logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 3 Keajaiban

Sebuah perahu melaju kencang lalu di terpa ombak, sebagian warna laut berubah hitam pekat salah satu tangki minyak jatuh ke dalam dasar laut, sebuah kapal besar tertimpa kapal lainnya lalu lambat laun tenggelam.
Perahu milik nelayan itu, dengan tenang melewati pecahan kapal yang sudah hancur, hana menatap ketakutan sambil memegang kuat perahu itu.
Ombak yang sangat tinggi terlihat dari jarak tiga meter yang siap menghantamnya dari depan, kemudian ia mengikat tubuhnya dengan tali agar tetap berada di dalam perahu.
Beberapa ekor ikan kecil loncat ke dalam perahunya, kemudian mereka loncat lagi dan masuk ke dalam air. Hantaman ombak itu, membuatnya terombang-ambing. Ajaibnya perahu masih utuh, tanpa lubang sedikitpun meski banyak benda menghantam dari segala arah.
"Tolong.. Seseorang tolonglah aku," Teriak hana pada seseorang yang mengambang di lautan, sorot lampu kapal menerangi perahunya dan sekeliling. Setelah tubuhnya berpindah posisi ke atas ia menjerit ketakutan. Ternyata, mereka sudah mati. dengan keadaaan membengkak.
Setelah beberapa jam ia terombang-ambing, matahari sudah terlihat menerangi lautan. Air mulai tenang, ia melihat kayu untuk mendayung perahu. lalu membuka sweaternya yang tebal dan berenang cukup jauh.
"Aku mendapatkannya, syukurlah." Sambil mengehela napas, ia berputar kembali ke perahunya.
"Apa itu?" Ia segera menyelam kebawah merasakan ada sesuatu yang menyentuh kakinya.
"Aneh??"
Hana kembali berenang, pakaian dress yang ia kenakan tipis sehingga meringankan tubuhnya.
"Syukurlah aku berada di perahu ini," sambil mengatur napasnya, ia melihat seekor ikan cukup besar, namun berwarna keemasan. Sangat indah, berenang tepat di sebelahnya.
"Seumur hidupku, pertama kali ini saja aku melihat ikan seindah ini."
***
Selama dua hari ia terombang-ambing di lautan yang sangat luas, karena menahan haus ia terpaksa minum air laut. Walaupun rasanya asin, kemudian mencicipi beberapa permen yang ia simpan dalam tas kecilnya.
Beberapa menit kemudian ia membuka ponselnya, berusaha menghidupkan kembali ponsel yang sudah basah kuyup tak berguna.
"Apa yang akan terjadi padaku, entah kemana perahu ini akan membawaku." Raut wajahnya sangat sedih, sambil mendayung.
"Hari yang menyakitkan," Pikirannya kacau, Ia membayangkan alex yang mempermainkannya juga kejadian semalam yang membuatnya ketakutan. Hingga di terpa ombak yang bercampur baur dengan potongan kayu, hingga membuat keningnya tergores luka dan berdarah.
Tiba-tiba seekor burung berwarna putih hinggap di atas kepalanya, hana mengibas tangannya karena terkejut.
"Maafkan aku burung kecil, kamu membuatku was-was." Sambil melambaikan tangan pada burung yang terbang meninggalkan perahunya.
***
Sore hari tiba...
Keadaan di pesisir pantai mulai sibuk mencari orang hilang, timsar gabungan mengantar alex mencari hana.
Alex memperhatikan satu persatu mayat yang mengapung dimana-dimana. "Hanaku, jangan pergi secepat itu. Maafkan aku." Bergumam dalam hatinya, Wajahnya sangat pucat. Ia tidak makan dan minum seharian, sibuk mencari hana yang hilang juga teman-temannya.
"Mas alex, sebaiknya istirahat dulu saja. Beberapa nasi bungkus dan sebotol minuman sudah berada di pos." Ujar salah satu timsar.
"Tidak, mas. Aku pasti menemukan hanaku"
"Baiklah mas alex, yang tabah" menepuk bahunya.
Alex seperti orang yang ling-lung, ia berdiri kemudian duduk kemudian berdiri lagi. Pikirannya cemas. Kemudian hujan turun. Ia segera naik ke atas menuju pos.
Banyak gabungan timsar dan beberapa relawan makan bersama di tempat itu, "Ayo mas makanlah, bagaimana kita bisa mencarinya tanpa makan." Menyodorkan sebungkus nasi padang.
"Terima kasih," alex makan sedikit demi sedikit, relawan mengatakan takkan ada yang selamat. Mustahil, cetusnya. Kapal besarpun sebagian hancur. Sontak, alex semakin cemas.
Ia menangis sejadi-jadinya, semua menatapnya dan menghampiri. Mensupport alex agar segera menemukan hana. "Kibarkan semangatmu lex, benar mas. Ayo, tenangkanlah dirimu."
***
Malampun tiba keadaan menjadi gelap hanya bulan yang menerangi, hana duduk dan menaruh kepalanya di sisi perahu. Ia bernyanyi menghibur dirinya, suaranya sangat merdu. Ikan-ikan besar menampakan dirinya di malam itu. Ekornya menepuk air, membuat perahunya sedikit miring.
"Hai ikan, perkenalkan dirimu, aku tahu kamupun merasa sendiri sepertiku. Apakah tersesat? Ombak membawamu kemari?" Hana tersenyum, kemudian terbaring tidur. Bibirnya kering, sebagian pakaiannya basah, begitu juga dengan sweater kesayangannya itu. Tubuhnya terasa dingin.
Seekor ikan setengah manusia berjenis kelamin perempuan, menghampirinya mengintip keadaan hana di dalam perahu itu. Kemudian berenang kembali ke dasar laut, di iringi ikan-ikan kecil.
Cincin yang dikenakan hana tiba-tiba bersinar sangat terang melebihi sorot lampu, bahkan lautan yang begitu dalam terlihat sangat jelas dari permukaan. Hana yang terbangun dari tidurnya segera menoleh sekelilingnya. "Apakah ini kenyataan? cincin permata ini bisa mengeluarkan cahaya dan menerangi lautan yang gelap ini?" Ia tercengang, hanya sebuah cincin dengan permata yang kecil bisa bersinar begitu terang, seperti mimpi.
Hana yang bersemangat saat itu berenang cukup lama, menyelam dan bermain dengan sekumpulan ikan.
Tiba-tiba cincinnya lepas, ia menyelam hampir ke dasar laut. Kemudian. Mendapatkannya lagi, ia langsung berenang ke permukaan. Selama 15 menit ia bisa menyelam tanpa oksigen.
"Aku tak mengira bisa menyelam sejauh itu tanpa oksigen. Tak masuk akal." bertanya-tanya.
Setelah naik ke perahu, hana pingsan kedinginan dan lelah. Lagi-lagi seorang perempuan setengah ikan itu mengintipnya. Ia melihat cincin yang dipakai oleh hana. Kemudian menaruh makanan dan minuman. Dan, kembali menyelam.
Air laut yang tertiup angin membawa perahunya melaju kencang, kabinnya cukup luas sehingga hana leluasa bergerak. Tertidur pulas.
Dengan satu hentaman seekor ikan paus menabrak perahunya, ia terjatuh kemudian perahu itu berlubang dan bocor. Tiba-tiba ombak besar menghantamnya lagi hingga membuatnya tak sadarkan diri.
Hana terbawa gelombang ombak kemudian sampai di suatu pulau kecil, ia terbangun dan berjalan sempoyongan.
"Pulau apa ini?" Sebelumnya ia mengira tak akan menemukan pulau dan tak akan selamat, hanya berpasrah pada keadaan. Namun, keajaiban berpihak padanya.
Kemudian ia menemukan mutiara yang sangat indah bertaburan di pasir, hana yang menyukai mutiara itu bersemangat memungutnya satu persatu lalu ia simpan di dalam cangkang.
"Aku lupa merasakan haus dan lapar, mutiara ini menyilaukan mataku. Seandainya aku bisa membawanya pulang dan menyimpannya sebagai koleksi baruku."
Karena ia terlalu bersemangat, akhirnya tubuhnya mulai merasakan lelah yang teramat sangat. Ia terbaring lemah tak berdaya di atas pasir, pandangannya mulai kabur. Sosok alex datang menghampirinya mengulurkan tangan, kemudian ia perlahan merangkul tangannya. Hana mulai berhalusinasi.
"Alex, kamu mencariku hingga ke pulau ini?
"Bukankah kamu bersama perempuan itu, apakah kamu lupa menyia-nyiakan aku." Kemudian ia pingsan.
Malam itu bulan purnama, ia tak melihatnya karena terbaring lemah. Matanya sedikit terbuka, sayu.
Ia melihat cahaya terang dari cincinnya, "Pasti bulan terlihat indah malam ini, membuat cincinku bersinar." Tubuhnya menghadap ke bawah, kepalanya miring.
Bersambung....

Comentário do Livro (44)

  • avatar
    RoselinaRamona

    hebat

    23d

      0
  • avatar
    TasyaIka

    aku suka cerita nya sangat bagus

    30/06

      1
  • avatar
    PranataRaden

    sangat bagus

    11/01

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes