logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

PEMBALASAN CANTIK UNTUK SUAMI LICIK

PEMBALASAN CANTIK UNTUK SUAMI LICIK

Tsuroya Ghoida


Manis-Manis Pahit

"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu ya."
"Ya, Mas. Hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai, jangan lupa kabari aku."
Aku meraih dan mencium punggung tangannya, tak lupa menyerahkan tas kerjanya
Dia mencium keningku seperti biasanya. Kalau biasanya, di dalam sini, akan ada yang berdebar kencang saat mendapatkan perlakuan manisnya ini.
Tapi itu dulu, saat semuanya masih baik-baik saja. Saat Mas Bagas, suamiku itu belum berulah.
Namaku Sinta, istri dari Mas Bagas. Seorang manager di sebuah perusahaan besar di kota hujan.
Kami belum di percaya tuhan untuk memiliki anak sampai tahun ke 4 pernikahan kami.
Tapi, Mas Bagas tidak pernah terlihat mempermasalahkan hal itu, bahkan dia tidak pernah membahasnya saat kami sedang berdua sekalipun.
Pernah suatu hari, aku mengajak Mas Bagas untuk melakukan tes kesuburan berdua, tapi dia selalu menolak dengan dalih, banyak pasangan yang sampai puluhan tahun juga belum di beri momongan. Dan lagi, memang kita belum di percaya sama Allah. 'Sabar saja' katanya .
Tapi semua itu ternyata hanya caranya untuk menutupi permainan bus*k nya di belakangku.
Dua hari yang lalu, tepatnya saat Mas Bagas yang katanya sedang ada tugas di luar kota, dari situlah semuanya terbongkar.
Setelah dia berangkat, aku masuk ke kamar, mengambil ponsel yang baru selesai aku charger dari semalam.
Ku buka aplikasi hijau, di sana ada beberapa pesan masuk. Tapi mataku tertuju pada satu pesan dari nomor yang selama dua hari ini menjadi sumber informasiku.
Dewi, dia sepupuku yang kebetulan bekerja di Ibu kota.
Dari dia lah aku mendapatkan informasi berupa foto Mas Bagas yang sedang bergandengan tangan, dan beberapa foto mesra lainnya, di sebuah taman dengan wanita yang tak ku kenal sama sekali.
Ya, begitulah yang terjadi. Tiga hari yang lalu, Mas Bagas pamit padaku.
Bahwa katanya dia di tugaskan oleh perusahaan untuk mengurus sebuah proyek di Ibu Kota selama 3 hari.
Namun, pada hari kedua dia pergi, aku di kejutkan dengan pesan dari Dewi. Kami memang jarang berkomunikasi, tapi kami saling menyimpan nomor satu sama lain, karena kami juga anggota di satu grup keluarga besar kami.
********
Ting...
Ting...
*Foto*
*Foto*
"Maaf sebelumnya Sinta, bukankah itu Mas Bagas?"
Deg...
Ku buka foto yang dikirim Dewi .
"Bukan berniat ikut campur, aku sedang jalan-jalan bareng kawan-kawanku, terus aku melihat laki-laki yang tidak asing bagiku. Dan setelah aku amati, memang benar, sepertinya itu Mas Bagas, Sin."
"Akhirnya aku foto, dan kirim ke kamu, untuk memastikan saja."
Isi pesan beruntut yang sangat membuatku terkejut setengah mati.
Aku zoom foto itu, ku amati lekat-lekat wajah yang ada di dalamnya.
Ya, tidak salah lagi. Itu memang Mas Bagas, suami tercintaku. Dia sedang bermesraan dengan gadis yang ku taksir usianya sekitar 25 tahun.
Ada nyeri di dalam sini. Ternyata suami yang selama ini aku dengan sepenuh hati mengabdikan diriku untuk melayaninya, ternyata dengan tega menghianati ku.
"Kamu benar Wi, sepertinya itu memang Mas Bagas. Dia memang sedang di Jakarta, katanya ada tugas dari perusahaan tempatnya bekerja."
"Tapi kenapa dia sama wanita lain Sin, apa suamimu selingkuh di belakangmu?," Tanya nya. "Maaf Sin, tapi mereka kelihatan tidak ada kecanggungan sama sekali." balas Dewi lagi.
Belum sempat aku membalas pesan itu, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Dewi.
Segera ku angkat telfonnya.
"Halo Wi," sapaku mengawali pembicaraan.
"Halo Sin, maaf ya, aku mau pindah di dekat mereka sedang duduk, kamu jangan matikan telfon dulu. Siapa tau ada petunjuk. Mumpung suamimu juga nggak terlalu faham dengan aku kan? kita kan emang jarang ketemu." jawabnya berbisik.
Aku dan Dewi memang sangat jarang bertemu, sehingga Mas Bagas tidak akan mengenalinya walaupun berdekatan. Dia lebih sering tinggal di Jakarta, karena memang pekerjaannya ada di sana.
"Iya Wi, makasih sebelumnya sudah memberiku info penting ini."
"Ok, kamu dengar sendiri ya obrolan mereka."
Lamat-lamat ku dengar suara wanita tertawa, dan berkata dengan suara manja,
"Ih... Jadi kapan dong Mas kamu bawa aku kerumah Mama, aku juga mau deket sama Mama mertua ku donk." Kata wanita di seberang sana.
"Iya sayang. Sabar ya, besok kalau urusan Mas sama Sinta sudah selesai, pasti Mas bawa kamu kerumah Ibu." Jawab suara yang sangat aku kenali.
Deg...
Mertua?
Jadi...
"Ah, dari dulu kamu cuma iya-iya terus, tapi nggak ada buktinya. Aku kan juga butuh pengakuan keluargamu Mas, aku juga mau dinikahi kamu secara resmi." kata wanita itu lagi.
Nikah???
Resmi???
Jadi mereka sudah menikah?
"Iya sayang, sabar ya, tunggu Mas menguras semua harta Sinta dulu. Setidaknya rumah, mobil dan butik yang Ia kelola harus Mas balik nama dulu, biar kita bisa hidup kecukupan."
Deg...
Suara itu?
Suara lembut yang selalu menenangkan hatiku, ternyata dibalik itu ada sifat kejamnya?
Oh. Tidak bisa Mas, jika tujuanmu seperti itu, maka aku juga bisa bertindak lebih dari kamu.
Kita lihat saja nanti Mas.
Tut.
Kumatikan sepihak telfon dari Dewi, lalu aku mengirim pesan padanya,
"Sudah Wi, aku nggak kuat dengernya... Makasih ya Wi, kamu udah ngasih tau aku kebenarannya."
"Ok Sin, sama-sama. Kamu yang sabar ya, jangan gegabah. Ingat, dia punya tujuan buruk sama kamu. Kamu harus hati-hati Sin. Aku akan fotoin lebih banyak lagi, siapa tau suatu saat nanti kamu butuh foto itu."
"Iya Wi, makasih banget ya."
"Iya Sin. Kalo ada apa-apa pasti aku kabarin kamu lagi".
"Baik Wi..."
*******
Tak ada kabar lagi setelah percakapanku dengan Dewi waktu itu, sampai saat ini Mas Bagas sudah kembali kerumah...
___
Ku membuka pesan dari Dewi, setelah kepulangan Mas Bagas kemaren sore, aku memang mengirim pesan pada Dewi, untuk melakukan sesuatu disana.
Dan akhirnya yang kutunggu-tunggu datang juga.
*Foto*
*Foto*
*Foto*
"Identitas wanita itu sudah aku kantongi Sin" katanya pada pesan pertama
"Namanya Sari, lengkapnya Sarinem... Hahaha... eh ... Tapi beneran, itu emang nama lengkapnya lho, suer."
"Dia asli jawa, satu kampung dengan Suamimu. Seorang janda cerai tak beranak. Selama di jakarta, dia kerja di sebuah cafe, cafe Zee dan tinggal di kontrakan belakang cafe nya."
Cafe Zee...???
Bukankah itu cafe deket kantor cabang perusahaan Papa???
Wahhh... Cerdik juga Mas Bagas. Dia taruh selingkuhannya di dekat kantor cabang, supaya dia tidak di curigai ketika bertandang kesana.
"Thank's infonya Wi... Maaf merepotkan, nanti kalau aku perlu bantuanmu, nggak papa kan aku hubungi kamu lagi?" balasku pada Dewi.
"Siap Bos..."
"Eh, nanti aku transfer ke rekening Budhe Nur ya, biar gaji kamu bulan ini bisa kamu buat jalan-jalan atau kamu tabung deh, itung-itung tanda terima kasih aku karena kamu bantu aku."
Budhe Nur, ibunya Dewi. Walaupun Dewi saudara aku, tapi aku tidak bisa untuk tidak berterima kasih dengan cara seperti ini. Karena aku sangat tahu kalau keadaan keluarga mereka sangat sederhana sepeninggal pakde Jaka, Ayah Dewi.
Dewi harus menjadi tulang punggung untuk menghidupi Ibu dan 3 adiknya yang masih sekolah.
Dengan seperti ini, setidaknya aku bisa sedikit menghargai waktu istirahat Dewi yang dia gunakan untuk mencari informasi tentang Wanita itu.
Bukan aku merendahkan keluarganya, tapi memang keadaanya seperti itu, aku yakin, sedikit uang yang aku transfer nanti sangat berguna bagi mereka.
"Loh... Loh ... Nggak usah lah Sin, kayak sama siapa aja ah kamu. Malah aku yang nggak enak donk sama kamu."
"Ah, nggak papa Wi. Itung-itung buat jajan adik-adikmu. Biar sekali-kali kamu juga ngrasain jajan donk disitu. hehe."
"Ya ampun Sin... Makasih banget ya, nanti aku telfon Mama deh."
"Sama-sama Wi, lagian kamu juga udah bantu aku, harusnya aku lah yang terima kasih. Kalau kamu nggak ngasih tau ini semua, mungkin itu semua nggak akan terbongkar."
"Kirim nomor rekening Budhe Nur ya, Wi." pesanku lagi.
"Iya Sin. Ini nomornya 666xxxxxxxxx."
Segera aku menyalin nomor rekening itu, lalu masuk ke aplikasi Mbank*** dan ku transfer sejumlah uang yang kurasa cukup untuk kebutuhan mereka satu bulan.
"Sudah masuk Wi, kamu segera kabari Budhe. Biar untuk membeli keperluan sekolah adikmu Wi." ku sertakan foto screnshoot dari aplikasi tadi.
"Ya ampun Sin. Banyak banget kamu transfernya... Makasih banyak lho Sin, sekali lagi"
"Iya...iya ... Udah ah ... Makasih terus dari tadi... hehe"

Comentário do Livro (239)

  • avatar
    Dhe Rumengan

    ceritanya bagus moga aja endingnya juga ..paling tidak ada pesan moral yg terkandung didalam ceritanya yg bermanfaat bagi pembaca..semangat ya thor..

    09/01/2022

      0
  • avatar
    Setyawati Setyawati

    Wow ? ?

    9h

      0
  • avatar
    NainggolanTiara

    bagus

    9d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes