logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 5 Riko jantan

Kala bertemu kita masih malu-malu
Saat bercanda, tawa pun enggan hilang dari sana
Di sini kita menemukan bahagia, canda tawa hingga cinta
Kawan, jangan berpamitan
Pisah ini hanya sekedar jarak untuk kita masing-masing menemukan jalan
Teruslah berjalan dan ingat jangan lupakan kenangan
Gemuruh tepuk tangan memenuhi seluruh aula. Feby membuat beberapa temannya menitikkan air mata. Puisinya tak pernah gagal mengaduk perasaan tiap pendengarnya.
"Feb kamu hebat, nggak salah aku pilih kamu," ujar Ana.
"Duh tapi aku malu banget kalo di depan banyak orang nanti," ucap Feby.
"Alah udah anggep aja yang nonton rumput bergoyang, ya udah kita kumpul dulu yuk," ujar Ana.
"Oke guys, latihan hari ini cukup dulu ya, kita lanjut besok ya, see you guys," ucap Yogi ketua OSIS.
Hari pun sudah menunjukkan senjanya. Feby bersiap untuk segera pulang mengistirahatkan badan lelahnya. Ketika berjalan menuju parkiran sekolah, ia melihat vespa biru milik Riko masih terparkir di sana.
"Astaga Riko lupa,"
Feby yang menyadari masih meninggalkan Riko di tribun kolam renang, secepat kilat berlari menemuinya.
"Hhuuaahhh, dingin banget sih mmhh," Riko terbangun di kursi tribun.
Ia mengucek matanya dan menyadarkan diri seketika.
"Lah udah gelap aja, lah ini di mana?" Riko bingung terbangun di sana.
"Rikoooo,"
Feby berdiri di ujung kolam dengan rambut terurainya. Bayangan Feby terlihat menyeramkan dari kejauhan. Wajahnya tak nampak jelas karena lampu tak tersorot padanya.
"Allahuakbar, allahula illaha..ha..ha..,"
Riko bak melihat penampakan petang itu. Suaranya enggan keluar hingga ia memejamkan mata.
"Heh, ini aku Feby," Feby menepuk bahu Riko.
"Astaga, huuhhh huhh hahh,"
"Cemen banget cowok takut sama hantu, ayok pulang aku udah beres latihan ni, maaf ya tadi nggak bangunin soalnya kamu ngorok nyenyaj banget ya udah aku tinggal," ujar Feby.
"Besok-besok musti bekel selimut sama bantal ini mah," gerutu Riko.
Mereka berjalan menyusuri tribun dan kolam renang untuk menuju ke parkiran. Lorong kelas yang sunyi sepi pun menambah ketakutan Riko saat itu.
Fiiuuhhh
"Aaa bii," Riko bersembunyi di balik tubuh Feby.
"Kenapa sih,"
"Ad..da yang niup kupingku," ujar Riko semakin ketakutan.
"Baru di tiup belum di emut," jawab Feby menakuti.
"Anjim aaaa cepetan yuk jalannya," ucap Riko yang masih memegangi Feby dari belakang.
Munculah ide Feby untuk mengerjai pacarnya itu.
"Eh tapi emang bener sih kalo di sekolah ini tuh angker, ada cewek yang suka ngikutin kita kalo kita pulang kemaleman loh, ntar dia minta gendong,"
Braaakkk
Suara hentakan kaki Feby.
"Mamaaaaaa,"
Riko berlari sekencang mungkin meninggalkan Feby.
"Ahahahahaha, cemen banget si Riko, hahah," tawa Feby.
Ffiiuuuhh
Terasa ada yang meniup leher Feby. Feby pun sedikit merinding kala itu. Ia bergidik menatap sekitar lorong kelas yang sunyi.
"Neng, masih di sekolah jam segini,"
"Aaaaaaaa,"
Feby berlari tanpa menoleh ke belakang.
"Loh malah lari," ucap penjaga sekolah.
Sampailah Feby di parkiran dengan terengah-engah. Di lihatnya Riko masih setia menunggu di atas vespanya.
"Haahh hahh hahh, Ko ayok cepet pulang udah ngga lucu ini," ujar Feby.
"Kok kamu ketakutan gitu sih," Riko heran.
"Udah cepetan nggak usah banyak nanya," Feby segera memakai helm.
Sepanjang perjalanan pulang Feby hanya diam dan sesekali meremas jaket hitam Riko. Tangannya berkeringat hingga sedikit gemetar.
"Bii kamu nggak lagi kena sawan kan?" tanya Riko.
"Eng..nggak, aku cuman kecapekan aja," jawab Feby.
Tidak berselang lama Riko membelokkan vespanya ke sebuah warung bakso langganannya.
"Loh kok ke sini," ujar Feby.
"Kita makan dulu, ntar kamu pingsan di jalan yang repot siapa?" Riko memegang tangan Feby yang masih gemetar.
"Ini aku bukan la..per," sangkal Feby.
"Mang bakso biasa yah dua, makan di sini mang," pesan Riko.
Riko dan Feby duduk bersebrangan. Riko memerhatikan Feby yang masih gemetar dan sedikit menitikkan keringat di dahinya.
"Bi, kan aku yang ketakutan kok kamu yang keringetan gini sih," Riko mengusap keringat Feby dengan tisu.
"Aku cuman kecapekan aja kok, serius," ucap Feby.
"Iya udah iya, sekarang kita makan bakso dulu baru pulang yah," Riko tersenyum.
Setelah menghabiskan baksonya Feby mulai lebih tenang. Riko pun kembali menanyakan keadaannya, pasalnya setelah kejadian di sekolah tadi ia jadi sangat diam.
"Biii, kamu kok diem aja sih, cerita dong," Riko menyilangkan tangannya di atas meja.
"Ini kan udah nggak di sekolah kok kamu masih panggil bi sih," jawab Feby.
"Kan biar tetep romantis di sekolah bi artinya Feby, di luar bi artinya bebi unch," Riko memonyongkan bibirnya.
"Hhhaaahh,, aku tuh tadi denger suara di lorong sekolah, dia bilang gini neng masih di sekolah jam segini, huaahh serem banget pokoknya," Feby mengusap wajahnya.
'Waduh, gimana besok kalo pulang malem ini, aku nunggu kamu di mana?" tanya Riko sedikit takut.
"Pos satpam aja beb," jawab Feby.
Setelah percakapan itu Riko pun mengantarkan Feby untuk pulang. Mengingat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Jalanan menuju Rumah Feby memang terbilang sepi. Tibalah Riko di ujung jalan rumahnya.
"Bi udah sampe ini, kamu nggak mau turun?" tanya Riko.
"Mm, ngeri jalan sendiri, turunin aku deket rumah aja beb," Feby mencengkeram jaket Riko kembali.
"Nggak apa-apa emangnya," Riko memastikan.
"Udah aman lah, gas," jawab Feby.
Riko pun melajukkan vespanya hingga hampir tepat di depan rumah Feby. Terlihat ayah Feby yang tengah duduk di teras sembari meminum kopi.
"Udah di sini aja," ujar Feby.
"Eh baru pulang, temennya di suruh masuk dulu nak," ayah Feby menghampiri ke depan gerbang rumah.
"Eh malam om," sapa Riko.
"Enggak yah temen Feby buru-buru soalnya udah malem, iya kan?" Feby melotot ke arah Riko.
"Ah enggak sih santai kok," jawab Riko.
"Udah masuk dulu," suruh ayah.
"Iya om," jawab Riko yang memarkirkan motornya.
Feby yang tak nyaman segera masuk dan berganti pakaian di dalam kamarnya.
"Kamu namanya siapa? jarang loh Feby bawa temen ke rumah," ucap ayah.
"Riko om, teman sekelasnya Feby," jawab Riko sopan.
"Eh ada tamu," ucap mama.
"Halo tan," Riko menyalami.
Feby yang tak kunjung ke luar kamar pun akhirnya di bujuk oleh ibu untuk menemani Riko dan ayah di ruang tamu.
"Feby, itu temen kamu ke sini kok kamu malah ngumpet di kamar sih," ucap ibu.
"Aduh biarin. aja deh paling bentar lagi pulang dia," jawab Feby.
Lama ayah dan Riko mengobrol asyik di ruang tamu hingga tak terasa waktu pun berlalu begitu cepat.
"Om udah malem saya pamit pulang ya, besok-besok kita lanjutkan obrolan yang sangat seru ini, hehe," ujar Riko berpamitan.
"Oh iya, jangan lupa ya sering-sering main ke sini," jawab ayah.
"Feby, ini Riko mau pulang," teriak ayah.
Feby ke luar dari kamarnya dengan baju tidur yang sudah ia kenakan.
"Bi, aku pulang dulu ya, besok jam tujuh udah di depan ya," ujar Riko.
Feby yang memelototi Riko seolah ia tak mau jika ayahnya tahu Riko mengantar jemputnya.
"Kamu ini loh, ngapain nganter jemput di ujung jalan, sampe rumah kan bisa, jadi bisa mampir temenin ayah ngobrol sambil ngopi," ujar ayah.
Feby pun mengantarkan Riko hingga depan gerbang rumahnya. Riko terlihat sangat senang akan di terimanya ia di keluarga Feby.
"Bi, makasih ya udah izinin aku kenalan sama ortu kamu," ujar Riko di atas vespanya.
"Bukan ngizinin, kamu aja maksa," jawab Feby.
"Mulai sekarang aku bisa anter jemput kamu sampe depang rumah yuhu mantap Riko lelaki jantan emang," Riko memainkan rambutnya di depan kaca spionnya.
"Udah sana pulang udah malem, baek baek ntar ngeboncengin mbakun," ujar Feby sembari menutup gerbang.
Hari itu menjadi awal langkah Riko untuk benar-benar mendapatkan hati Feby dan juga keluarganya. Tak di sangka pula respons keluarga Feby yang begitu hangat menyambutnya.

Comentário do Livro (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes