logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 11 Saat ini siapa yang salah?

"Ra, kayaknya gue harus cabut duluan deh, lu nggak apa-apa kan kalo balik sendiri?" tanya Riko.
"Loh ini masih lumayan gede ko ujannya, terus lu pulang gimana ntar basah kuyup," Lira khawatir.
"Aman, gue lakik Ra, ujan gini doang gak bikin gue pilek, gue duluan ya," ucap Riko berlari meninggalkan Lira yang masih duduk di depan minimarket.
"Oh iya Ra, lu jangan ujan-ujanan, lu pasti pilek kalo nekat," teriak Riko.
Lira hanya tersenyum melihat Riko masih perhatian padanya. Meskipun Riko tak berniat mengantarnya pulang, setidaknya sedikit perhatiannya mengobati rasa kecewa Lira saat itu.
Dalam pikiran Riko saat ini hanya bisa menjemput Feby dan segera memeluknya untuk memastikan ia baik-baik saja. Riko tak langsung memercayai Ana yang bilang bahwa Feby telah pulang menggunakan ojek online. Riko segera memacu motornya menuju ke sekolah saat itu juga.
Feby POV
"Eh udah reda keknya, mau pulang sekarang?" Zaidan menawarkan.
"Nggak usah ka, aku pesen ojol aja," jawab Feby.
Ia pun segera mengecek ponselnya agar dapat memesak ojeg online. Namun ternyata ponselnya mati karena kehabisan baterai. Zaidan hanya tersenyum melihat Feby yang kebingungan untuk pulang.
"Jadi nggak ada alesan dong buat nolak pulang bareng," ujar Zaidan.
"Mm," Feby masih berpikir.
"Udah, Riko juga nggak akan marah kalo kamu pulang di anterin aku, eh di anterin ojeg online," ucap Zaidan menggoda.
"Ya udah kalo nggak ngerepotin ka," jawab Feby.
Feby dan Zaidan berjalan menuju parkiran sekolah. Zaidan memang lelaki yang sempurna di mata banyak wanita. Selain pintar Zaidan juga anak seorang pejabat negara yang sudah di pastikan hidup Zaidan sangat bergelimang harta. Namun ke dua orang tuanya tak pernah mendukung keputusan Zaidan untuk bermain musik.
"Motornya yang mana ka?" tanya Feby yang melihat sudah tidak ada motor terparkir di sana.
"Aku bawa mobil Feb, tuh di ujung, yuk," ajak Zaidan.
Zaidan membukakan pintu untuk Feby. Kini mereka telah berada di dalam mobil. Perasaan canggung yang Feby rasakan tak bisa ia sembunyikan. Feby terlihat mengusap punggung tangannya berkali-kali.
"Kenapa Feb? dingin ya, ku matiin ac nya," ucap Zaidan.
"Kakak ke sekolah bawa mobil? kok aku baru liat?" tanya Feby.
"Enggak lah, kalo sekolah bawa motor, cuman kan sekarang kelas tiga bebas tinggal nunggu perpisahan aja," ujar Zaidan menjalankan mobilnya.
Saat mobil Zaidan melalui gerbang, ia memberikan klakson pada satpam yang tengah berjaga. Tak lupa Zaidan memberikan senyum padanya.
"Feb rumah kamu di mana?" tanya Zaidan.
"Di jalan anggrek ka," jawab Feby.
"Oh iya tau, masuk ke komplek mana Feb?" tanya Zaidan.
"Anter sampe ujung jalan aja ka, soalnya mobil nggak muat masuk gangnya," ujar Feby berbohong.
"Oh, salah dong ya aku bawa mobil, besok-besok bawa motor aja deh," ujar Zaidan dengan senyum.
Hujan yang masih tersisa dengan rintik hujannya membuat tubuh Riko basah bak habis tercebur kolam. Ia memacu vespanya ke arah sekolah berharap Feby masih ada di sana.
"Eh Ko, mau kemana?" tanya pak satpam yang menghentikan Riko.
"Mau jemput Feby pak, masih ada di dalem kan ya?" tanya Riko.
"Wah telat kamu, Feby udah pulang barusan," jawab pak satpam.
"Pulang pake apa pak?" tanya Riko.
"Pake mobil," jawab pak satpam yang kembali masuk ke dalam pos jaganya.
Riko berpikir jika benar Feby telah pulang menggunakan taksi online. Ia pun memutarkan kembali vespanya.
"Oh, pake taksi online ya pak," celetuk Riko yang bersiap menancapkan gas motornya.
"Enggak Ko, sama Zaidan tadi naik mobil," jawab pak satpam.
*Ddddeegggg
Seketika jantung Riko berdegub kencang. Kekawatirannya terhadap Feby kini terjadi. Pasalnya bukan hanya Feby telah berbohong jika ia sudah pulang, namun sekarang Riko mengetahui bahwa Feby pulang bersama Zaidan. Amarah Riko tak terbendung lagi, tapi ia tetap bisa mengontrolnya. Riko tak mau gegabah meluapkan emosinya.
Riko yang masih dengan tubuhnya yang basah kuyup akhirnya memacu motornya menuju rumah Feby. Sepanjang jalan Riko berusaha berpikir positif pada Feby. Namun tetap saja rasa cemburu telah menguasai seluruh pikirannya.
Motor Riko pun dapat mengejar mobil Zaidan yang saat ini berada tepat di depannya. Riko melihat dari belakang kaca mobilnya, terlihat Feby yang tengah asyik mengobrol dengan Zaidan. Saat itu pula Riko memilih jalan lurus ketika mobil Zaidan belok ke arah rumah Feby.
"Aku tau kamu nggak akan matahin hatiku dengan cara seperti ini," batin Riko.
Sedang Feby yang masih asyik mengobrol dengan Zaidan tak terasa mobilnya sudah berada di ujung jalan. Segera Feby menghentikan Zaidan agar ia bisa turun di ujung jalan.
"Ka stop di sini," ujar Feby.
"Oh udah sampe? rumah kamu masih jauh nggak dari sini?" tanya Zaidan.
"Enggak ka, ya udah aku turun ya, makasih banyak ka udah nganterin," ucap Feby.
"Oke hati-hati ya," ujar Zaidan.
Feby berjalan menyuauri jalan ditemani rintik hujan. Pikirannya masih berkecamuk memikirkan siapa wanita yang mengirim pesan padanya tadi siang. Perasaan marah dan benci terus bergulat di hatinya. Ingin rasanya menanyakan langsung pada Riko siapa wanita itu. Namun di sisi lain Feby tak sanggup untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya yang akan di katakan oleh Riko.
Tak terasa air mata Feby menetes bercampur dengan rintikan hujan petang itu. Langkahnya begitu berat menapaki jalan basah yang biasa ia lalui bersama Riko. Jalan itu terasa panjang dengan suara gemuruh angin yang membaawa air hujan.
Sementara itu Riko telah sampai di depan rumahnys yang lagi-lagi di sambut oleh papa yang tengah duduk di teras di temani secangkir kopi dan pisang gorengnya.
"Wey udah pulang bro? abis kecebur di kolam mana bro?" tanya papa meledek Riko.
"Kecebur empang haji Duloh noh di rt sebelah," jawab Riko.
Riko pun langsung duduk dan mengambil pisang goreng kesukaannya.
"Tumben jam segini udah pulang? nggak nganterin Feby dulu?" tanya papa.
"Udah pulang duluan di anter ojol," jawab Riko sembari menikmati pisang gorengnya.
"Cepet ganti baju nanti masuk angin kamu," ujar papa.
Riko berjalan menuju kamarnya untuk segera membersihkan diri. Sesekali ia mengecek ponselnya untuk memastikan apakah Feby sudah selamat sampai rumah atau malah pergi dengan Zaidan.
Selesai Riko mandi dan mengganti bajunya, ia tetap tak mendapatkan kabar dari Feby. Meski pesannya sekarang sudah terkirim yang menandakan jika ponsel Feby hidup kembali.
"Udah bikin cemburu, sekarang bikin kawatir, nggak nanggung emang kalo bikin orang galau," gumam Riko.
Ddrrttt ddrrtt ddrrtttt
Panggilan telepon dari Feby.
[Halo, bi kamu udah di rumah? aman kan sampe rumah? nggak ke ujanan kan? tadi aku sampe sekolah tapi kata pak satpam kamu udah pulang duluan pake ojol, maaf ya aku telat jemputnya]
[Iya, ko besok nggak usah jemput ya, aku bareng ayah ke sekolahnya]
[Oh kamu nelpon cuman mau bilang itu?]
[Iya, aku istirahat duluan ya, capek banget abis latihan, see you]
"See you bi," jawab Riko lirih.

Comentário do Livro (492)

  • avatar
    Ndrii

    ditunggu kelanjutan ceritanya yaa kaa😍 seruu bngeet😊, smpee kebawa suasana aku bacanya:)

    19/01/2022

      1
  • avatar
    HOMEGREA

    hidup adalah proses, dalam proses ada kenyataan yang terjadi kadang tidak sesuai harapan dan harus di jadikan pelajaran hidup, pelajaran hidup memberi pengalaman yang membuat kita bijak membuat keputusan yang tepat dalam memilih jalan terbaik untuk masa depan rumah tangga yang di idamkan.

    30/12/2021

      2
  • avatar
    Annisa Febri

    baguss dan menarik,karena mewakili hati seorang perempuan di sayang oleh pacarnya..dan tidak ada yang seperti dia

    22/12/2021

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes