logo text
Adicionar ร  Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3 (Bram benalu di keluarga Mahendra)

๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
Masih POV MISYA
Ya, suami Bram hanya benalu di keluargaku. Aku sampai malu di buatnya. Tiap hari kerjaannya hanya tidur nanti pergi entah kemana. Pulang sudah bau alkohol. Kenapa dia tak berubah, katanya setelah menikah denganku akan berubah tapi kenapa masih seperti ini.
Apa lagi ayah yang slalu menentangnya. Aku harus menceraikannya, entah kenapa aku tidak bisa karna aku sedang mengandung darah dagingnya.
"Ini mbak susunya" ujar Atun adik iparku.
"Makasih ya dek" jawabku sambil menerima gelas itu.
Aku meneguk segelas susu ini. Rasanya yang enak sekali. Tak pernah waktu hamil aku minum susu apa lagi mengidam slalu tak bisa membelinya.
Ya, keluargaku, keluarga terpandang. Ayahku punya pabrik di mana mana. Rahman lah yang memegang salah satu pabrik itu di dekat kami tinggal.
Aku hanya berjualan roti yang aku titipkan di warung warung. Roti hasil buatanku yang kadang bisa habis kadang juga ngak laku.
Aku tidak berharap akan warisan ayahku. Ya tentu saja ayah tidak akan sudi ngasih hartanya ke pada mas Bram yang suka keluyuran entah kemana.
"Mbak mau makan" ujar Atun yang membuyarkan lamunanku lagi.
"Emang ngak ada pantangan makan ya dek" ujarku bertanya.
"Setauku tidak mbak," jawabnya yang membuat aku lega.
"Eh tapi mbak pantangan untuk busui jangan berlebihan makan buah nangka juga durian, pisang sepet, juga sayur kenci mbak" ujar atun lagi, tapi dia malah lebih pintar dariku.
"Pegen makan bakso sebenarnya embak" ujarku yang malu malu ini.
Rahman malah terkekeh mendengar perkataanku. Apa salah gitu pengen makan bakso embaknya.
"Duh mbak ini takut baget ngomongnya, itu kecil mbak, malah bisa aku beli sama gerobaknya" ujar Rahman yang membuat aku jadi malu.
"Ya sudah mas cari bakso dulu ya dek, jagain mbak Misya sama bayinya ya" pinta Rahman ke pada istrinya itu.
Terlihat mereka sangat sweet sekali. Aku jadi iri melihatnya.
"Permisi mbak, saya cek dulu kondisinya mbak ya" ujar Bu Wiwit padaku.
"Iya bu" jawabku singkat.
"Tensinya normal, sudah buat berjalan mbak" ujarnya lagi.
"Belum bu, tapi saya coba dulu" jawabku.
Sambil bangun lalu berjalan perlahan lahan. Walaupun masih terasa aneh saja.
"Oke mbak, buat jalan jalan lebih sering ya, yang penting jangan angkat junjung yang berat berat" ujar bu Wiwit lagi.
"Iya bu, apa nanti sudah bisa pulang bu" tanyaku yang ingin segera pulang.
"Boleh pulang besok ya bu, karna masih ada pemeriksaan lagi" ujar bu Wiwit yang membuat aku kecewa.
Aku hanya mengangguk saja. Karna kecewa belum di perbolehkan pulang.
Rahman pun akhirnya kembali sambil menenteng kresek di tangannya. Pasti itu bakso pesenanku. Dah tak sabar rasanya ingin makan.
"Ini mbak baksonya" ujar Rahman sambil meletakkan kresek itu di meja.
"Banyak banget Man, baksonya." ujarku yang merasa kebanyakan ini.
"hehehe, biar mbak puas makannya" ujarnya lagi yang membuat Atun terkekeh. Duh jadi malu akunya.
"Oh iya, Man uang mbak ketinggalan," ujarku berbicara pada adikku Rahman.
"Mbak ngak usah kawatir, Nanti pake uangku dulu" jawab Rahman. Yang membuat aku makin tak enak.
Jangan tanyakan suamiku kemana, dia bahkan tak mengabariku. Apa lagi untuk menyusulku ke sini.
"Dek mas, pulang dulu ya, nanti kalau ada apa apa tinggal telvon." ujar Rahman pada istrinya itu
"Iya mas, pas kesini bawakan selimut juga keperluan yang lainnya ya mas," ujar Atun itu.
Rahman pun akhirnya pergi meninggalkan kami. Rasa tak enak hati terus saja mengahantui ku.
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
POV RAHMAN
Aku segera melajukan mobilku. Perasaan marah pada mas bram sangat kuat.
Ya, dari dulu, ayah slalu menentang pernikahannya mereka. Tapi mbak Misya terus bersikekeh untuk menikahinya. Akhirnya ibu sering sakit sakitan atas ke putusan mbak Misya yang sangat konyol itu. Dan ibu menghembuskan nafasnya 2 tahun yang lalu sebelum mbak Misya menikah.
Dan ayahpun menghapus dari daftar terima warisan. Entah apa yang membuat mbak Misya mempertahankan lelaki itu. Yang hanya benalu di keluargaku. Kerja ngak ada, sukanya keluyuran pulang pulang bau alkohol.
Kadang sampai ngak tega sama mbak Misya karna slalu tidak di beri nafkah olehnya.
Akhirnya aku sampai rumah. Aku langsung masuk. Terlihat ayah sedang duduk di depan televisi.
"Eh man mana, Misya dan menantuku" ujar ayah yang nampak sekali mengkhawatirkan anaknya itu.
"Besok boleh pulang yah, saat ini mereka sedang di sana semua sehat juga selamat" ujarku.
"Alhamdulillah" ucap ayahku lirih sekali, tapi masih aku dengar.
"Yah, mas Bram kemana" ujarku yang menenggok ke kamarnya tapi tidak ada.
"Entah lah Man, pusing ayah mikirinnya" ujarnya yang sudah tak mau tau tentang menantunya itu.
"Emang ngak punya hati dia yah, ya sudah yah, aku mandi dulu, nanti mau kesana lagi" ucapku sambil berjalan ke kamarku.
Ayah pun hanya mengangguk, aku segera berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarku.
Seharusnya malam malam ini kami lewati bersama istriku memadu kasih. Tapi semuanya rusak sudah.
Aku segera mandi, setelah selesai tak lupa juga aku membawakan baju ganti juga selimut untuk istriku. Dan keperluan lainnya.
Saat aku menuruti anak tangga. Aku bertemu mas Bram, yang entah dari mana. Serasa tangan ini ingin menonjoknya. Tapi ku urungkan niatku. Biarlah jangan sampai aku menodai tanganku dengan menyentuhnya.
Aku terus saja melewatinya. Dia nampak cuek saja.
"Tidak kah ada rasa peduli dengan istrinya itu. Emang dasar benalu." gerutuku merasa sebal padanya.
๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน๐ŸŒน
Next ?

Comentรกrio do Livro (70)

  • avatar
    Stiya rahmadaniWati

    sangat baguss

    3d

    ย ย 0
  • avatar
    RamadaniErna

    sangat bagus dan bikin nagih buat baca

    6d

    ย ย 0
  • avatar
    BetinaRusa

    bagus

    20d

    ย ย 0
  • Ver Todos

Capรญtulos Relacionados

Capรญtulos Mais Recentes