logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Pertanyaan Bukan Pernyataan

Diwaktu yang sama Aryo terlihat gelisah mondar-mandir di koridor seperti keluarga yang mengharap keselamatan pasien. keningnya berkerut, keringat mengalir di pelipisnya, ia menggigit jempol, serta terdengar gemeratak giginya. Hal ini terjadi karena ia tengah berpikir alasan apa yang akan digunakannya untuk meredam tanggapan Abra nanti.
Abra sangat menentang pasiennya yg ingin pulang sebelum sembuh, dan lagi penyakitnya benar-benar belum diketahui.
“Kali ini dia pasti sangat membenciku, sialan!” Gerutu Aryo.
“kakak! Kenapa kau memberikan aku keponakan egois ini” lanjutnya menggerutuh.
Aryo saat ini hanya bisa berharap akan takdir baik, semoga keponakan satu-satunya tidak membencinya.
Sejenak setelah itu Aryo mendapatkan ide bagus, namun berisiko. Ia akan membawa keponakannya untuk mengobati dirumah pasien saja, untuk mengetahui penyakitnya serta mencari obatnya. Soal biaya dia yang urus. Dengan resikonya dituduh malpraktek dan profesi mereka akan hancur.
“masalahnya tinggal persetujuan Abraham dan orang tua pasien” gumamnya.
__
Matahari mulai menyingsing kearah barat, langit biru pun memerah, jalanan yang semula macet tampak mulai menyepi. Sayangnya, pemandangan ini tidak dapat dilihat dari terowongan berisik dan bau.
Perlahan mata yang memiliki bulu yang lentik mulai terbuka, samar-samar cahaya lampu di langit-langit menyilaukan mata. Tiba-tiba ia tersentak dan beranjak dari springbed bermotif teratai itu.
“(dimana aku?)”. Tanyanya dalam hati.
Alisa mulai menyusuri tempat itu, memegang lehernya yang masih terasa pegal akibat sengatan stuntgun. Tempat itu rapi, tapi rak bukunya berantakan.
“(sepertinya ini tempat kutu buku)”
Terlihat olehnya tali yang terpaku sebagai tempat jemuran, sepertinya baru terpasang.
“(Berarti ada orang disini, aku harus berhati-hati, kemungkinan besar ini adalah sarang orang yang menyerangku)” gumamnya sambil mengendap.
Dia merinding setelah melihat banyak bekas pisau bedah di dalam kotak sampah.
Dari belakang seseorang memegang pundak Alisa
“Mengapa kau mengendap ditempat seniormu? Tenang saja aku tidak akan menyakitimu, laki-laki macam apa aku melakukan itu?” Tanyanya dengan nada sok cool.
Alisa sangat kaget seketika itu, ia bahkan tidak berani menoleh ke belakang.
“(Tunggu! Sepertinya aku mengenali suara itu)” pikir Alisa
Alisa mulai memberanikan diri untuk menoleh ke belakang perlahan. Tampak seorang pemuda gagah yang dikenalnya.
“Dokter Abraham?”
“Ya siapa lagi selain aku yang memiliki wajah ini?”
“jadi dokter yang menyerangku?”
“aku tidak menyerangmu aku menyelamatkanmu, berhenti memanggilku dokter jika aku tidak menggunakan seragamku”
“menyelamatkan? Menyentrum leher seorang gadis magang disebut menyelamatkan? Yang benar saja!” Teriak alisa dengan wajah memerah menahan tangis.
“bisakah kau mendengarkan pendapatku dulu? Bagi mahasiswa dari universitas ternama, sepertinya bukanlah hal yang sulit”
Sambil menahan tangisnya Alisa mengangguk mengisyaratkan iya menerima permintaan Abraham
“pertama apa yang kau lakukan di area ini?”
“itu bukan penjelasan, itu pertanyaan!” Tepis alisa, matanya melotot tajam kemata Abraham.
“biarkan aku menyelesaikan perkataanku”
“cepatlah” tegasnya
“daerah ini sangat berbahaya untuk wanita sepertimu, area ini penuh dengan makhluk birahi, aku mengenalmu karena berisik, aku membuatmu pingsan karena alasan itu. Aku bukan petarung yang mampu melawan banyak orang untuk menjagamu, ini dunia nyata dipukul tiga orang sekaligus akan membuatmu tersungkur”.
“jika kau beri tahu situasinya aku akan dengan senang hati untuk diam”
“sudah ku bilang aku mengenalmu”.
Mendengar itu Alisa terdiam, sadar diri bahwa yang diucap Abraham benar, dia akan semakin berisik jika penasaran.
“lantas kenapa seorang dokter tinggal ditempat ini? Jangan-jangan kau melakukan malpraktek!?”
“hahaha.. Dari mana asal imajinasi liarmu itu?.. hahahahaha” Abraham tertawa terbahak-bahak.
“hei apanya yang lucu? Kau tidak menjawab pertanyaanku?” Tanya Alisa heran.
Alisa sangat heran baru kali ini dia melihat Abraham tertawa terbahak-bahak, dia sangat berbeda dengan kepribadiannya di rumah sakit.
“pertama, aku membantu petugas forensik, kedua untuk menghindari pajak” jawab Abraham santai.
Dengar jawaban pertama Alisa tak terkejut memang harus membiasakan diri ditempat busuk untuk menjadi forensik, tapi jawaban yang kedua membuatnya kaget, ia tak menyangkah seorang dokter berdedikasi malah menghindari pajak.
“jadi apa yang membawamu kesini?” Abraham seakan penasaran.
“dokter Aryo ingin menanyakan perihal dokter samco kepadamu, tapi dia tidak bisa pergi karena keluarga pasien mendesak ingin membawa pulang”
“sepertinya saat ini pasien sudah pulang”. Jawab Abraham dengan yakin
“kenapa kau seyakin itu?”
“paman Aryo,… maksudku dokter Aryo tidak akan pernah berhasil dalam berdebat”.
“ayolah.. Tak perlu sembunyikan statusmu sebagai keponakan dokter Aryo”
“jadi kau sudah tahu? Aku hanya tidak ingin hal-hal berat yang kuhadapi menjadi tak berarti dimata orang karena dianggap masuk atas bantuan orang dalam”
“bukannya orang-orang tahu bahwa kau memang orang hebat?”
“ku harap begitu, maksudku bukan hebat, tapi berusaha sendiri”.
“baiklah cukup mengorek privasi, bagaimana dengan dokter Samco?”
“sepertinya dokter Samco terbunuh, peralatannya ditemukan dihutan dekat tempat pasien itu, serta kartu nama dan…”
“dan?”
“dan potongan tangan kanan yang memiliki sidik jarinya dan.. Maaf, juga potongan kemaluannya sekitar 500 meter dari tempat peralatannya ditemukan, kau harus rahasiakan ini, karena polisi akan kerepotan jika wartawan tau”.
Alisa syok mendengar itu, mukanya memucat dan seperti menahan muntah, matanya membelalak seakan melihat setan.
Alisa berusaha tenang dan mengatur nafasnya, memposisikan dirinya seperti baik-baik saja dan memberanikan bertanya kembali.
“darimana kau mendapatkan informasi ini, selain polisi dan pelaku tidak mungkin tahu hal ini secara rinci, kau seorang dokter bukan polisi, jangan-jangan kau…” Alisa menaruh curiga ke Abraham.
Seperti yang diucapnya hanya pelaku dan polisilah yang mengetahui suatu kejahatan secara rinci.

Comentário do Livro (178)

  • avatar
    AnjaniPutri

    makasih

    8d

      0
  • avatar
    SaraaNadya

    good

    26d

      0
  • avatar
    Xxy_lif

    bagus

    17/08

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes