah yang isinya apa aku nggak tau.
"Mak" panggil Dito dengan memeluknya.
"Ojo nyelok Mak, tapi ibu ngerti" (Jangan panggil Mak, tapi Ibu faham) ujar Mbak Dina kepada anaknya itu. Nampak Dino pun mengangguk.
"Ibu, aku maem mie loh" (Ibu, aku makan mie loh) celoteh Dito pada ibunya. Nampak Mbak Dina malah seakan mau marah kepadaku.
"Heh, Dit. Nek ngekei maem anake aku. Ojo kae mie ngerti ra. Kei makan ayam kek" (Heh, Dit. Kalau ngasih makan anakku. Jangan di kasih mie tau nggak. Kasih makan ayam kek) ujar Mbak Dina.
"Mbak, mau ki .... " (Mbak, tadi itu .... ) ucapanku yang belum selesai sudah main di potong saja.
"Ra usah alesan lah Dit, koe kok mbantah karo Mbak mu ki" (Nggak usah alasan lah Dit, kamu kok membantah sama Mbakmu itu) bela ibu kepada Mbak Dina.
Aku hanya diam saja, jika aku berbicara lagi pasti aku yang serba salah. Ya, kadang aku ingin sekali mengeluarkan semua unek unekku ini. Tapi apalah dayaku. Yang ku bisa hanya menangis saja. Menjadi obat penghilang semua bebanku.
Terlihat Mbak Dina sama Dino pun pulang. Dan Ibu nampak pergi ke kamarnya. Aku juga melangkahkan kakiku ini menuju kekamarku. Karna memang hari sudah malam.
Ku rebahkan badanku ini ke atas kasur sangat sangat keras. Ya, karna memang aku nggak bisa beli kasur yang empuk. Terlihat sekali anakku tertidur dengan lelapnya. Ku juga perlahan lahan memejamkan mataku dan akhirnya aku pun tertidur dengan lelapnya. Karna memang badanku sangat capek juga lelah.
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
Terdengar samar samar seperti ada yang memanggilku.
"Dek, tangi Dek ..." (Dek, bangun Dek .... )
Aku pun dengan perlahan membuka mataku, ternyata suamiku yang membangunkanku.
"Wes mulih Mas, jam pinten to Mas" (Sudah pulang Mas, jam berapa ini Mas) tanyaku masih enggan untuk membuka mataku ini.
"Setengah 4 Dek, maem sek kono" (Jam tiga lewat tiga puluh menit Dek, makan dulu sana) perintah suamiku makin aku nggak mengerti.
"Mas, entok seko ngendi" (Mas, dapat dari mana) tanyaku masih binggung.
"Ngrewangi Pak Rt, Dek. Ndang maem disek. Bar maem ndang resek resek ben ra diseneni Ibu" (Bantuin Pak Rt, Dek. Cepat di makan dulu. Setalah makan buruan bersih bersih biar nggak kena marah sama Ibu) ucap Suamiku. Ternyata suamiku mengerti juga.
Gegas aku pun membuka bungkusan yanh ada di plastik itu untuk segera aku makan. Dan lauknya ternyata ayam goreng. Sungguh nikmatnya aku bisa makan sama ayam goreng. Terlihat suamiku hanya senyam senyum saja melihat tingkahku ini.
"Maul tak tunggonane Dek, ndang wes kono" (Maul aku yang jagain Dek, sudah cepat sana) ujar suamiku. Aku hanya terkekeh.
"Enggeh Mas, suwun Mas" (Iya Mas, makasih Mas) jawabku sambil berjalan ke dapur. Untuk segera melakukan aktifitasku.
Kadang aku sangat merasa aku anaknya Ibu, tapi aku serasa menjadi babu. Tapi saat aku selalu mengeluh Ibu selalu bilang.
"Jadi istri nggak boleh tiduran aja"
"Jadi istri harus bisa mengerjakan semuanya"
"Jadi istri nggak boleh cengeng"
"Jadi istri, rumah harus selalu bersih"
"Jadi istri harus bersihan biar suami senang saat mandang.
Begitulah ucapan Ibu, dan masih banyak lagi. Tapi ya memang bener menjadi istri harus tetap selalu kuat dalam apapun.
Ku mencuci baju terlebih dahulu. Karna memang cucian yang paling banyak di kranjang. Saat baru mencuci. Ada yang teriak teriak ...
"Dit ... Brembengi wong turu" (Dit ... bangunin orang tidur saja) teriaknya. Dan aku sangat kenal suara itu.
Siapa lagi kalau bukan ...
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
Next ?
Jangan lupa like juga komennya yuk ๐Ÿ˜Š

Comentรกrio do Livro (93)

  • avatar
    RasyaRasya

    bagus

    08/07

    ย ย 0
  • avatar
    RiAnd

    sangat bagus ak suka itu aku akan kasih bintang โญโญโญโญโญ5

    27/06

    ย ย 0
  • avatar
    Jenn Naa

    bagus

    15/06

    ย ย 0
  • Ver Todos

Capรญtulos Relacionados

Capรญtulos Mais Recentes