logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

ANCAMAN XABIRU

Meski pikirannya bergelut tentang semua hal buruk yang menghantui kepalanya, tapi biru tetap membawa Nara menuju rumahnya. Dia sendiri bingung harus melakukan apa sekarang, Haruskah Mami patah hati dengan pengakuan Papi.
Tapi rasanya Biru tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Paling tidak dia mencegah pertemuan ini sampai dia bisa menjauhkan Nara dari Papinya.
"Aku memberimu satu kesempatan untuk pergi. Akan kuberi kau imbalan uang yang cukup untuk kebutuhanmu. " Ucapan aneh itu membuat Nara kebingungan, apa sih maksud pria ini. Apa tujuan ucapannya, dia sama sekali tidak paham.
Memangnya kesempatan apa. Memangnya dia memiliki perjanjian dengan pria ini? Rasanya tidak ada tapi kenapa mulutnya begitu mudah mengucapkan kata satu kesempatan.
"Sayangnya saya tidak membutuhkan kesempatan dari anda Pak Ray," jawabnya yang masih berusaha tetap tenang, dia tahu pria yang tengah menyetir itu memiliki pikiran buruk tentangnya.
Amarah Biru semakin terbakar, dia tidak habis pikir. Terbuat dari apa hati wanita ini sehingga dia tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Bahkan dia terlihat acuh dengan orang-orang sekitar. Terkadang Xabiru berpikir, dia ini manusia bukan sih.
Sejenak hening terjadi di antara mereka. Biru sedang memikirkan cara apa yang harus dia lakukan untuk membuat Nara menjauh dari kehidupan keluarganya. Dan Nara sendiri sibuk dengan ponselnya.
"Kau punya seorang putri. Benarkan?" Gerakan tangan Nara yang sedang menari di atas keyword ponselnya mendadak terhenti ketika dia mendengar pertanyaan Xabiru.
Darimana dia tahu masalah putrinya. Bahkan biodatanya di kantor dia berstatus belum menikah. Indentitas masa lalunya pun tidak ada yang tahu. Lalu kenapa pria ini malah menjadi pria sok Detektif.
Biru tersenyum senang, ternyata ucapannya itu berhasil menarik perhatian Nara.
'Kali ini kau gak akan bisa lepas dariku Naraya,' gumam Biru dalam hati dengan tawa kemenangannya.
"Dapat anak darimana? Anak haram? Haha." Ucapan pria itu benar-benar menyakiti hati Naraya. Dia benar-benar tersinggung.
Biru terlihat begitu senang menghinanya, bahkan seolah tidak peduli bagaimana perasaan Nara sekarang. Tapi lagi-lagi Nara bersikap tenang, dia tidak boleh terpancing ucapan pria kurang ajar ini.
Meski hatinya sakit bahkan seperti dihujami ribuan tombak, dia tetap mengontrol dirinya.
"Aku harap anak itu bukan anak haram dari Papi ya. Karena kalau sampai itu benar, bukan hanya kau yang dalam masalah. Tapi juga putrimu itu."
Nara tetap diam, dia enggan untuk menanggapi ucapan pria yang dia anggap sinting itu. Dia tahu Biru membencinya jadi tentu saja pria ini akan mengucapkan semua kata yang mungkin akan membuat Nara kesal dan jengkel serta sakit hati.
'Berbicaralah semaumu Kau pikir aku akan menanggapinya dasar Bos sinting!' sungutnya dalam hati.
Jika bukan karena permintaan Danu, jujur dia enggan bersama pria ini. Sebenarnya Nara sudah mati-matian menahan amarahnya sejak tadi, hanya saja dia kembali menyadarkan dirinya jika dia tidak salah meski Biru menuduhnya dengan hal-hal buruk. Sampai mati pun pria itu tidak akan bisa membuktikan ucapnnya. Karena sebenarnya Nara tidak memiliki hubungan apapun dengan Danu selain sebatas atasan dan bawahan.
"Gak heran sih kalau wanita sepertimu dijadikan simpanan. Lihatlah pakaianmu saja entah bagaimana bentuknya." Dia kembali mencibir, sambil tersenyum merendahkan. Rasanya dia sangat puas menghina Nara tanpa mendapat perlawanan seperti biasa. Itu artinya, dia menang.
Nara benar-benar menulikan pendengarannya, anggap saja orang gila yang sedang ngoceh. Mungkin dia kehabisan akal untuk menghina Nara sampai harus mengomentari pakaiannya.
'Lihat saja nanti apa yang akan terjadi sesampainya di rumahmu.' Nara tersenyum sinis, sepertinya dia sudah tahu apa yang akan terjadi di kediaman keluarha Smith nanti. Dan dia bersumpah akan memberikan balasan setimpal pada pria berengsek ini.
Agar mulut sialannya itu tidak berbicara sembarangan.
"Nanti akan kupastikan kau mendapat balasan yang setimpal atas perbuatanmu. Kau tidak tahukan apa yang akan kulakukan di depan Mami nanti. Bersiaplah mendapat malu Nara."
Nara merasa telinganya seperti digelitiki, mendengar semua ocehan pria sinting ini malah membuat dia ingin tertawa lepas. Dia lucu karena kelewatan lucu menjadi bodoh. Astaga!
Kesal karena Nara tidak menanggapi ucapannya, Biru malah menatapnya dengan tajam tapi dia masih tetap mengemudi. Sejak tadi dia mengoceh apa wanita ini tidak mendengarnya? Bahkan memberi respon dengan ekspresi saja tidak. Dia ini manusia bukan sih!
Sesekali dia melirik ke depan dan Nara secara bergantian, dia sampai lupa jika wanita ini adalah wanita keras kepala terlangka dan hanya satu-satunya di muka bumi. Cukup dia menemukan satu spesies saja, jangan ada yang lain. Biru akan benar-benar gila kalau ada jenis lain seperti ini.
"Kau tidak tulikan." Tapi Nara tetap terlihat acuh, dia sibuk dengan ponselnya membalas pesan putri kesayangannya. Menanggapi pria sinting itu hanya menghabiskan energi dan malah menyakiti hatinya.
Geram karena masih saja di acuhkan, Biru malah menginjak rem dengan sangat tiba-tiba sampai ponsel yang ada dalam genggaman Nara terpental dan jatuh ke bawah kursi.
'Mampus!' Maki Biru dalam hati ketika dia mendengar decakan kesal dari bibir Nara.
Ini yang dia suka, membuat wanita ini kesal dan juga menderita. Karena sekarang tujuan Biru hanyalah satu. Menjauhkan Nara dari keluarganya.
Entahlah tapi rasanya dia sangat membenci Nara namun menyukai Nara juga dalam waktu bersamaan. Hanya saja dia tidak suka jika Nara berdekatan dengan orang asing selain dirinya.
Nara menunduk untuk memungut ponselnya, tanpa sadar mereka sudah tiba di rumah keluarga Smith. Biru terlalu banyak komentar sampai dia sendiri lupa jika mobilnya terus melaju menuju rumah.
Nara menegakkan tubuhnya, dia menatap Biru yang masih menatapnya dengan sinis.
"Sebaiknya Bapak cuci otak dulu. Mungkin otak Pak Ray terlalu banyak di tempeli kotoran." Bibir wanita itu tersungging ke atas seolah mencibir Biru yang sudah memasang tameng kemarahan.
Pria itu menganga tidak percaya saat mendengar ucapan Nara yang baru saja mengatainya, tadi dia bilang apa?
Mencuci otak? Hei wanita sadarlah ini adalah atasanmu. Berani-beraninya dia berbicara tidak sopan pada Bossnya sendiri. Di pecat tahu rasa.
"Naraya!" bentak Biru, jujur slot kesabarannya sudah habis hanya untuk menghadapi wanita satu ini.
Tapi tetap seperti biasa, Nara bersikap acuh pada pria itu.
"Terimakasih atas jemputannya Pak Ray." Bibirnya tersenyum tidak ikhlas lalu segera keluar dari mobil dan meninggalkan Biru yang tengah terbakar dengan emosinya.
"Bapak lebih pantas menjadi seorang supir dari pada CEO." Nara tersenyum sinis, lalu membanting pintu dengan keras.
Brak!
"Dasar wanita sialan! Murahan!" pekiknya dengan kesal, tidak hanya mulutnya yang membuat emosi tapi juga sikapnya.
Lihatlah, bahkan dia masuk ke rumah persis seperti Nyonya besar. Apa dia sedang berlatih menjadi Nyonya Smith?
'Jangan harap Nara. Kau akan tahu berhadapan dengan siapa nanti.' Entah apa yang ada dalam pikiran Biru, tapi yang pasti dia akan membuat Nara menyesal karena sudah mengganggu keharmonisan keluarga Smith.
***

Comentário do Livro (313)

  • avatar
    Imagirl

    good novel, dah gak bisa berword" lagi saya. 👍🤩

    04/04/2022

      0
  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    PutriAnisa

    alur nya bagus tidak membosan kan

    19/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes