logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Chapter 42

Author's POV
Michelle tampak murung,ia tidak menyentuh croissant didepannya sedikitpun,ia hanya menghabiskan susu nya lalu kembali melamun.
"Kau masih memikirkan itu,hhm?" Jean.-
Michelle memonyongkan bibirnya lalu membentangkan tangannya saat Jean berjalan ke arah nya,Jean yang peka langsung memeluknya dan memberikan belaian hangat di rambut panjang nya.
"Kemarilah,biar kuikat rambut mu" Jean.-
Michelle bergayut manja di lengan Jean sambil mengikutinya berjalan ke sofa,ia duduk manis bagai anak kecil yang baru saja mandi dan menunggu ibu nya menyisir rambutnya. Ia duduk membelakangi Jean, Jean menggulung rambut Michelle dengan rapi. "Makanlah sarapan mu,Michelle" ujarnya sambil menunjuk ke arah meja makan.
"Aku tidak berselera" sahutnya lalu menyandarkan tubuh nya di sofa. "Makanlah sedikit saja" Jean berjalan berinisiatif mengambilkan makanan Michelle yang belum disentuh nya itu. "Kau mau aku menyuapi mu?" ujarnya lagi,Michelle menggeleng sambil memalingkan wajahnya,ia ingin segera mengakhiri semuanya. Ia ingin memperbaikki nama Rick didepan semua warga kota silver.
"Aku tau kau sedang cemas,tapi jangan bahayakan kesehatan mu" Jean.-
"Kau ini cerewet sekali,baiklah berikan padaku roti itu.." ucap Michelle yang mulai menyerah dengan bujukan Jean.
Baru saja ia ingin menyuap croissant itu ke mulut nya, ada suara ketukan pintu depan rumah nya. "Siapa yang datang sepagi ini?"pikir Michelle dalam hati, tetapi mulut nya menganga lebar memasukkan seperempat croissant lalu mengunyahnya dengan santai.
Jean berdiri dari sofa lalu berjalan ke arah pintu depan. "Pas sekali,ia datang sekarang" gumamnya.
Michelle menangkap lengan Jean, "siapa dia?" tanya nya dengan pipi menggembung karena dipenuhi makanan yang belum selesai ia kunyah.
"Marty,kuharap kau bisa menjaga bicara mu" Jean.-
"Apa? sudah kukatakan padamu,ia pasti akan mengetahuinya,sobekan kain itu! uhuk..uhuk.." belum selesai Michelle bicara,ia sudah tersedak. Ia berlari panik ke arah dapur lalu meminum segelas air.
"Cepat buka pintu nya sebelum ia mencurigai kita" seru nya,Jean mengangguk lalu membuka pintu rumah dengan tenang.
Benar saja,Marty berdiri tegap didepan pintu dengan dua pengawal di samping kanan dan kiri nya. "Aku ingin membicarakan hal penting dengan mereka, bisakah kalian tunggu diluar?" ujar nya pada pengawal nya.
"Baik,Yang Mulia"
Marty berjalan gagah ke dalam rumah lalu menutup pintu rumah Michelle dengan cepat. Michelle yang melihat itu hanya terdiam cukup lama,ia tau hari ini akan tiba,apa yang Marty tidak tau dari nya? ia bahkan tau bahwa Michelle suka mendengkur.
"Ada perlu apa?" ucap Jean yang seperti biasa ketus kepada Marty.
"Kau tidak mempersilahkan ku duduk?" Marty tak kalah ketus menatap Jean lalu berjalan ke arah sofa sambil menepuk-nepuk sebelahnya ,menyuruh Michelle untuk segera duduk dan mendengarkannya.
Jean dengan sigap duduk manis tepat disamping Marty, Michelle berjalan pelan berusaha tenang sambil duduk dengan elegan di depan Marty.
Marty mengeluarkan sesuatu dari saku jas nya lalu menyodorkannya ke arah Michelle. Ya,itu adalah sobekan gaun merah milik Michelle.
"Seharusnya kau tidak memakai gaun jika ingin menysuup seperti itu" Marty.-
"Itu bukan punya ku" Michelle berusaha menyela.
Marty tertawa pelan lalu menatap Jean yang duduk disamping nya.
"Jelaskan padaku Michelle,siapa pria ini?" Marty.-
Akhirnya Michelle menyerah,ia memang sudah memperkirakan hal itu. "Maafkan aku,jean" ujarnya dalam hati,ia tau Jean pasti akan mendengarnya.
"Kau benar,ia bukan manusia" Michelle.-
"Kau juga bukan penyihir,kekuatanmu tidak biasa" Marty menatap tajam ke arah Jean.
"Dari awal aku sudah mencurigai mu, bagaimana bisa kau mencabik orang dengan tangan kosong" gumam Marty.
"Benar kan?" ujarnya lagi.
"Kenapa masih bertanya jika sudah tahu semuanya, katakan saja apa mau mu ,kami sibuk" Jean.-
"Kau memang menyebalkan seperti biasanya ya" Marty terkekeh.
"Dia benar,katakan saja semua nya Marty,aku tau ini akan terjadi" Michelle.-
"Michelle,kenapa kau bergaul dengan monster seperti nya,kukira ia hanya vampir biasa,aku merasa gagal melindungi mu" ujar nya.
"Dia bukan monster Marty,ia baik tidak seperti mu" sanggah Michelle,ia pasti langsung murka jika seseorang menyebut Jean monster.
"Kau menyebutku jahat?" Marty.-
"Kau dalang dibalik semua ini kan,mengaku lah" ujar Michelle.
"Aku tidak melakukan apapun,bagaimana dengan mu? apa yang kau lakukan dengan menyusup seperti itu?" Marty.-
"Aku yang pertama bertanya padamu" Michelle.-
"Aku sudah menjawabnya,aku tidak melakukan apapun" sahut Marty.
"Aku tau apa yang kau lakukan Marty,apa yang kau bicarakan dengan gadis berjubah itu" Michelle.-
Marty terdiam lalu mulai menunduk pelan.
"Itu,aku.."
"Kau memang mencurigakan,apa kau berniat mengkhianati kerajaan yang amat kau cintai ini?kau pernah bersumpah akan terus melindungi rakyat kerajaan Silver,tapi apa.." Michelle meneteskan air mata nya,ia benar-benar kecewa dengan Marty.
"Kenapa kau berkomplotan dengan orang-orang jahat itu.." lirih nya.
"Aku punya alasan pribadi,tapi untuk sekarang aku tak bisa mengatakannya padaku" Marty.-
"Kuharap kau mengerti,nona Finn" Marty.-
"Kau bahkan bersikap seakan kita tidak pernah kenal lagi" Michelle berjalan ke arah pintu lalu membuka nya.
"Pergi dari sini dan jangan pernah kembali" ujar nya,ia mengusap air mata nya yang menempel di pipi nya.
"Aku akan segera menyelesaikan ini semua, percaya lah" Marty.-
Michelle hanya diam sedangkan pengawal yang berjaga didepan pintu nya terlihat kebingungan dengan situasi itu.
Setelah Marty pulang,Michelle membanting pintu nya karena kesal lalu berlari ke arah Jean sambil menangis.
••••••••••••
Jean's POV
Aku menunggu Michelle hingga berhenti menangis sambil menepuk-nepuk punggung nya. Kurasa sudah saat nya aku memberi tahu Michelle tentang kematiannya,aku sangat ketakutan. Aku takut kehilangannya.
Aku selalu teringat mimpi aneh itu,sebaiknya aku harus segera mengatakannya pada Michelle.
"Apa yang kau pikirkan,Jean" Michelle menatap ku dengan wajah sembab,aku mengelus rambut nya yang berantakan padahal baru saja kutata dengan penuh cinta.
"Michelle,ada yang ingin kukatakan,mungkin ini bukan saat yang tepat.." ucap ku pelan.
"Katakanlah" sahut nya.
Aku pun menceritakan mimpi ku lalu semua yang dikatakan Jake padaku. Michelle mendengarkan ku ,sesekali ia menunjukkan wajah khawatir.
"Aku tidak begitu percaya ramalan" jawab nya.
"Aku ingin segera menyelesaikan ini lalu pergi bersama mu" Michelle menggenggam kedua tanganku,hangat seperti biasa.
"Baiklah,masih tersisa 45 hari" sahut ku.
Michelle mengangguk.
"Jean.."
"Hmm?"
Michelle berbaring di dada ku sambil melingkarkan kedua tangannya di pinggang ku.
"Berjanjilah padaku agar tidak saling mengorbankan nyawa" Michelle.-
Sontak aku terkejut,mengapa ia berbicara seperti itu?tentu saja aku akan mempertaruhkan nyawa ku demi wanita yang kucintai ini.
"Aku tau kau tidak menginginkan ini,tapi jika suatu saat aku dalam bahaya dan keadaan itu memaksa mu untuk mengorbankan hidup mu,aku tidak akan senang dan berterimakasih akan hal itu" Michelle.-
"Mengapa?"
"Apa guna nya hidup tanpa mu,lebih baik kita mati berdua" sahutnya.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, tolong jangan bicarakan hal yang mengerikan seperti itu" jawab ku.
Michelle memelukku erat sambil memejamkan mata nya padahal hari masih pagi.
"Kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya Jean" jawab nya.

Comentário do Livro (92)

  • avatar
    YayaLsnsi

    gila alur ceritanya keren banget👍👍 bikin baper+sedih sihh pokonya kudu baca sampe akhir soal pasti banyak kejutan setiap chapter nya 👍👍 untuk Mimin semangat nulis ceritanya,,Anu nunggu karya-karya Mimin yang lainnya ✨💛

    10/01/2022

      4
  • avatar
    MelCyzxly

    bagus

    11d

      0
  • avatar
    SariSania

    burhan

    16d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes