logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 6 Menahan cemburu

"Syelamat pagi dunia," sapaan Riko pagi hari di ruang tamu.
"Wedeh happy bener roman-romannya nih, abis dapet lotre ya?" tanya papa.
"Ish papa ni, Riko sedang berbahagia karena bunga melati yang sempat layu akhirnya mekar kembali, hahh," Riko menarik napas.
"Kapan bunga melatinya di bawa ke sini, papa mau lihat seberapa cantiknya sampe bikin galau anak papa," ledek papa.
"Secepatnya ya pa, berangkat dulu ya pa keburu telat menjemput sang bunga nih," Riko berlalu.
"Nggak sarapan dulu?" tanya papa mengikuti Riko.
"Enggak pa, ntar di sekul aja assalamualaikum, bye sugar daddy," ledek Riko sembari menancapkan gas motornya.
"Walaikumsalam," jawab papa.
Sementara itu Feby yang juga tengah bersiap-siap di rumah menunggu Riko.
"Yah, mm kan Riko sekarang jemput Feby terus, jadi mang Ujang masih tetep nganterin Feby nggak?" tanya Feby.
"Ayah udah ngomong ke mang Ujang semalem di pos ronda, jadi mulai sekarang kamu nggak di anter mang Ujang lagi, ayah bilang Feby udah ada pacarnya yang anter jemput haha," jawab ayah.
"Ish ayah malu kan, jadi bahan gosip bapack bapack ntar," ujar Feby memanyunkan bibirnya.
"Lagian kamu duluan yang diem-diem di anter jemput Riko tapi nggak bilang ke ayah, akhirnya semalem mang Ujang cerita kalo ternyata selama ini kamu di anter cuman sampe ujung jalan kan? dasar anak ayah ini," ayah mencubit pipi Feby.
"Aw aw aw, sakit,"
"Assalamualaikum, biii Febyyy," ucap Riko dari luar rumah.
"Tuh bebebnya dah dateng," ledek ayah.
"Ayah jangan ledekin anaknya terus tuh mukanya udah kek kepiting rebuh hihihi," timpal ibu.
"Udah ah berangkat dulu ya, assalamualikum," ucap Feby mencium tangan ayah dan ibunya.
Feby pun bergegas keluar rumah, dan di lihatnya Riko yang sumringah di depan gerbang rumah Feby.
"Nona manis, abang siap mengantarmu ke meana pun, Riko memberikan helm.
"Ko, hati-hati ya jangan ngebut," ujar ayah dari teras rumah.
"Siap om pengawalan RI 1," jawab Riko.
Berangkatlah Riko dan Feby pagi itu dengan suasana hati yang bahagia. Kini Riko sepenuhnya bisa mengambil hati Feby berikut keluarganya. Sebagai anak semata wayang, Riko dan Feby pun memiliki ego yang tinggi. Namun karena hubungan mereka yang baru saja di mulai, semua masalah yang mereka hadapi pun bisa di lalui dengan mudah.
Lima belas menit kemudian, motor Riko terparkir di ujung parkiran sekolah.
"Bi, hari ini latihan lsgi ya pulang sekolah?" tanya Riko.
"Iya, hmm sebenernya masih parno gara-gara kemarin, tapi ya mau gimana lagi, aku udah nge iyain," jawab Feby.
"Waduh, iya aku juga ada ekskul renang hari ini, ntar kita ketemu di kolam kalo kamu beres duluan ya, ato aku samperin kamu kalo aku beres duluan," ujar Riko.
"Siap bos," Feby memberikan hormat.
Mereka pun bergegas masuk ke kelas. Pelajaran pagi itu terasa sangat cepat berlalu, mungkin karena suasana hati Riko yang bahagia, maka mood untuk belajar pun ikut meningkat.
Tak terasa bel pergantian jam berbunyi, sesekali Riko menggoda Feby dengan kejailannya. Bel istirahatpun terdengar, Riko yang menghampiri Feby mengajaknya untuk ke kantin.
"Bi, mau ke kantin?" Riko mengulurkan tangannya.
"Nih," Feby mengeluarkan bekalnya.
"Yaahhh makan rumput lagi," ujar Riko lemas.
"Untuk hari ini bukan rumput kok," Feby membuka kotak bekalnya.
"OMG nasyi goyeng," Riko mengambil bangku dan duduk di sebrang Feby.
Riko melahap suapan pertamanya dan lidahnya tak merasakan nasi goreng sepeti umumnya.
"Mmhh, bi, agak gurih ya, tapi nggak ada asinnya, tapi mm enak lah," ucap Riko.
"Iya lah, kan no MSG, gorengnya pake butter, terus telornya juga no MSG, tetep sehat dong, ayok makan lagi," ujar Feby.
"Mmhh, iyah ya sehat," ujar Riko.
Riko pun mau tak mau menghabiskan bekal nasi goreng yang sudah di siapkan oleh Feby. Setelah kenyang, Riko kembali ke tempat duduknya untuk melanjutkan pelajaran berikutnya.
Sepanjang pelajaran terakhir itu, Riko di landa kantuk yang teramat. Mungkin karena efek nasi goreng Feby, ia pun tertidur di bangkunya.
"Bebb, bangun,"
"Mmhhh, hhuuaahh, aku di mana ini? hah aku di surga ya? kok ada bidadari di sini," Riko menatap Feby dengan kesadaran yang belum sepenuhnya.
"Ih katanya mau ekskul, ayok ini dah balik malah tidur kamu," Feby menarik lengan Riko.
Mereka pun berpisah sore itu, Feby menuju ke aula dan Riko ke kolam renang. Karena giliran tampil Feby di akhir latihan, mak ia hanya duduk di tribun aula dengan berlatih membawakan puisinya. Meskipun hanya latihan, namun tak bisa di pungkiri jika Feby begitu gugup.
Zaidan seorang mantan ketua OSIS periode tahun lalu pun hadir di tiap latihan. Feby tak sadar jika Zaidan selalu mencuri pandang padanya. Terlebih saat Feby membawakan puisi ketika latihan. Sosoknya menghipnotis Zaidan seketika.
"Eh mi mi, bentar," ucap Zaidan menghentikan Ana yang tengah mondar-mandir mengurusi latihan.
"Eh iya ka Zai kenapa?" tanya Ana.
"Ehm, mau nanya itu yang bawain musikalisasi puisi siapa ya?" tanya Zaidan.
"Oh itu Feby anak sebelas IPA satu ka, kenapa emangnya? nggak cocok ya ka, apa mau kita ganti?" tanya Ana.
"Eh enggak enggak, bagus kok cocok banget sama dia, oke lanjutin latihannya ya," jawab Zaidan.
"Oh oke ka," Ana berlalu.
Sore pun berlalu bersamaan Riko yang telah selesai dengan ekskul renangnya. Di lihatnya tak ada Feby yang menghampirinya ke kolam renang, maka ia putuskan menjemput Feby di aula.
Langkah Riko menyusuri tiap lorong kelas sangat percaya diri. Ia bersemangat menjemput kekasih hatinya yang ia cintai. Setibanya di depan aula, Riko menghentikan langkahnya kala melihat Feby tengah berbincang bersama Zaidan.
"Eh Feby ya?" tanya Zaidan.
"Iya ka," jawab Feby.
"Kenalin aku Zaidan mantan ketua OSIS periode tahun kemaren," ujar Zaidan mengulurkan tangan.
"Oh iya tau ka, ada apa ya," Feby menyalami.
"Kamu bagus banget suaranya, mm aku mau nawarin kamu gabung di band akustik aku, ya kita sering manggung di kafe sih, cuman vokalisnya sukarela pengunjung kafe, nah kebetulan suara kayak kamu yang kita cari, kira-kira kamu minat nggak?" tanya Zaidan.
"Oh, mm aku pikir-pikir dulu ya ka," jawab Feby.
"Oke deh, tapi kalo minat langsung hubungi kakak ya," ujar Zaidan.
"Iya kak, aku pulang duluan ya," jawab Feby.
"Mau di anterin?" tanya Zaidan.
"Oh nggak usah aku udah ada yang jemput, mari ka," ujar Feby berlalu meninggalkan Zaidan.
Riko yang melihat pemandangan itu pun merasakan rasa cemburu yang teramat. Namun ia teringat kembali akan janjinya pada Feby jika ia tak akan terlalu posesif padanya.
Melihat Feby berjalan ke arahnya, sontak Riko pun memasang wajah yang gembira.
"Lama nunggunya?" tanya Feby.
"Hai bi, enggak kok buat kamu jangankan nunggu kamu latihan, nunggu kamu ngambil kitab suci ke barat pun aku rela," jawab Riko merangkul Feby.
"Dasar sungokong," Feby mencubit lengan Riko.
Riko sempat bertatap mata dengan Zaidan sebelum ia pergi. Terlihat sekali dari sorot matanya yang sangat tidak bersahabat melihat Zaidan. Namun Zaidan hanya tersenyum simpul padanya.
"Bi," ucap Riko yang berjalan di samping Feby.
"Iya abang Riko," jawab Feby.
"Tadi si Zainudin ngapain?" tanya Riko malas.
"Zainudin siapa?" Feby bingung.
"Mantan ketos itu, tadi dia ngobrol apa?" tanya Riko kembali.
"Ohhh itu mah kak Zaidan bukan Zainudin, cuman ngobrol biasa aja, dia nawarin aku buat gabung di grup band akustiknya," jawab Feby.
"Halah modus itu, nggak usah gabung," ujar Riko.
"Lagian aku juga belum jawab iya, kamu cemburu ya, hmm ngaku," Feby mencubit pipi Riko.
"Kamu tau nggak kalo Dilan itu salah," ucap Riko yang telah sampai di parkiran.
"Salahnya?" tanya Feby.
"Yang berat itu bukan nahan rindu, tapi nahan buat nggak cemburu," jawab Riko memasangkan helm pada Feby.
"Aaaaa co cwitttt," Feby memanyunkan bibirnya.
Riko pun seperti biasa mengantarkan Feby pulang ke rumahnya. Di temani rintik hujan senja itu terasa sangat bahagia berasamaan dengan pelukan kekasihnya.

Comentário do Livro (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes