logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

AKU DI JUAL SUAMIKU di

AKU DI JUAL SUAMIKU di

Sarangheo


Malam Pertama

Ini adalah kisahku, dimana Aku bertahan hanya demi keluargaku, sakit, terluka bahkan terpuruk dengan keadaan sudah biasa. Aku selalu berpegang teguh pada keyakinan ku tidak ada masalah yang datang tanpa adanya penyelesaian. Jangan bilang hariku berganti tanpa adanya airmata yang terbuang sia-sia. Itu salah! Dan di sinilah kisahku dimulai.
Hari itu awan hitam menggantung di langit, hujan turun dengan derasnya mengguyur kota tempat di mana Aku tinggal. Padahal hari itu masih pagi, seingatku baru jam enam. Tapi sejak seminggu yang lalu di sini memang tengah musim penghujan. Ya, bisa di bilang begitu. Aku sangat bahagia hari itu! Karena tak lama lagi statusku berubah, Aku akan menyandang gelar yang tadinya gadis menjadi isteri. 
Bukankah itu impian semua wanita? Dinikahi oleh seorang pria lalu menjalani kehidupan sebagai sepasang suami isteri, hamil, memiliki anak, menjadi ibu dan mulai menghadapi berbagai macam masalah. Ah, itu sudah qodrat dari yang maha Kuasa. Aku yakin semua orang pasti bisa menjalani takdir mereka sendiri. Akan ku ukir hari bersejarah ini dengan ingatanku. Berharap pernikahan ini hanya akan terjadi sekali seumur hidupku. Tapi ini hanya sebagian impianku, sebagai penyandang nama seorang istri, dari seorang laki-laki yang menjadi imamku sebentar lagi
"Tamunya sudah pada nungguin di luar tuh." Ujar Kak Dina kala itu. 
"Ya ampun kenapa Aku jadi ngak pede begini ya? Aku malu dan deg-degkan kak."
Jawabku pelan, sambil terus menatap wajahku di cermin. Polesan itu sungguh menampilkan diriku yang baru.
"Tarik napas tiga kali terus keluarin pelan-pelan!"
"Baik, akan Aku coba!"
Ujarku yang memang selalu ngak pede dalam segala hal. Itulah Aku, bisa di bilang Aku orangnya suka nerves kalau ada apa-apa. Aku cuma gadis berkulit hitam, penampilan ku sederhana bahkan bisa di bilang kampungan dan kurang pergaulan. Dengan pelan ku hirup udara lewat hidung serta ku keluarkan pelan-pelan seperti yang kakak keenam ku bilang. 
Dia menuntun pergelangan tanganku, mengajakku keluar dari kamar untuk memamerkan ratu sehari. Ku lihat memang para tamu undangan sudah berdatangan memenuhi tempat-tempat yang kosong. Tak terasa jarum jam terus bergerak hingga sampai akhirnya waktu yang ditunggu telah tiba yaitu akad nikah.
Oke, setelah menjalani beberapa fase akad nikahpun di nyatakan selesai. Aku sudah menikah! Tak terasa airmataku mengalir sendiri entah itu bisa di bilang karena bahagia atau sedih? Aku juga tak tahu. Aku menikah saat usiaku beranjak 21 tahun dan suamiku lebih muda beberapa bulan dariku. 
Aku tidak mengenalnya, seperti apa dia. Lelaki bertanggung jawab kah? Atau lelaki brengsekkah dia? Kami menikah memang tidak saling kenal, kami di jodohkan. Itupun bukan karena paksaan, yang ku tahu kami saling menerima.
Setelah akad nikah kami bersanding di pelaminan tapi seperti nya banyak tamu yang tidak hadir! Cuaca nya sangat tidak mendukung karena hujan yang turun terus menerus. Singkat cerita hampir banyak makanan yang basi. Suatu pertanda apa itu? 
Ketika malamnya kami mencoba saling mengenal satu sama lain, saling berbicara dan mendekat. Aku ingin langsung tidur saja karena Aku sangat malu kala itu, tentu saja, untuk sebelum nya aku memang tak pernah sedekat ini dengan pria manapun. Aku terlalu takut. 
"Kok diem aja sih? Kenapa?" Tanya nya pelan.
Lelaki berkulit putih itu menatapku, pelan-pelan dia mengambil jemariku, dan ah rasanya semakin tak karuan aku deg degkan! 
"A-apa yang harus ku bicarakan?" Jawabku serak.
"Kitakan baru kenal, kali aja kamu masih penasaran sama Akukan? Kamu bisa bertanya dan anggap mulai malam ini kamu sudah kenal aku lama."
"Ya."
"Kalau begitu biarkan Aku menjalankan tugasku sebagai suami."
"Ma-maksudmu?"
"Kamu pura-pura tidak tahu apa memang polos sih?"
Aku terdiam, ah dia pede sekali sih? Apa jangan-jangan dia memang sudah biasa deketan sama perempuan kayak gini kali ya? Begitu lah pikirku. 
"Bukan saja bajumu dek?" Perintahnya tegas.
Yang langsung membuaku bergidik takut. Apakah secepatnya ini? Dia sudah sangat tidak sabaran ingin mencicipi tubuhku, ya walaupun kami sudah menikah dan itu halal-halal saja.
"Kalau Adek malu untuk membukanya sendiri, Abang bisa melakukannya untuk Adek."
Cih! Panggilannya sekarang bukan lagi kamu aku tapi adek abang. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. 
"Gimana dek?"
"Ya udah Aku bisa sendiri kok bang." Sahutku. 
Dia hanya tersenyum tipis dengan kedua alisnya yang tebal mengkerut sedikit. Aku menuruti perintahnya, pelan-pelan ku buka kancing baju tidurku dan dalam beberapa detik bagian atas dadaku sudah polos, sehingga menampakkan setiap sudut lekuk tubuhku bagian atas.
Dia masih tersenyum, memperhatikan tubuhku yang polos itu. Aku jadi tidak enak hati dan segera menutupi dadaku. 
"Kenapa di tutup Dek? Abang ini suami kamu jadi Abang boleh ngeliat semuanya tanpa terkecuali." 
"Tapi..."
"Sstt!"
Bang Awan segera menepikan kedua tanganku, kini tangan dialah yang menutupi dadaku. Dekapan itu terasa hangat, perlahan dia mengelusnya pelan. Refleks ku gigit bibirku sendiri. 
Dan sekarang wajah dialah yang mendekat, tanpa basa basi bang Awan langsung melumat bibirku. Tubuhku menegang sejenak tapi Aku berusaha mengendalikan nya, ku terima saja kecupan itu walaupun kaku, sebenarnya Aku juga belum pernah berciuman dengan pria manapun. Wajar saja kan? Ciuman itu masih kaku.

Comentário do Livro (105)

  • avatar
    SalsabilaSarah

    keren

    01/07

      0
  • avatar
    Ana Ardiana

    bagus

    30/06

      0
  • avatar
    dethiaaa

    wah keren

    29/06

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes