logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

BAB11

Setelah selesai makan Gara dan Aji, langsung menuju ke kamar Adit, untuk membujuk Adit supaya keluar kamar.
"Adit sayang, cintanya Abang ganteng" Ucap Gara, yang suaranya dibuat-buat seperti seorang perempuan.
"Najis Lo" Jawab Adit dari dalam kamar.
Pagi itu di apartemen Jons, Olivia segera bangun dan segera membersihkan diri, akibat ulah Jons semalam.
"Jons bangun" Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan, tubuh Jons yang masih tertidur.
"Apa sih, jangan ganggu Gue tidur" Katanya, sambil masih memejamkan matanya.
"Gue mau ngomong sama Lo" Ucap Olivia, sambil masih menarik-narik tubuh Jons, dengan ekspresi cemberut.
"Apa sih Sayang" Akhirnya Jons pun mengalah dan bangkit, lalu duduk di belakang Olivia, sambil memeluk tubuh Olivia dari belakang.
"Gue ingin pindah apartemen" Rengeknya.
"Pindah ke mana?" Sahut Jons, sambil menghujani ciuman di seluruh muka Olivia.
"Pindah ke kampung, tepat di area sekitar rumah Adit" Seketika Jons langsung berhenti mencium Olivia, dan mata Jons langsung memencingkan ke arah Olivia.
"Lo benaran suka sama Adit?" Tanyanya sambil menatap Olivia.
"Bukan begitu Sayang, Gue ke situ juga demi uang, kan enak kalau setiap hari ketemu dia. Lagian, Lo kemarin ke sana ketemu si Eca kan?" Jawab Olivia dengan muka cemberut.
"Hm, baiklah besok Kita pindah ke sana" Katanya dengan muka pasrah, Jons pun akhirnya menuruti keinginan Pacarnya tersebut.
******
"Pi" Saat diruang makan, Gina memanggil Suaminya, sambil menuangkan teh ke dalam gelas Rangga.
"Kenapa Mi?" Sahut Rangga, sambil menyeruput teh yang tadi disajikan Gina.
"Apa pernikahan Anak kita di percepat saja?" Seketika Rangga tersedak Air teh, saat Istrinya bilang ingin pernikahan Anaknya dipercepat.
"Loh memang kenapa? Lagian kan mereka umurnya masih muda, Kamu masih ingatkan? Pesan almarhum. Bambang? Kita boleh nikahkan dia saat si Eca sudah matang umurnya"
"Tapi Pi? Kalau kita tidak mempercepat pernikahan Adit, entar malah si Olivia, Cewek itu akan menjadi-jadi" Rengek Gina, sambil duduk di hadapan Suaminya.
"Bener juga sih Mi" Kata Rangga sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kapan kita akan mempercepatnya?" Lanjutnya lagi.
"Dua hari Pi" Sahutnya sambil jarinya menunjuk angka dua.
"Memang Wanda akan setuju?" Kata Rangga.
"Sudah dong Pi, dia setuju-tuju saja" Jawab Gina dengan wajah gembiranya.
"Baiklah, kita akan adakan dua hari lagi."
*******
Di depan teras rumah, Eca sedang duduk-duduk Santai. Menatapi taman kecil yang ada didepanya.
Sambil memasukkan Earphone bluetooth kedua telinganya, memutarkan musik lagu grup KPOP super junior atau dibilang SUJU yang berjudul Memories.
"Saranghaetjanha
Uri hamkkehan manheun nal dongan
Hamkke apahaetjanha
Seoroui irin juldo moreugo
Neon eodi inneun geoni
Naui moksori deullijil annni
Apeun nae simjangi neoreul chatneunda
Neoreul bureunda michidorok
Gaseumi nunmuri
Tto neoui gieogi
Han bangul han bangul
Tto nae gaseume heulleo naerinda
Ureodo ureodo
Jiwojiji annneun gieogeul ttara
Oneuldo bin nae gaseumeul tto jeokshinda
Johahaetjanha
Jageun nae misoe useojwotjanha
Hamkke ureosseotjanha
Naui nunmure apahaetjanha
Jigeum eodi inneun geoni
Jichin nae moseubi boijil annni
Apeun nae simjangi neoreul chatneunda
Neoreul bureunda michidorok
Gaseumi nunmuri
Tto neoui gieogi
Han bangul han bangul
Tto nae gaseume heulleo naerinda
Ureodo ureodo
Jiwojiji annneun gieogeul ttara
Oneuldo bin nae gaseumeul tto jeokshinda
Naegero dorawajullae
Maeil ne ireum bureumyeo
Jichin gidarim soge
Neoreul chaja hemaeneun najanha
Sarangi nunmuri
Neowaui chueogi
Han bangul han bangul
Tto nae gaseume heulleo naerinda
Ureodo ureodo
Jiwojiji annneun gieogeul ttara
Oneuldo bin nae gaseumeul tto jeokshinda."
Lagu itu, terdengar cukup keras ditelinga Eca. Eca pun mengikuti nyanyian alunan nada lagu kpop tersebut.
Sebenarnya Eca memang Fans Boyband KPOP super junior, dari sejak SMP kelas 1. Saat Eca tak sengaja, menonton drama yang diperankan oleh anggota Super junior yaitu Lee Donghae, dia pun lantas tertarik dengan pemuda itu. Sampai Eca scrolling-scrolling Google untuk mencari tentang kepribadian Idolanya itu. Sampai saat ini, dia masih mengidolakan anggota Super junior atau yang disebut ELF. Tetapi Eca tidak sefanatik itu, ia memang dulu Dia sempat jadi Fans fanatik sampai uang dia selalu buat membeli barang-barang yang berbau super junior saat dia masih mampu, tetapi sekarang dia sudah tobat untuk menjadi idola biasa saja karena sekarang dia sudah tidak bisa membeli album-album itu karena semenjak Papanya gulung tikar.
Jadi dia harus hemat-hemat soal uang, baginya uang berharga. Dia pun kalau membeli barang seperlunya saja. Semenjak itu Eca sadar suka boleh mengidolakan seseorang tetapi sewajarnya aja kalau kita mampu beli kalau tidak ya sudah jangan dipaksa.
Saat Eca sedang melamunkan masa lalunya, Dia kembali tersadar. Saat Bunda Wanda memanggil namanya sangat tinggi.
"Kenapa Bun?" Sahut Eca, dengan muka kebingungan.
"Kamu itu ya, Bunda memanggil tidak nyahut-nyahut" Katanya.
"Heheh maaf Bun, tadi Eca melamun" Sambil cengengesan.
"Memang melamunkan apa sih?" Wanda pun, mengambil tempat duduk, di samping Anaknya tersebut.
"Hehehe, enggak penting Bun" Jawabnya, masih cengengesan.
Bunda Wanda pun, cuman bisa geleng-geleng kepala, melihat tingkah laku anaknya.
"Bunda mau ngomong serius sama Kamu Nak" Seketika itu, mata Wanda langsung fokus ke arah Eca dengan muka serius.
"Apa bun?" Penasaran.
"Tadi Tante Gina telefon Bunda, katanya pernikahan Kalian dipercepat, dua hari lagi" Sambil menggenggam tangan Anaknya.
Sontak Eca terkejut mendengarnya, ia tidak percaya bahwa Tante Gina meminta pernikahannya dipercepat. Di otak Eca masih bingung dengan omongan Wanda tadi, Dia sambil mencerna omongannya "kenapa Tante Gina meminta pernikahannya dipercepat?" Gumam Eca, sambil melamun tak berkutik.
"Bagaimana? Mau kan?" Ucap Wanda, menyakinkan Anaknya untuk setuju, karena tidak ada pilihan lain. Ini juga sudah kesepakatan dari keluarga Prajana.
"Hm, baiklah Bun. Eca mah mau-mau saja" Pasrah.
"Terima kasih Sayang" Wanda langsung memeluk Anaknya itu dengan cukup erat.
"Iya Bun" Eca mengangguk.
Sungguh di dalam hati Eca belum siap, untuk menikah muda. Apalagi, Eca belum sempat menggapai cita-citanya, dan juga belum puas dengan masa-masa remajanya. Bagi Eca, umur yang masih terbilang muda seharusnya masih ingin bersenang-senang, entah dalam mencari jati diri, kesenangan, mencari uang buat kepuasan diri atau pun, sekedar bermain bersama Teman-temannya. Tetapi, di sisi lain Eca pun tidak ingin mengecewakan Bunda Wanda, dan juga tidak ingin mengecewakan almarhum. Papanya. Pasti Papa juga akan bahagia di sana, saat Anak yang dicintainya akan mau menikah dengan pilihan Papanya.
"Excuse me? Abang ganteng mau masuk" Ucap Gara lagi, sambil menggoda.
"Ganteng otak Lo!" Jawabnya dengan kasar.
"Lo yah, selalu sensitif amat sama Gue, Lo sedang lagi datang bulan?" Ucap Gara.
"Gue cowok anjir."
"Dit, buka pintunya, Gue ada berita penting buat Lo" Ucap Aji, sambil mengetuk pintu kamar Adit.
"Masuk saja anjir, pintu Gue tidak di kunci" Sahut Adit, dengan suara keras.
"Kenapa Lo tidak bilang" Sahut Aji dengan nada kesal.
"Lo yang tidak bilang."
"Dan Lo juga yang ribet." Lanjutnya lagi.
Aji dan Gara pun masuk ke dalam kamar Adit, yang bernuansa hitam putih.
"Penting apa?" Kata Adit dengan ekspresi ingin tahu.
"Loh benaran, percaya sama Olivia sayang sama Lo?" Jawab Aji sambil duduk di tepi ranjang dekat Adit.
"Loh kok? Lo sekarang ikut-ikutan kaya Papi Mami Gue sih" Kata Adit dengan sedikit sinis.
"Bukan begitu, sebenarnya Gue sama Gara, pas saat ke hotel tidak sengaja ketemu sama pacar Lo. Dan lebih parahnya lagi pacar Lo sama cowok lain sambil begini-begini" Aji pun, memperagakan gerakan orang yang sedang bercumbu.
"Serius Lo?" Sambil kepalanya mendekat ke arah Aji.
"Yoi Bro, Kita serius. Cuman, sayangnya Kita lupa ambil momen itu" Potong Gara, sambil mengunyah cemilan milik Adit, yang ada dikamarnya.
*******
Saat Aji dan Gara sudah pulang, tiba-tiba Adit ke pikiran ucapan Aji, tentang pacarnya yang selingkuh sama Cowok lain. Adit pun, mencoba untuk melupakan kata-kata itu. Saat Adit ingin memejamkan matanya, tiba-tiba Hp Adit berbunyi, tanda panggilan telefon masuk.
Drttttt!!!!
"Sayang!" Ucap Wanita itu, dengan suara lantang. Adit pun, segera menjauhi hpnya, karena gendang telinganya yang hampir mau pecah akibat suara wanita itu.
"Bisa tidak sih, kalau telefon tidak usah kageti begitu!" Bentaknya.
"Hehehe maaf" Jawabnya sambil ketawa.
"Kenapa Lo kembali lagi sih ke desa? Gue kan jadi kangen. Padahal, Gue bela-bela in pulang karena ingin ketemu Lo" Lanjutnya lagi.
"Kan kemarin sudah Gue jemput dari bandara, dan ajak Lo ke sini untuk jalan-jalan. Lo bayang in bolak balik dari desa ke Jakarta terus pulang lagi ke sini berapa jam berjam-jam kan?" Jawab Adit sedikit emosi karena, bukanya berterima kasih malah dia yang sewot.
"Tapi kan, harusnya Lo tidak usah ajak Gue ke situlah, kenapa sih Lo betah banget di situ?" Ucapnya penasaran.
"Gue kan masih ada proyek di sini" Jawabnya dengan alasan.
"Oh iya jujur, pas Lo ajak Gue ke situ aku kira tidak ada Cafe ternyata ada, kaget dong Gue, aku kira cuman ada di kota doang."
"Memang, Cafe adanya cuman di kota doang."
"Sudahlah yah, Gue mau tidur ngantuk" Lanjutnya lagi.
Tut tut tut! Suara panggilan terputus.
"Ih nyebelin banget sih, awas saja Lo" Kata Olivia, sambil membanting Hp nya karena emosi.
Setelah itu, Olivia langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan ia ingin rasanya beristirahat. Tetapi saat ingin istirahat, Jons datang ke arah Olivia.
Jons adalah mantan Olivia pada saat itu, tetapi saat Olivia pergi ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya mereka berdua terpaksa putus hubungan. Karena keduanya yang tidak mau LDR, saat Jons sudah lulus sekolah Jons pun langsung melanjutkan kuliahnya ke Amerika dan juga bertemu dengan Olivia. Saat mereka tak sengaja bertemu dengan satu kampus ia pun mulai melanjutkan hubungannya yang sempat kandas itu, di situlah Olivia mulai selingkuh dari sang kekasih yaitu Aditia Prajana.
"Heh kenapa Kamu enak-enakkan tidur" Kata Jons, dari arah pintu menuju tempat tidur.
"Gue capek Jons" Jawab Olivia, sambil memejamkan matanya.
"Tidak, Loh tidak boleh tidur dulu" Katanya, dan Jons pun langsung ikut berbaring di sisi Olivia, sambil membuka kancing baju.
"Kenapa?" Jawabnya, sambil menoleh ke arah Jons yang sedang membuka kancing baju tersebut.
"Buat Gue puas dulu, dan Lo boleh tidur" Ucapnya dengan nada datar dan menatap muka Olivia dengan jarak yang semakin dekat.
"Tidak bisa besok?" Tolak Olivia.
"Tidak! Cepat an!" Jons pun lalu menarik Olivia ke dekapannya, di situlah Olivia menyerah dan terjadilah pertandingan ranjang pun dimulai.

Comentário do Livro (140)

  • avatar
    NajamIndra

    ghd

    28/07

      0
  • avatar
    abiansyah

    bagus

    28/07

      0
  • avatar
    Alamsyahfarid

    aduh jadi bawa perasaan

    07/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes