logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Capítulo 2 suami yang tidak peduli

Mengetahui istrinya sedang sakit, sikap ferdi semakin dingin, sungguh bukan sikap yang pantas bagi seorang suami apalagi penyakit yang di derita rena itu terbilang mematikan.
"Bulan, ayo," Ferdi mengajak bulan untuk berangkat
"Mas, kamu nggak sarapan dulu?" Tanya rena dengan lembut
"Aku sarapan di kantor saja,"
"Kalau begitu aku siapkan bekal ya?"
"Tidak usah," Lalu ferdi beranjak pergi begitu saja, sikap dingin ferdi membuat hati rena terluka, tanpa sadar air matanya pun mengalir di pipi, dalam hatinya berharap di umurnya yang tinggal kurang lebih dari 3 bulan lagi itu bisa merasakan kehangatan kasih sayang dari sang suami namun kenyataan nya jangankan perhatian lebih keinginan untuk menghibur dirinya pun tidak ada.
Dalam hati rena berpikir, di saat dia meninggal nanti apakah ferdi mampu mengurus bulan anaknya, yang rena tahu ferdi lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang memperhatikan anaknya, rena sepenuhnya sudah ikhlas menerima nasibnya namun satu hal yang dia khawatirkan yaitu bagaimana nasib anaknya kedepannya.
Di saat rena sedang berpikir, lalu terdengar suara bel berbunyi,
"Siapa yang datang?" Tanya rena dalam hati lalu diapun bergegas melangkah menuju pintu dan ternyata yang datang itu sahabat dekatnya yaitu dewi
"Hey rena," Sapa dewi sambil memeluk rena dan mencium pipi kanan dan pipi kiri
"Hey...wah seneng banget kamu datang wi," Ucap rena
"Iya sudah lama aku gak main ke sini, aku kangen tahu sama kamu ren,"
"Sama, aku juga kangen sama kamu wi, eh ayo masuk biar enak ngobrolnya," Rena pun mengajak dewi masuk dan mengajaknya menuju meja makan
"Kamu mau minum apa wi?" Tanya rena
"Apa saja ren,"
Ada rasa penasaran dalam benak dewi karena dia melihat mata rena seperti yang habis menangis, di tambah wajah rena juga terlihat pucat
"Ren, kamu terlihat pucat apa kamu sedang tidak enak badan?" Tanya dewi
"Ah nggak kok, aku baik-baik saja," Jawab rena sambil menundukan kepala kebiasaan dia dari kecil ketika sedang berbohong
"Ren, aku kenal kamu tuh sudah lama sejak smp jadi aku tahu kalau kamu berbohong,"
Rena pun terdiam lalu dewi bertanya lagi
"Ren, coba cerita sama aku, kamu kenapa?"
"Iya wi, aku sedang sakit," Jawab rena sambil menangis
"Memangnya kamu sakit apa ren?"
"Aku mengalami pembengkakan jantung yang cukup parah,"
"Apa? Kamu serius ren? Kamu pasti becanda?"
"Gak wi, aku serius dan menurut dokter usiaku kurang lebih tinggal 3 bulan lagi,"
Dewi sangat terkejut mendengar hal itu dan dia pun menangis lalu memeluk rena
"Ren, yang sabar ya, kamu tidak usah khawatir pasti masih ada jalan yang terpenting kamu jangan putus asa,"
"Iya wi, terimakasih,"
"Apa ferdi sudah tahu tentang penyakitmu?"
"Sudah wi, namun aku belum memberi tahu bulan anakku, aku takut bulan akan khawatir,"
"Ya aku mengerti, lalu kenapa kamu tidak mencoba untuk operasi?"
"Sebenarnya aku sudah memikirkan untuk menjalani operasi, namun biayanya tidak sedikit,"
"Ren, walaupun biayanya sangat mahal yang penting kamu bisa sembuh, coba saja kamu bilang dulu sama ferdi, dia juga pasti ngerti,"
"Mmmm iya wi, nanti aku coba bilang sama mas ferdi,"
"Ren, kamu yang tegar ya dan tetap semangat, aku akan selalu ada untuk kamu,"
"Terimakasih ya wi,"
"Iya sama-sama,"
****
Sementara itu di kantor, ferdi tampak sedang tidak fokus bekerja, lalu "Tok tok tok," Ada yang mengetuk pintu,
"Ya masuk," Sahut ferdi, lalu masuklah seorang wanita muda dan cantik bernama jeni yang merupakan sekretaris ferdi,
"Pak, ini dokumen yang bapak minta," Jeni pun menyerahkan sebuah dokumen,
"Oh iya, terimakasih, jen kamu sudah makan siang?"
"Belum pak,"
"Kalau begitu kamu temani aku makan siang,"
"Iya pak,"
Lalu mereka pun beranjak pergi untuk makan siang bareng.
Saat sedang makan siang, jeni penasaran melihat ferdi yang tampak bingung dan tidak mengatakan sepatah katapun dari tadi lalu jeni pun memberanikan diri untuk bertanya,
"Maaf pak, bukannya saya mau ikut campur urusan bapak namun saya perhatikan dari tadi bapak sepertinya sedang memikirkan sesuatu!"
"Iya, saya kepikiran istri saya,"
"Memangnya istri bapak kenapa?"
"Istri saya sedang sakit, jantung nya mengalami pembengkakan yang cukup parah dan menurut dokter hidupnya hanya sebatas 100 hari lagi,"
"Haah ya ampun, yang sabar ya pak!"
"Iya,"
Mendengar hal itu jeni tampak senang, dalam benaknya dia berpikir... "Kalau istri pak ferdi hidupnya tidak lama lagi berarti ini kesempatanku untuk mendekatinya, ya aku harus mendapatkan hati pak ferdi,"
"Jen, kamu kok melamun, ada apa?"
"Ah tidak ada apa-apa pak,"
"Oh, jen aku ingin tau pendapatmu, menurutmu apa yang harus aku lakukan? Apakah aku tinggalkan saja istriku?"
"Lohh kok bapak berpikiran seperti itu?"
"Ya menurutku punya istri yang berpenyakitan itu sangat merepotkan,"
Mendengar ucapan ferdi tersebut jeni malah tambah senang, karena dengan begitu akan mudah bagi jeni untuk merebut hati ferdi.
"Ya menurut saya sih lakukan apa yang terbaik untuk bapak, karena jalan hidup bapak masih panjang, jadi untuk apa repot-repot ngurusin orang yang hidupnya tidak akan lama lagi, eh maaf pak kalau saya lancang,"
"Tidak apa-apa, menurutku apa yang kamu katakan itu ada benarnya juga, jadi maksud kamu aku harus mencari calon istri lagi dan meninggalkan istri saya?"
"Ya kurang lebih seperti itu pak, karena menurut saya lebih baik mencari kebahagiaan bersama wanita lain daripada tersiksa dengan penyakitnya istri bapak itu,"
"Ya kamu benar, tidak ku sangka selain cantik, kamu juga sangat pintar,"
"Ah bapak terlalu memuji saya,"
Sepertinya ferdi sudah terhasut oleh perkataan jeni, tidak di sangka jeni mempunyai niat yang buruk, dia memanfaatkan situasi saat ini untuk mendapatkan hatinya ferdi.
Di malam hari, rena tampak gelisah karena tidak seperti biasanya ferdi telat pulang ke rumah, rena takut ada apa-apa pada ferdi lalu rena mencoba untuk menghubungi nya namun ferdi yang tengah asik berduaan bersama jeni di sebuah restoran mengabaikan telepon dari rena.
"Pak, kenapa tidak di angkat?" Tanya jeni
"Ah biarkan saja dia, jen di luar kantor kamu jangan panggil aku bapak, panggil saja aku mas!"
"Iya pak eh mas," Jeni pun tersenyum.
Pukul 23:30 ferdi pun sudah tiba di rumah,
"Mas, kamu dari mana, kok baru pulang jam segini?" Tanya rena yang dari tadi menunggu ferdi.
"Aku ada urusan mendadak," Jawab ferdi berbohong
"Oh, lalu kenapa tidak bilang dulu sama aku? Terus teleponku juga tidak kamu jawab,"
"Sudah lah kamu tidak usah cerewet, aku capek mau istirahat,"
Rena pun terdiam, lalu dia berkata lagi,
"Mas, ada yang ingin aku katakan,"
"Apa lagi sih?"
"Aku ingin menjalani operasi,"
"Apa? Kamu pikir operasi itu murah,"
"Ya aku tahu operasi itu mahal, tapi aku pengen sembuh mas,"
"Mending kalau kamu sembuh, kalau tidak sembuh hanya buang-buang duit saja kamu tahu itu, sudahlah terima saja nasibmu itu,"
"Kamu tega sama aku mas," Rena pun menangis
"Ah sudah lah aku capek,"
Lagi-lagi sikap ferdi membuat hati rena terasa hancur, sepertinya ferdi memang sudah tidak peduli lagi padanya, bahkan dia tidak mau berusaha untuk membuat rena sembuh, seakan hidup rena begitu tidak berarti bagi ferdi.

Comentário do Livro (139)

  • avatar
    MarbunRani

    mau kelanjutan nya dong

    5d

      0
  • avatar
    MashaMaritsha

    Sangat keren dan tidak membosankan

    6d

      0
  • avatar
    KullbetWahyu

    baguss. sanggar

    17d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes