logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Sama-sama Berjuang

kau kuat, ku yakin bahwa kau mampu melewati semuanya
Jangan tidur terlalu lama aku sangat merindukan senyumanmu.”
Stefani menangis tiada henti ketika mendapat kabar bahwa abang sekaligus orang yang sangat dicintainya kecelakaan dan kondisinya sangat kritis. Karena begitu khawatir, Stefani memutuskan untuk melihat keadaan abangnya yang berada di Bandung, padahal ayahnya sudah berpesan untuk menjaga Hilda dan tidak pergi ke Bandung menyusul abangnya. Sebelum Stefani pergi ke Bandung untuk melihat keadaan abangnya, Stefani menyempatkan untuk melihat keadaan Hilda kakak iparnya yang kini terbaring lemah tidak berdaya di kamarnya. Di tangannya terpasang selang infus yang mengirimkan cairan-cairan untuk tubuh Hilda yang kekurangan cairan bahkan asupan makanan. Stefani mencium kening Hilda yang sampai kini belum juga sadar. Stefani menangis dalam diam karena melihat kakak iparnya terbaring tidak berdaya. Stefani juga sedih karena abangnya juga sedang berjuang melawan kondisinya yang sekarang kritis. Stefani tidak sanggup melihat keadaan dua orang yang kini dicintainya terbaring tidak berdaya.
“Aku yakin kalian kuat dan akan sama-sama berjuang.”
Stefani meninggalkan kamar yang di tempati Hilda dan mengambil kunci mobilnya untuk pergi menyusul ayahnya juga bundanya pergi ke Bandung. Arie yang sedang berada di ruang tamu, langsung berdiri karena melihat Stefani yang akan pergi menyusul ayah juga bundanya ke Bandung. Arie menahan tangan Stefani dan menariknya. Karena terlalu kencang, Stefani tidak mampu menahan keseimbangan tubuhnya dan alhasil Stefani hampir jatuh jika Arie tidak sigap menangkapnya. Arie dan Stefani terdiam beberapa saat dan saling memandang. Sepersekian detik kemudian, Stefani melepaskan pelukan Arie pada tubuhnya dengan kasar.
“Lo ngapain peluk-peluk gue sih kak?”
“Gue nggak peluk-peluk lo ya cewe rese, gue hanya mencoba membantu lo agar lo nggak jatuh dan ngebuat lantainya nangis karena ketiban tubuh lo yang bau karena belum mandi dari tadi pagi.”
“APAAA lo bilang kak? Lo khawatir sama lantainya, lo nggak khawatir sama gue apa? dan asal lo tau ya kak, gue udah mandi kemarin.”
Arie tertawa sambil memegang perutnya, Arie terbahak-bahak mendengar Stefani bilang bahwa dia sudah mandi kemarin. Arie berpikir kok ada ya, cewe secantik dan semanis Stefani ternyata jorok. Seakan tau apa yang dipikirkan Arie, Stefani berkata, “Bukan gue jorok ya kak, tapi gue itu terlalu khawatir mencari kak Adnan hingga akhirnya lupa buat mandi.”
Arie semakin tertawa mendengar ucapan Stefani.
“Dasar lo kak.”
Karena kesal, Stefani meninggalkan Arie dan beranjak ke lantai dua yaitu kamar Stefani yang disiapkan ayahnya beberapa hari yang lalu. Stefani menciumi badannya dan bertanya, “Apakah iya gue bau? Bukannya tadi gue udah make minyak wangi ya.” Stefani terus bergelut dengan pikirannya yang akhirnya Stefani memutuskan untuk mandi agar tidak lagi di ejek Arie si manusia jail. 30 menit berlalu Stefani sudah selesai mandi dan sedang bersiap-siap keluar. Stefani menggunakan sweater berwarna abu dan dipadukan rok panjang berwarna putih. Stefani mengambil tas selempang miliknya yang tergantung di dekat lemari. Stefani keluar dan berniat pergi ke Bandung untuk melihat keadaan abangnya. Saat Stefani berjalan menuruni tangga, Arie tidak berkedip melihat Stefani. Penampilan Stefani terasa berbeda dengan biasanya. Stefani terlihat begitu manis dengan rok panjang dan sweater itu. Arie tidak sadar bahwa kini Stefani sudah berada tepat di hadapannya dan tersenyum melihat kekonyolan Arie yang tidak berkedip melihatnya.
“Gue tau, gue cantik, tapi lo biasa aja kali kak liat guenya, jangan terpesona gitu,” Ucap Stefani dengan di iringi senyuman mengejeknya.
Arie tersentak dengan ucapan Stefani, Arie baru sadar bahwa dia sudah terpesona dengan mantan juga merupakan adik dari sahabatnya itu.
“Jangan ke gr-an lo Stef, gue itu tadi lagi ngeliatin bi Ima, asal lo tau ya Stef, lo sama bi Ima itu cantikan bi Ima.”
Stefani yang mendengar itu marah karena bisa-bisanya Arie membandingkan kecantikannya dengan pelayan di rumahnya.
“APAA lo bilang kak? Lo bandingin gue sama bi Ima? Tapi emang bener sih kak, cantikan bi Ima cocokloh sama lo yang juga ganteng.”
Ucap Stefani yang juga meledek Arie. Arie berdecak sebal karena Arie kira Stefani akan marah namun kenyataannya Stefani malah membalasnya. Stefani tau bahwa berbicara dengan Arie tidak akan ada habisnya. Stefani meninggalkan Arie yang masih kesal akan jawaban Stefani. Saat sadar Stefani tidak ada, Arie langsung mengejar Stefani dan menarik tangannya.
“Apa lagi sih kak? Lo ganggu gue mulu.”
“Lo gak boleh kemana-mana, lo harus jagain kakak ipar lo.”
“Gue mau liat keadaan abang gue kak, lo gak ada hak buat ngelarang gue jenguk abang gue.”
“Lo mau ninggalin kakak ipar lo sendiri hah? Gimana kalau kondisi dia semakin parah? Gimana kalau dia tau keadaan Adnan dan dis semakin drop?”
Qila berpikir keras dan ucapan Arie ada benarnya. Bagaimana kalau kak Hilda tau kalau suaminya sedang ada di ruang ICU dan keadaannya sangat kritis. Kak Hilda akan sangat terpuruk dan kondisinya akan semakin parah. Tanpa memperdulikan Arie, Stefani kembali masuk ke dalam dan memasuki kamar yang ada Hilda di dalamnya. Stefani memegang tangan Hilda yang sangat dingin, Stefani panik, mengapa kakak iparnya sangat dingin? Apa yang terjadi? Apakah kondisi kak Hilda semakin parah? Karena khawatir, Stefani langsung menghubungi dokter keluarganya. Setelah di periksa dokter menyarankan Hilda untuk di bawa ke rumah sakit dan di rawat disana karena kondisi Hilda semakin memburuk.
Tanpa menunggu waktu lama, Stefani langsung memanggil Arie untuk mengantarnya dan Hilda ke rumah sakit. Stefani menghubungi bunda Hilda dan mengatakan bahwa Hilda di rawat di rumah sakit. Bunda Hilda sangat kaget mendengar bahwa putri semata wayangnya kini terbaring di rumah sakit. Bunda Hilda menanyakan sebenarnya apa yang terjadi hingga Hilda masuk ke rumah sakit. Stefani menceritakan semuanya pada bunda Hilda. Bunda Hilda marah dan memaki-maki Adnan karena telah membuat Hilda seperti ini. Stefani dengan kesabarannya berkata, “Kak Adnan saat ini juga sedang di rawat di rumah sakit bun,” Ujar Stefani sedih. Melihat Stefani sedih bunda Hilda merasa bersalah karena telah memaki-maki Adnan di depan adik kandungnya. Namun bagaimanapun bunda Hilda kesal karena Adnan tidak pernah mau mendengarkan penjelasan Hilda. Dan untuk kesekian kalinya Hilda harus kembali berkorban untuk Adnan hingga harus di rawat di rumah sakit.
Di sisi lain, orangtua Adnan baru saja sampai di rumah sakit Hasan sadikin yang berada di Bandung, orangtua Adnan langsung mencari kamar Adnan. Ternyata Adnan ada di ruang ICU dan sedang berjuang untuk melawan masa kritisnya. Orangtua Adnan sangat khawatir akan keadaan Adnan. Dokter keluar dan memberitahukan bahwa Adnan kekurangan banyak darah karena kecelakaan yang menyebabkan pendarahan pada kepalanya. Dokter meminta donor darah. Bunda Stefani yang juga bunda Adnan kebetulan sama golongan darahnya dengan Adnan, bunda Adnan langsung memberikan darahnya untuk Adnan.
“Sebanyak apapun putra saya membutuhkannya, ambilah dok,” Ucap bunda Adnan. Bunda Adnan berharap dengan ini mampu mengapus sebagian dari kesalahannya di masa lalu.
Bunda Adnan melihat keadaan Adnan yang terbaring tak berdaya dengan berbagai alat yang menempel pada tubuhnya. Bunda Adnan sangat sedih karena pertemuan pertamanya dengan putranya yang sudah beberapa tahun tidak bertemu harus bertemu dengan keadaan yang seperti ini.
***
Kondisi Hilda mulai membaik meski sampai kini Hilda belum juga sadar dan membuka mata indahnya. Dalam tidurnya Hilda bertemu dengan Adnan yang mengajaknya untuk pergi, namun Hilda menolak dan malah mengajak Adnan untuk kembali. Adnan pergi dan melambaikan tangannya pada Hilda. Hilda sadar dan dengan refleks menyebutkan nama Adnan.
“ADNAAN.”
Stefani yang menunggu Hilda di ruangannya, kaget mendengar Hilda yang meneriaki nama abangnya. Hilda menghampiri Hilda dan mencoba menenangkan Hilda, Stefani menyodorkan air putih pada kakak iparnya itu.
“Kakak udah sadar? Kakak jangan banyak gerak dulu ya.”
“Adnan mana Stef? Apakah Adnan sudah pulang?”
Stefani hanya diam mendengar pertnyaan kakak iparnya itu. Stefani bingung harus menjawab apa. stefani terus memikirkan apa yang harus dia katakan pada Hilda.
“Bang Adnan udah pulang kok kak, kakak harus cepet pulih biar bisa ketemu bang Adnan,” Ucap Stefani berbohong. Stefani terpaksa karena jika dia mengatakan yang sesungguhnya, Stefani takut keadaan kakak iparnya itu kembali kritis.
“Syukurlah jika Adnan sudah pulang, kakak ingin bertemu dengan suami kakak.”
“Iya kakak boleh bertemu dengan suami kakak, dengan syarat kakak harus sembuh dulu.”
“Tapi kakak ingin sekarang Stef, kakak ingin melihat wajah abangmu sekarang.”
“Abang bilang dia tidak ingin melihat kakak jika kakak masih belum sembuh.” Hilda menghela napasnya dan Hilda bertekad untuk segera sembuh agar secepatnya bisa bertemu dengan Adnan. Hilda terus berjuang untuk sembuh. Di tempat lain Adnan juga sedang berjuang melawan masa kritisnya.

Comentário do Livro (288)

  • avatar
    SuhaeniEni

    cerita nya bagus

    10d

      0
  • avatar
    SalsasabilahSalsa

    seruu bngettt 😭

    23/06

      0
  • avatar
    CmsTuser77

    sangat menarik

    06/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes