logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Telpon Dari Ferdi

Kiara yang ditinggalkan oleh Andra akhirnya duduk sendirian di dalam kamar. Karena tidak mengantuk, akhirnya mencari lagu di youtube untuk didengarkan. Lagu kesayangannya bersama temannya waktu itu yang menyatakan cinta, tetapi dia tolak. Ferdi, cowok yang paling tampan dan idola di sekolahnya. Dia merasa minder dengannya saat itu dengan kondisi ekonominya.
Ponsel berdering, terlihat nomer yang tidak dikenalnya. Awalnya Kiara ragu untuk mengangkat tetapi akhirnya menyerah, “Hallo, ini Kiara!”
“Hallo, Ke! Apa kabarnya, gue Ferdi. Kagak lupa ama gue kan?”
Deg, jantung Kiara rasanya mau lompat. Ferdi, cowok yang digandrungi oleh semua cewek satu sekolah saat itu, termasuk dirinya. Dari mana dia mendapatkan nomer ponsel Kiara. Mereka bahkan tidak pernah bicara lewat telpon sekalipun.
“Ferdi? Alumni SMA Taruna Bangsa?” tanya Kiara memastikan.
“Bener, ah … lo jahat banget udah lupa ama gue, cowok paling ganteng satu sekolah ini.”
“Hahaha … sory, gue kagak kenal ama suara lo di telpon. Emang dapat nomer dari mana?”
“Ada deh, hahaha …,” ucap Ferdi tetawa membuat Kiara merasa tersanjung.
Merekapun ngobrol hingga berjam-jam lamanya, hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Kiara berusaha mengakhiri pembicaraan namun ditahan oleh Ferdi.
“Ke, boleh gue ketemu ama lo? Ada yang mau gue sampein, penting banget!”
“Apa? Ngomong aja di sini, bisa kan?” ucap Kiara
“Kagak bisa, Ke. Lo sekarang jahat banget sih! Mentang-mentang udah nikah ama CEO.”
“Oke-oke, kita ketemu di mana? Tapi gue kagak bisa lama, Fer. Nanti gue cerita juga, gimana posisi gue di keluarga suami sekarang.”
“Wokeh, Cantik! See you tomorrow, gue tunggu di tempat biasa kita nongkrong dulu. Kafe depan sekolah kita, oke!”
Kiara menarik napas panjang, hatinya berdebar kencang kembali. Mengingat masa-masa SMA dulu bersama Ferdi. Cowok yang selalu mengejarnya dan menjanjikan macam keindahan dunia. Rasa sesak mengingat Kiara tidak berani menerima cinta Ferdi saat itu. Ingatan tentang Ferdi berlalu lalang di dalam pikirannya, hingga dia terlelap tidur dan bermimpi tentang Ferdi.
Keesokan harinya, seperti biasa Kiara melakukan pekerjaan di rumah Andra dan Mimi seperti biasanya. Meskipun statusnya sekarang sebagai istri sah dari Andra, namun pekerjaannya tetap saja sebagai pembantu di rumah tersebut. Jika bukan karena surat perjanjian, Kiara sudah pergi dari rumah itu dan mencari majikan baru.
“Kiara, lo makan di sini mulai sekarang! Temani gue ama Mimi. Layani kami, jangan mentang-mentang udah sah, seenaknya!”perintah Andra melhat Kiara akan pergi ke belakang membawa piringnya. Selama ini, dia hanya satu meja jika diperintahkan, jika tidak Kiara akan makan bersama dengan pembantu yang lainnya.
Setelah makan selesai, mereka melanjutkan aktifitas seperti biasanya. Andra pergi ke kantor, sedangkan Mimi ikut bersamanya pagi ini. Semenjak Adra menikah dengan Kiara, Mimi uring-uringan terus pembawaannya. Namun pagi ini ada senyum di sudut bibirnya kepada Kiara. Dia sudah menyiapkan kejutan untuk gadis yang baru menjadi madunya itu. Dengan memanfaatkan Ferdi, teman Kiara yang dulu pernah jatuh cinta kepada gadis itu. Hanya dengan uang, Mimi bisa membuat Ferdi tertarik bekerjasama dengannya.
“Lo janjian dengan Kiara di mana?” kata Mimi saat tiba di kantor Andra.
Mimi keluar ruangan setelah memberikan pesan kepada Andra yang saat itu sedang meeting bersama koleganya. Dia bergegas menuju tempat janjian Kiara dan Ferdi. Dengan menyamar dan membawa satu orang pengawal, duduk di sudut kafe yang terlindung dari penglihatan orang-orang.
Terlihat sosok gadis sederhana cara berpakaiannya masuk ke dalam kafe. Kiara, dia datang dengan memakai celana jeans dan kaos pendek berwarna biru laut, cocok dengan kulitnya yang putih. Sedangkan dari dalam kafe muncul cowok berwajah tampan dengan topi hitam menyambut kedatangan gadis itu. Ferdi, berjalan ke arah Kiara dengan senyum mengembang di bibirnya yang berwarna coklat kehitaman, tampak semakin mempesona. Sesaat mereka berjabat tangan, Ferdi berusaha memluk Kiara namun gadis itu menghindar dengan langsung duduk di kursi kesayangannya dulu. Membuat Ferdi kecewa dan menarik napas panjang.
“Lo pelit banget, peluk aja kagak mau. Dulu juga kagak gitu,” kata Ferdi dengan bibir manyun membuat Kiara tertawa.
“Hahaha … beda kondisi kita sekarang Fer. Dulu gue belum nikah, sekarang status gue beda,” ucap Kiara mencari alasan.
“Suami lo kan kagak ada, Ke. Sumpah, gue kangen berat ama lo sekarang. Kagak tahu, kenapa gue kagak bisa move on dari lo!”
“Coba aja, belum coba udah nyerah. Udah pesan minum belum?” tanya Kiara mengalihkan pembicaraan. Sejujurnya di dalam hati, dia merasa tersanjung dengan penyataan Ferdi. Bagaimanapun juga dia pernah mempunyai rasa dengan Ferdi waktu itu. Dan belum ada yang menggantikan di hatinya.
“Belum, bentar ya! Lo mau minum kayak dulu? Kita memorian dulu yak! Please please … Ke!” kata Ferdi sambil menaruh kedua tangan di depan dadanya, membuat Kiara menahan tawanya.
“Iyaaa … astaga … lo kenapa sih?”
Ferdi pergi ke kasir dan memesan minuman kesukaan mereka waktu masih duduk di bangku SMA. Coffee latte dan jus alpukat kesukaan Kiara. Minuman yang mereka habiskan selama berjam-jam hingga pemilik kafe sudah hafal dengan mereka.
Mereka kemudian kembali bercengkerama diselingi tawa sesekali dan gerakan tangan saling memukul. Kira benar-benar menikmati masa ketika mereka masih sekolah waktu itu. Meski status mereka tidak ada ikatan pacaran, tetapi selalu bersama dan sering membuat iri teman cewek yang menyukai Ferdi saat itu.
Sedangkan dari sudut meja kafe yang berada di pojok, nampak Mimi dengan wajah kesal sekaligus senang tersenyum sinis. Ternyata Ferdi benar-benar bisa dia andalkan untuk tugas selanjutnya. Setelah puas melihat dua sejoli yang sedang bernostalgia, Mimi keluar lewat pintu samping resto. Dia memberikan pesan kepada Ferdi, bahwa uang lima juta sudah ditransfer ke rekening cowok tersebut.
Ponsel milik Ferdi menyala dan pesan dari Mimi tertera, senyum mengembang di bibir cowok itu. Membuat Kiara penasaran, “Kog senyum sendiri dapat pesan? Pasti dapat cewek baru, atau dapat rejeki?” tanya Kiara sambil tersenyum sambil menyedot minuman yang tinggal seperempat gelas.
“Hehehe … tau aja. Iya nih, dapat rejeki. Ketemu gadis cantik, dan dapat pundi- pundi rupiah juga. Gue traktir lo, kali ini sampai puas. Gimana kalau kita ke Orion? Mumpung gratis nih, gue yang bayar!”
“Waduh, kenapa harus ke Club sih Fer? Di sini aja udah cukup, lu tambah deh pesen apaan gitu!”
Kembali Ferdi ke kasir dan memesan beberapa menu andalan di sana. Terlihat Ferdi agak lama berbincang dengan pelayan kafe. Hanya dalam hitungan menit menu sudah siap. Berhubung waktu sudah lewat makan siang. Kiara yang merasa lapar menghabiskan Spaghetti Bolognese dalam waktu sekejap. Ferdi terlihat tersenyum puas melihat aksi Kiara.
“Lo seperti orang kelaparan, ati-ati entar keselek. Itu pedes loh!”
“Enak sekali Spaghettinya. Lama kagak makan ini,” ucapnya setelah minum air putih, “Kog mendadak gue pusing ya, Fer? Aduh … gimana ini? Berat sekali kepala gue.”
Kiara memegang kepala dengan tangan memegang tubuh Ferdi, Cowok itu melihat ke sekeliling kemudian membawa Kiara masuk ke dalam mobilnya.

Comentário do Livro (321)

  • avatar
    Agus Nofian

    kentang banget sih....

    13d

      0
  • avatar
    Ptrciaaya

    sangat baik

    20d

      0
  • avatar
    Ariyaindy

    suka😍😍😍

    24d

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes