logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 8 Calon mantu papa

"Nak bangun, kamu janjian CFD sama Riko kok masih tidur sih, ayok bangun itu Riko nunggu di depan," ujar ibu menarik selimut Feby.
"Aduh, masih ngantuk banget bu," uajr Feby.
"Ya udah ibu suruh Riko pulang lagi kalo gitu," ujar ibu.
"Eh iya iya nggak, Feby bangun sekarang," Feby beranjak dari kasurnya.
Setelah mencuci muka dan berganti pakaian Feby keluar menemui Riko. Terlihat Riko sudah menunggunya di depan gerbang.
"Heh penyedap rasa, gak kira-kira jemput subuh-subuh gini," omel Feby.
"Hah penyedap rasa?" Riko bingung.
"Iya itu MSG buat masak," ujar Feby.
"Itu Royko munaroh, untung sayang," Riko melirik sinis.
"Lagian janjian jam enam, ini masih gelap udah ke sini aja," omel Feby kembali.
"Abang mau ngajak eneng makan bubur favorit abanh yang deket pertigaan jalan deket sekolah itu, yuk ah keburu penuh," ajak Riko memberikan helmnya.
Dengan malas Feby pun menuruti apa kata Riko. Ia yang masih setengah ngantuk pun menyandarkan kepalanya di pundak Riko. Tak sampai sepuluh menit akhirnya mereka sampai di tempat bubur ayam langganan Riko.
"Bi bangun dah sampe," Riko mencopotkan helm Feby.
"Hmmm," Feby hanya bedehem mengikuti Riko.
"Mang bubur spesial dua ya, yang satu nggak pake kacang, makan di sini," ujar Riko.
"Siap bos," jawab tukang bubur.
"Kok kmu tau aku nggak suka kacang?" Feby menatap Riko yang duduk tepat di sebrangnya.
"Abang tau semua tentang kamu, bahkan abang juga tau apa yang lagi kamu pake," Riko tertawa menggoda.
Seketika Feby menyilangkan tangannya di depan dada. Ia melotot ke arah Riko di iringi gumaman Feby.
"Dua bubur spesial yang satu tanpa kacang," ujar tukang bubur.
"Makasih mang," ucap Riko dan Feby serentak.
"Launchingan baru nih bro," ujar tukang bubur melirik ke arah Feby.
"Calon ini bro, doakan taun depan lancar ya," jawab Riko.
"Amin, stand bubur wajib di ketringan ya bro," ujar tukang bubur.
"Beres bro," jawab Riko.
Feby hanya tersipu malu mendengar ucapan Riko. Di benaknya Riko hanyalah bercanda tentang rencana menikahinya, namun tak dapat di pungkiri jika ia sangat bahagia dengan sikap Riko.
Selesai sarapan pagi itu mereka melanjutkan untuk berjalan ke tempat Car Free Day yang tak jauh dari sana. Sesekali Feby mengajak Riko mampir ke stand makanan untuk membeli dagangannya. Rasa kantuk yang sedari pagi menggelayuti mata Feby pun sudah hilang.
"Eh bi bi, ada akustikan itu di sana rame, liat yuk," ajak Riko menunjuk ke sebuah kerumunan.
Feby berlari kecil mengikuti Riko dari belakang. Riko yang bertubuh tinggi sangat mudah melihat apa yang sedang terjadi di sana. Sedangkan Feby yang berusaha berjinjit-jinjit pun tetap tak bisa melihatnya.
"Ihh beb, nggak kelihatan sama sekali duh," Feby berusaha mencari celah di antara kerumunan.
"Zainudin," gumam Riko ketika melihat salah satu personil itu ternyata Zaidan.
Feby yang berusaha membelah kerumunan akhirnya dengan susah payah dapat menerobos ke arah depan.
"Bi, nggak rame ah kita jalan lagi yuk," Riko menggenggam tangan Feby.
Zaidab yang telah melihat Feby di depannya seketika memanggilnya untuk menjadi vokalis dadakan saat itu.
"Feby, sini," teriak Zaidan.
"Kak Zaidan," jawab Feby.
"Kita butuh vokalis dadakan nih, acara charity buat anak yatim, kamu mau kan nyumbang lagu?" tanya Zaidan yang menghampiri Feby.
"Nggak kita udah mau pulang, ayok bi," Riko berusaha menarik Feby.
"Boleh kak," jawab Feby melepas genggaman tangan Riko.
"Bi," Riko menatap Feby.
"Beb, ini buat amal nggak apa-apa kan satu lagu, please," ujar Feby menatap Riko.
Riko hanya terdiam melihat antusias Feby. Zaidan memberikan arahan pada Feby untuk mengambil nada. Saat itu Feby menyanyikan lagu belum siap kehilangan. Zaidan yang memainkan gitarnya sangat selaras dengan dua temannya yang memainkan cajon. Suara merdu Feby membuat banyak orang di sana terhanyut dalam melodinya.
"Lagu macam apa ini," gumam Riko.
Zaidan yang tak mengedipkan mata sedikitpun menatap Feby membuat Riko terbakar cemburu. Terlihat jelas dari tatapan Zaidan yang penuh harap pada sosok Feby di sampingnya.
Gemuruh tepuk tangan para penonton membuat Feby merasa berhasil menyanyikan lagu sendu itu. Tak sedikit pula orang memberikan sumbangan pada kotak yang bertuliskan charity di depan mereka.
"Wah keren banget Feb, pikirin lagi ya tawaran kita," ujar Zaidan.
"Aku cuman nyumbang lagu aja kok ka, kebetulan lagi lewat juga," jawab Feby tersenyum.
"Udah ini pas banget buat vokalis kita bro," ucap teman Zaidan.
"Bi, udah selesai kan, yuk," Riko menggenggam tangan Feby.
"Kak kita pergi dulu ya," ucap Feby berlalu bersama Riko.
Genggaman tangan Riko yang tak seperti biasanya membuat Feby sedikit memekik kesakitan.
"Beb sakit, apaan sih kamu," Feby berusaha melepas tangan Riko.
"Udah siang nih yuk balik," Riko menggenggam tangan Feby.
"Ya tapi nggak usah kenceng-kenceng megangnya, emang aku buronan apa," jawab Feby.
"Aku cemburu bi, udah kan ngerti harus gimana?" Riko berjalan mendahului Feby.
Feby yang paham akan sifat pacarnya itu pun hanya tersenyum manis mengikuti Riko. Sesampainya di parkiran Riko tak banya bicara dan memberikan helm pada Feby. Feby pun menyilangkan tangannya ke belakang berharap Riko memasangkan helmnya.
"Ini pake," Riko masih menyodorkan helm.
"E..hmmm," Feby tetap diam.
Riko pun mengerti dan segera memasangkan helm untuk Feby. Sikap cemburu Riko di anggap Feby sebagai hal yang lucu. Pasalnya cemburu Riko sangat menggemaskan dengan wajah yang datarnya. Saking asyiknya Feby memeluk dan tersenyum manja pada Riko, ia tak menyadari jika Riko membawanya ke rumah Riko.
"Turun dah sampe," ujar Riko.
"Loh kamu salah rumah sayang, ini bukan rumahku, yuk jalan lagi," ujar Feby yang masih memeluk Riko.
"Ya siapa bilang ini rumah kamu," ucap Riko.
Papa Riko yang saat itu sedang berada di teras melihat Feby yang masih memeluk Riko manja pun hanya bisa tersenyum. Seolah mengerti akan privasi anak muda zaman sekarang.
"Ko, ajak masuk dong," ujar papa yang masih tersenyum.
"Lah itu siapa beb," Feby melirik ke arah papa.
"Papaku," jawab Riko.
"Otoke," Feby sontak melepaskan pelukannya pada Riko.
Feby yang menahan rasa malunya pun segera turun dari motor Riko dan mengikutinya dari belakang.
"Beb, kok kamu nggak bilang ngajak ke rumahmu, mana aku pake baju joging gini duh," bisik Feby.
"Alah nggak usah jaim, ayok masuk," ajak Riko.
Canggung seketika menyelimuti Feby yang berjalan kaku menuju rumah Riko. Di salaminya papa Riko dengan tangan berkeringat dingin.
"Halo om," ujar Feby.
"Masuk masuk," jawab Papa.
Langkah kaki Feby bak robot buatan jepang, kaku dan canggung. Setelah duduk di ruang tamu, bi Irah membawakan segelas es sirup yang sangat menggoda.
"Di minum non," ujar bibi.
"Ma..kasih bi," jawab Feby.
"Jadi ini teman spesialnya Riko ya?" tanya papa.
"Uhukkk..." Feby tersedak seketika saat ia sedang minum.
Riko yang keluar dari kamarnya dengan baju dan celana yang sudah berbeda, hanya terkekeh melihat kegugupan Feby.
"Santai aja bi, papaku asik kok orangnya," Riko duduk di sebelah Feby.
"Hahaha, meskipun Riko itu playboy amatir, tapi baru kali ini dia berani bawa cewek loh ke rumah," ujar papa.
"Pah, jangan mulai deh," jawab Riko yang sibuk memindahkan chanel tv di depannya.
"Oh gitu ya om, cemen berati dia ya, padahal gebetannya buanyak loh om di sekolah," timpal Feby.
"Ya begitulah, jago kandang aja dia mah," jawab papa.
"Bi, laper nggak, kita bikin spageti yuk," ajak Riko.
"Udah kamu bikin sendiri sana ada bi Irah di belakang, papa masih mau ngobrol sama calon mantu papa," ujar papa.
"Iya iya,"
Riko pun berlalu menuju dapur untuk memasak spageti. Feby memperhatikan foto-foto yang terpajang di dinding ruang tamu yang semuanya hanya foto Riko dan papanya.
"Riko nggak punya kakak atau adik ya om?" tanya Feby.
"Enggak, dia anak tunggal, makanya egoisnya tinggi," jawab papa.
"Oh pantesan, emang iya sih," ujar Feby membenarkan.
"Kamu yang kuat ya hadapin dia, meski gitu dia itu penyayang, hatinya lembut," ucap papa dengan tatapan berbinar.
"Siap om serahkan pada Feby," jawab Feby dengan senyuman.
"Papa nitip Riko ya bi, jagain dia, apa pun yang terjadi tolong jangan tinggalin Riko," papa menatap Feby penuh harapan.
"Iya om, Feby akan jaga titipan om, pokoknya kalo Riko nackal Feby tau harus apa kok om, hehehe," jawab Feby dengan tawa.

Comentário do Livro (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes