logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Pergi Bersama

Semakin tatapan tersebut Iren tujukan pada pria tampan yang sslalu menatap dengan senyuman ke arahnya itu, kepala Iren semakin berat.
Tidak tahu kenapa, tetapi jika Iren memaksakan diri untuk mengenal Malik lebih jauh, mengetahui tentang hidupnya lebih jauh, ia selalu menjelma seperti seseorang yang kehabisan tenaga.
Ah, ya. Perlu di ketahui bahwa sebenarnya Iren begitu jarang memimpikan teman atau seseorang yang kenal dengannya jika bukan untuk hal-hal besar yang patut Iren bantu dan selamatkan.
Berbeda dengan pria ini. Ia selalu muncul dalam tiap mimpi Iren. Di tiap keadaan, entah ketika kesulitan, atau berdiam sendirian.
Menanggapi kalimat syukur yang sebelumnya Malik lontarkan untuknya tersebut, Iren berkata dengan tersenyum, “Lebay, lo! Kenapa juga kalau lo sendirian di sini? Takut di culik?” penuturan yang lebih terkesan candaan belaka itu membantu Iren mengusir kecanggungan diantara mereka.
Malik yang mendapati Iren yang mulai merasa nyaman dengan kehadirannya justru membalas godaan yang diberikan gadis itu dengan balik melantur.
“Tapi bisa aja, lho, Ire. Gimana kalau tiba-tiba bukan lo tapi justru ada tante-tante yang datang kemari dan liat gua sendirian? Terus gua diculik dan dijual? Ih —”
“Apasih?” Iren terkekeh pelan. Malik dan ketidakjelasannya sungguh melebihi Iren dan keanehannya. Berbicara dengan Malik membuat desir hangat tiba-tibanya saja merambah ke hati gadis manis tersebut.
“Udah, gapapa. Anggep aja lo beruntung ketemu gue di sini. Dan berhenti menghayal hal-hal konyol kaya tadi.” Iren memeriksa jam di tangannya.
“Jadi ... mau nunggu dapat solusi agar sepedah lo bener dulu atau milih berangkat bareng gue?” ujarnya dengan memberikan pilihan. Mata indahnya beradu dengan mata tegas milik Malik.
Mendengar tawaran itu membuat Malik sukses menghentikan tawanya, “Apa, Ire? Lo bilang apa tadi?” pria itu mengoreksi, “Lo bilang gua boleh berangkat bareng lo?” ia mengulang penuturan Iren seolah memastikan. Bahwa apa yang didengarnya bukan sebuah hayalan.
Iren menatap ke arah lain, seketika berubah seperti acuh dan tak peduli saat Malik memintanya mengulangi pilihan yang ia berikan.
“Tapi kalau lo gak mau ya gapapa, sih. Lo harus jalan sekitar kurang lebih satu kilometer sebelum temu jalan raya sambil nenteng sepedah lo ini. Baru ntar cari angkutan umum untuk lanjut ke kampus.” terangnya menambahi sebuah penjelaskan mengenai apa yang harus Malik lewati hari ini.
Membayangkannya saja sudah membuat Malik mual. Pria itu meneguk savilanya, tenggorokannya terasa kering.
Haruskah ia melakukan serentetan hal yang Iren katakan padanya pagi ini? Malik melirik jam tangannya yang menujukkan pukul 8:15.
Oke, baguslah, hanya tersisa 15 menit lagi untuknya berjalan kaki sejauh itu.
Tak ada pilihan, ia mau tak mau memilih berangkat bersama.
Setidaknya itu yang ingin ia tunjukkan pada Iren bahwa ia mau tak mau pergi ke kampus bersama teman sekelasnya itu.
Karena jika Iren sampai tahu bahwa ia tlah lama menentukan pilihan yang tentu saja ingin sekali mengiyakan perkataan gadis tersebut, apa tidak terlalu naif, jatuhnya?
Baiklah, sudahi semua keterlambatan dan segera putuskan, “Oke Ire, karena gak ada pilihan lain yang lebih baik selain pilihan kedua, gua bareng lo ya?” putusnya, yang membuat Iren kembali tertawa renyah.
“Terserah lo.” komentarnya kemudian, mendapat senyuman polos Malik yang menggemasakan.
“Jalan kaki gak mungkin dan yang paling penting lo ada di sini. Jadi, gua gak bisa nolak berkah pagi-pagi. Yuk!” berbeda dengan perkataannya yang mengatakan bahwa ‘tidak ada pilihan lain’ sesaat yang lalu, kini Malik justru terlihat bersemangat sekali, “Ayo, keburu terlambat nanti!”
Saat Malik menaiki sepedahnya, jantung Iren berdetak lebih kencang dari biasa. Entah apa yang terjadi, ia tak pernah mengalami hal yang seperti ini. Takdir?
Takdir yang seperti apa yang akan mengahampiri hidupnya. Akankah apa yang mungkin menimpa Iren setelah memutuskan untuk mengambil jalan dimana ia akan mengenal seorang Radeon Malik Naviendra adalah pilihan yang terbaik?
“Lho, lo kok di belakang?” merasa ada yang tidak beres, dengan terbata Iren bertanya, melirik pria yang memegang pundaknya, “Ini masa gue yang bawa sepedahnya, Tuan Malik Naviendra?!” cicit Iren, menyinggung.
Malik yang menyadari tentang kesalahannya hanya tersenyum ke arah gadis yang berjarak hanya beberapa senti darinya, “Ohiya, sorry ... Sorry. Sini, gua aja yang bawa.” ujarnya diselingi senyuman.
Iren menyedingkan bahu dan menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. kemudian mereka turun dan bertukar posisi. Iren memutuskan untuk duduk menyamping agar lebih mudah. Dengan ragu, gadis itu meraih tas milik Malik dan memegangnya dengan erat.
“Pegangan yang kuat, Ire! Gua bakal bawa sepeda ini terbang sekuat-kuatnya.” sebuah informasi singkat itu Malik katakan dengan senyuman yang semakin mengembang, “Yuhu, kita berangkat!” teriak Malik sembari mulai mengayuh sepedah yang ia kemudikan.
Selama di perjalanan, yang Iren lakukan hanya diam. Ia tak mampu bicara apapun dan mengomentari apa yang tengah terjadi. Gadis itu bisa mencium aroma mint yang begitu khas di dekat Malik. Membuat napasnya tertahan dan hatinya menghangat.
Jarak mereka ... Jarak mereka terlalu dekat saat ini. Itu yang membuatnya merasa gugup.
Beberapa bulan mengenal pria itu bisa Iren katakan Malik adalah orang yang menyenangkan. Ia lucu, lugu, dan bisa berubah menjadi tegas bijaksana dalam satu waktu jika diperlukan. Jarang bicara tapi senang bicara dengan seorang Eirenquallina.
Di kampus mereka, bukan sedikit yang mengidolakan pria yang menyukai pakaian hitam atau sesuatu yang berhubungan dengan warna hitam tersebut. Walau tertutup, bisa dikatakan Malik menjadi bintang, Iren mengetahuinya. Banyak yang membicarakan pria itu secara diam-diam jika sekumpulan mahasiswi tlah bercerita.
Tapi tetap, sikapnya yang terbilang tak pernah memerdulikan apapun membuatnya hanya bersikap biasa. Ya, biasa saja. Seperti teman kuliah lainnya.
Setidaknya untuk waktu yang tlah berlalu, itulah yang ia rasakan. Gadis yang memiliki mata indah dan nama yang cantik itu takkan pernah tau dan menyadari, bahwa kedepannya nanti, perasaan tersebut akan berubah jauh berbeda dan menghadirkan hal lain dalam hidupnya.
Akan ada lebih banyak cerita diantara mereka berdua. Tentang suka dan duka yang akan dilewati bersama. Tentang tangis dan haru. Tentang perjalanan luar biasa yang menunggu mereka untuk dihadapi bersama.
Kisahnya baru saja dimulai. Iren dan Malik, dua orang asing yang akan lebih sering dipersatukan oleh waktu dan kesempatan itu adalah tokoh utama yang akan mewarnai cerita.
Dengan perasaan cinta, kasih, persahabatan, yang tak sama pada orang-orang pada umumnya. Cerita berbeda, yang melahirkan begitu banyak hal baru, kejutan baru, dan kehidupan yang baru pula.

Comentário do Livro (320)

  • avatar
    ForusKristo

    cerita dari novel ini menarik dan dapat memberikan kita pelatihan dalam penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan kalimat. sehingga kita dapat menjadi fase dalam penggunaan kalimat yang baik.

    06/01/2022

      0
  • avatar
    Hemik Radjawane Verhagen

    cerita nya bagus sekali

    12d

      0
  • avatar

    cerita yg sangat unik,seru untuk dibaca👍🏻

    14/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes