logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

07

Di sela sela latihan, aku pergi ketaman yang berada di dekat lapangan untuk terus mencerna keadaan sekarang, hatiku yang kacau karna kehadiran Gus Arbani yang ke sekian kalinya. 
"Oke Hira kamu harus konsentrasi, pasti rasa yang dulu pernah Gus Arbani utarakan itu sudah hilang ra, kamu harus fokus dan sadar diri" ucapku pada diri sendiri dengan suara yang pelan 
“ Kata siapa enggak? Kata siapa Rasa itu sudah hilang?” Aku kaget mendengar suara itu, dengan spontan aku menghapus air mata dan membalikkan badan kearah sumber suara
“Gus Arbani?” Tubuh ini terasa sangat lemah bila melihat kedua bola matanya, aku buru buru menunduk tak Melihat beliau.
“Kamu tau betapa sakitnya denger kamu bilang seperti itu, kamu tau bertapa sakitnya saya pendam perasaan ini?” Aku diam tak menjawab.
“Rasa itu masih ada Ra, masih sama seperti dulu bahkan bertambah, sulit bagi saya untuk lupakan kamu, saya sayang banget Ra sama kamu, tapi saya sadar, kita sama sama masih belajar, saya gak mau mengotori kamu dengan dosa atas nama cinta Ra, biar saya jaga rasa ini ya sampai kapan saya juga gak tau. Saya gak minta kamu jaga perasaan sama seperti saya kok, tapi saya minta kamu sehat sehat, dan banggain kedua orang tua kamu, ngaji yang rajin sekolah yang semangat” aku seketika menatap beliau dengan mataku yang berkaca kaca
“ Hira juga punya perasaan yang sama seperti saya?” Tanya beliau yang membuat air mata ini jatuh lagi
“ Hira sayang “ ucapku dengan suara gemetar tanpa Melihat kearah nya.
“Hira percaya sama takdir Allah yang lebih indah dari rencana hamba-Nya?” Aku mengangguk megiyakan kata kata itu
“ Kalau Hira percaya, Hira gak boleh nangis lagi, tangan saya gak bisa ngotorin pipi kamu untuk hapus air mata itu Ra, kita serahkan semua sama yang menciptakan cinta ya,”
“ Maafin Hira , Hira udah lancang punya perasaan ini “ Gus Arbani tersenyum melihat ku
“ Perasaan ini Allah yang mengatur Ra, kita hanya manusia yang tugasnya mengendalikan, mau ke kanan atau ke kiri, kita dekatkan diri lagi sama Allah supaya kita tidak terlena dengan rasa ini, dan semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam sebuah takdir kebahagiaan, entah saya yang membahagiakan kamu, atau orang lain yang buat kamu bahagia" seketika perasaan ini sakit sekali mendengar perkataan beliau.
“Saya yang seharusnya minta maaf, karna sudah mencintai kamu lebih dulu Ra, yudah kamu jaga diri baik baik, sehat sehat di sini, saya pamit mau kembali ke Al qolam ya” ucap beliau sambil memandang jam yang melingkar di tangannya,
Ingin sekali mencegah beliau dan tetap disini sebentar, tapi aku sadar, aku tidak boleh terlena dengan rasa ini.
“ assalamualaikum” ucapnya sebelum pergi meninggalkan ku
“Waalaikumsalam” jawabku mengiringinya pergi, dan air mata ini kembali mengalir deras, aku menutup kedua mataku dengan ke dua telapak tangan dan terus menangis tanpa suara,
Ini pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta, mencintai seorang laki laki, dan kali ini juga aku merasakan sakitnya cinta yang menurut ku teramat sangat.
(Mencintai nya memang sakit, tapi tidak mencintai nya itu lebih sakit) batinku yang segera menghapus airmata dan pergi menuju kamar mandi untuk cuci muka dan kembali ke ruang osis untuk gladi bersih.
Sesampainya di ruang osis, disana masih ada mba iza yang sedang sibuk dengan laptop milik Gus abizar, Wafa sedang baca buku, dan Gus abizar sedang bermain ponsel sambil bernyanyi dengan suaranya yang sangat merdu, tak ada satupun orang yang menyadari kehadiran ku. Aku memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di depan ruang osis.
- Kau jaga selalu hatimu saat jauh dari ku, tunggu aku kembali, ku mencintai selalu menyanyimu sampai akhir menutup mata –
Lagu yang di nyanyikan Gus abizar sangat mewakili isi hatiku saat ini, fikrahku masih terus terbayang tentang Gus Arbani, berkali ku coba berkonsentrasi membaca novel tapi itu semua gagal.
“ Ra masuk mau gladi” ucap Wafa yang membuyarkan lamunanku. Aku pun segera masuk. Padahal ini adalah gladi terakhir, tapi pikiranku membuat hafalan buyar, Gus abizar sedikit kecewa karnaku.
“Fokus dong Ra, ini tinggal besok loh, gak mungkin kita malem malem latihan lagi.”
“Kayanya pas gladi pertama lancar lancar aja” aku benar benar merasa tidak enak dengan semuanya. Aku berusaha untuk fokus tapi perasaan ku kepada Gus Arbani yang membuat gagal fokus.
“ Oke ini latihan terakhir, plis Hira fokus, singkirkan dulu fikiran yang gak penting, nih minum dulu” aku mengangguk kan kepala dan meminum air putih yang di berikan Gus abizar lalu melanjutkan latihan.
~~~
Aku menuruni anak tangga masjid setelah sholat berjamaah, ku lihat Gus Arbani yang sedang menaiki mobil untuk kembali ke pondok pesantren Al qolam. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan, tanpa balasan. Mobil putih itu sudah pergi meninggalkan pondok pesantren syafinatun najah.
Mungkin lebih tepatnya ku kubur dalam dalam perasaan ini, buka di jaga sampai ia kembali. Karna ku tau diri ku bukanlah seorang Ning.
~~~
Hari ini free kegiatan sampai magrib, aku memutuskan untuk membaca ulang teks pidato supaya bisa lancar nanyinya tapi bayang bayang Gus Arbani terus menyelimuti fikiranku.
“ Bahira Najla Fadhila” aku langsung menoleh ke sumber suara. Ternyata mba Fatimah, ia menghampiri ku yang masih berbaring di tempat tidur sambil membawa plastik berwarna putih
“ Dari Gus atar nih” seketika penghuni kamar menoleh ke arahku, aku hanya kaget dan menatap mba fatimah, posisi kamar lumayan ramai sekitar ada 7 orang, ada temanya mba iza namanya Zakiya dan teman atika yang beda kamar sedang ngobrol.
“Gus atar lagi?” Celetuk Kanaya yang membuat seisi kamar kembali terdiam.
“Cieeeee hiraaa” lanjut Atika membuat heboh kembali
“ Makasih ya mba fatim” ucapku sambil menerima bingkisan itu
Aku benar benar malu, takut jika yang lain beranggapan bahwa aku mempunyai hubungan yang serius dengan Gus atar. Tak lama seisi kamar berkurang, hanya ada aku, Kanaya, Atika, mba fatimah dan mba Izza.
“Buka dong kepo aku” celetuk Kanaya yang mendekat kearah ku
“ Kayanya sebentar lagi gosip baru bakal nyebar deh” sahut mba Izza Yang membuat ku menghentikan membuka bungkusan itu.
“ pokonya jangan sampe gosip ini nyebar ke telinga pengurus Ra, bisa panjang urusannya” tumpah mba Fatimah yang membuat ku semakin takut
“ Kita gak bakal nyebarin gosip kok mba” ucap Atika yang ikut merahasiakan
“ Iya Tika, tapi temen mba tadi itu mulutnya agak ember dikit, gak mungkin klo dia gak cerita kesiapa pun”
“ Tapi mba kan ku gak ada apa apa sama Gus atar, deketpun enggak, apalagi pacaran, aku loh mba gak pernah pacaran" mataku mulai berkaca kaca, memikirkan bagaimana nasibku jika ada gosip yang menyatakan kalau aku dan Gus atar punya hubungan lawan jenis.
“ Lebih baik kamu ngomong langsung aja deh Ra sama beliau, jangan pake surat takutnya di baca sama pengurus” saran mba Fatimah
“ Gimana cara aku ngomong nya mba, ketemu pun jarang banget, lagian aku gak mau takut ketauan guru atau pengurus”
“ kamu jangan panik, besok kan lomba tuh, Gus atar pasti ikut, nanti mba coba bantu ngomong, eh maksudnya nemenin kamu supaya gak di kira kalian ada hubungan, kamu coba tanya maksud beliau sering kasih kaya gini ke kamu itu apa? Terus kamu bilang kalo takut nantinya ada yang lapor ke pengurus enggak enggak” aku mulai sedikit lega mendengar saran mba iza
“ Udah sekarang buka itu bingkisan nya penasaran aku” celetuk Kanaya memecahkan suasana, aku perlahan membuka bingkisan itu, ada sebuah bolu keju yang sangat cantik kelihatan dari penampilan nya, dan 2 jilbab Rabbani segi empat dan instan.
“ Tuh kan mba, beliau baik banget” saat aku membuka jilbab segi empat Rabbani ada kertas yang terjatuh tanpa ada tulisan sedikit pun
~~~
Menggunakan gamis hitam di padukan dengan jilbab pasmina berwarna mocca, gamis ini mengingatkan ku dengan raara, karna kami mempunyai gamis yang sama di beli dengan tanggal yang sama dengan orang berbeda yaitu ibuku dan bundanya Rara.
“ Masya Allah Ra, gimana Gus atar gak jatuh cinta sama kamu, orang kamunya cantik banget gini” ledek mba iza yang ikut membantuku menggunakan jilbab pasmina, karna ini adalah kali pertama aku menggunakan jilbab panjang ini.
“ Jangan gitu lah mba, kan jadi keinget sama Gus atar" aku berangkat ke lokasi jam setengah sembilan, siswa yang lain tetap melaksanakan kegiatan belajar di sekolah hanya peserta lomba yang di izinkan untuk tidak hadir pada jam pelajaran dan panitia. Aku di temani dengan mba iza dan mba Fatimah. Sesudah selesai berkemas aku dan ke dua mba kamarku turun dan menuju kantor scurity untuk menunggu bis datang. Sesampainya disana ternyata sudah ramai atau bahkan sudah berkumpul semua. Bis putra dan putri terpisah.
~~~

Comentário do Livro (84)

  • avatar
    FitriyahSyifaul

    masyaallah ❤️

    19d

      0
  • avatar
    Zainap Putry

    bagus

    11/07

      0
  • avatar
    Ridho yasinMuhammad

    enak ya membacaya

    10/07

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes