logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 2 Aku Cinta Bulan

Sepanjang hari itu alex merenung, malam ini akan di adakan pesta di halaman villa nya.
Namun, kehadiran hana membuatnya takut. Ia banyak mengundang banyak teman pria.
"Apakah aku perlu sembunyikan pesta ini?"
Mudah-mudahan ia tak mencariku malam ini." Ujarnya.
Beberapa meja, kursi dan perlengkapan pesta sudah di tata dengan rapi. Lengkap dengan bunga-bunga segar untuk hiasan di meja nan mewah.
Alex masih saja termenung, duduk di loteng dan menoleh ke bawah. "Sayangku hana seandainya aku tak mengundang temanku kamu bisa menikmati pestaku ini." Bergumam dalam hatinya.
"Lex.." Teriak salah satu temannya yang bernama niko.
"Cepat sekali kamu datang, nik. Naiklah ke atas"
"Okay, aku membawamu sesuatu." Sambil menunjukan bingkisan kecil.
Niko sudah berada tepat di sampingnya, "Bagaimana kabarmu?" Menepuk bahunya.
"Aku baik-baik saja, sudah sekian lama kita tidak bertemu, apakah kamu masih bekerja di peternakan? Masih lex, aku belum siap kehilangan pekerjaan. Berbeda denganmu hanya menikmati saja hasilnya." ujar niko mengeluh.
"Tenanglah, apabila kamu memerlukan pekerjaan yang lebih baik, aku bisa membantumu."
Niko yang saat itu menekukan wajahnya seketika tersenyum bersemangat. Ia, memang tak sekaya alex namun banyak perempuan mengidolakannya semenjak ia duduk di bangku SMA.
"Alex.." Teriak beberapa teman prianya dan perempuan berpakaian minim, ia terkejut ketika menoleh ke belakang. "Kapan aku mengundang mereka?" ada tiga teman perempuannya.
Temannya yang bernama siska mendekati alex, dan merangkul tangannya. Spontan, ia melepaskan rangkulannya. "Hai, sis maaf aku tak mengundangmu." alex pura-pura lupa.
"Santai saja," Kemudian duduk di kursi, roknya yang pendek terlihat ketat dan tak pantas. Alex mengalihkan pandangan.
Satu jam berlalu mereka menikmati segelas sirup dan camilan manis, tempat tersebut menjadi sedikit gelap. Lampu-lampu kecil terlihat mati menyala.
Alex bersembunyi di balik pintu kamarnya, kemudian menekan tombol ponselnya. "Hallo, hana bagaimana kabarmu, sudah makan malam? Aku baik-baik saja, hanya merasakan sedikit kedinginan. Mungkin saat kita bermain pasir di pantai, anginnya kencang."
"Jangan lupa makan dan minum obat ya, nanti aku telepon lagi."
"Ya terima kasih Mmmm... Tunggu..."
"Iya, Ada apa hanaku."
Tiba-tiba siska datang kemudian memeluknya dari belakang, "Alex"
"Tut.. Tut.."
"Mmm.. Kenapa dia menutup teleponnya? ujar hana bertanya-tanya.
Hana yang saat itu sedang merangkul bantal, membawa handsfree nya, kemudian mendengarkan sebuah lagu romansa yang menyentuh hatinya.
" Alex, hari ini kamu sangat sibuk. Padahal aku ingin sekali bertemu, keluargaku menyetujui hubungan kita. Aku menjadi tenang, setelah keinginanmu melamarku." matanya berbinar, ia langsung merangkul lebih erat bantalnya.
Alex, sangat terkejut siska tiba-tiba sudah berada di belakangnya. "Apa yang bisa aku bantu sis?"
"Anton, aku butuh pertolonganmu."
"Ya, katakan saja."
"Kalungku hilang saat bermain di pantai sebelum datang ke villamu, menyebalkan. Padahal aku baru saja membelinya harganya sekitar 10 juta."
"Sayang sekali, kalau begitu kita pergi kesana. Tapi, jangan lama, kalau kita tak menemukannya lebih baik kembali saja. Lanjutkan besok saja."
"Baiklah," Siska mendekatinya lalu merangkul tangannya.
Alex mulai tergoda dengan rayuan maut siska, hingga saling menatap.
Mereka berjalan menelusuri pantai, siska menunjukan tempat dimana kalung itu kemungkinan terjatuh di bawah pohon.
Mereka membungkuk, tiba-tiba siska menyodorkan wajahnya. Seketika alex khilaf, kemudian mengecupnya. Alih-alih siska hanya berpura-pura saja agar bisa berduaan dengan alex, ia perempuan matre yang pandai merayu. Penuh kepalsuan.
Alex merangkulnya kemudian berbisik "Lupakan saja kalungmu yang hilang akan kubelikan yang baru"
"Benarkah? lebih mahal nan indah?"
"Ya, sayang"
Alex memang pria hidung belang yang tak puas dengan satu perempuan, tetapi ia berusaha menjadi pria yang lebih baik dari kisah masa lalunya. Namun, usahanya hanya angan-angan saja.
Mereka menikmati malam di pantai, meninggalkan acara pestanya yang menghabiskan cukup banyak uang.
***
Bulan bersinar lebih indah malam ini, dari balik jendela hana menatapnya penuh kebahagiaan. Berangsur-angsur tubuhnya mulai terasa hangat.
Ia menikmati malamnya dengan kesendirian, kemudian menarik sweater bulunya yang tebal. Dan, menggunakan bandana mutiara itu.
"Sepertinya duduk di atas pasir akan membuatku tenang, menatap bulan malam ini." Ujarnya.
Ketika ia berjalan seekor kepiting kecil berlari sangat cepat, ia berusaha menangkapnya.
Namun, tiba-tiba. alex sedang asyik berpelukan. Sontak, hana terkejut. Ia menampar perempuan itu sangat keras. Kemudian berlari. Bandana mutiaranya terjatuh di atas pasir putih.
"Siapa perempuan itu, berani sekali ia menamparku." teriak siska.
"Hana..." Teriak alex, mengejarnya.
Hana bersembunyi di balik perahu nelayan, kemudian mengusap air matanya. Ia merasa di sia-siakan olehnya.
"Hana, maafkan aku.. Aku khilaf.." Bergumam dalam hatinya, wajahnya berubah pucat pasi.
"Alex, jelaskan. Siapa perempuan itu." ujar siska menantang.
"Lupakanlah, kita hanya teman. Kamu yang memulai, aku tidak mengatakan apapun. Menyukaimu?"
"Kurang ajar!!" siska menamparnya. Alex mengelus pipinya, kemudian melanjutkan mencari hana yang berlari entah kemana.
Beberapa jam kemudian...
Alex berdiri lalu membungkuk, lelah. Ia masih saja tak menemukannnya. Sesampainya di tempat ia menginap, "mas bisa minta tolong cek CCTV. Aku mencari kekasihku yang hilang. Ini sangat penting."
"Lapor saja kepada keamanan mas, para penjaga pantai, menjaga pantai ini selama 24 jam."
"Pertama, cek dulu saja." Ujar alex.
Setelah beberapa jam, petugas CCTV mengatakan bahwa ia terakhir melihat hana keluar dari hotel.
"Menggunakan sweater berbulu, berwarna coklat?"
"Ia benar itu hana" alex gelisah.
Penjaga pantai satu persatu menghampirinya, "Mas apa benar ada perempuan hilang di pantai ini? Temanku mengabariku"
"Aku mohon temukan kekasihku hana."
"Tenang mas, jangan panik. Kita akan usahakan tergantung cuaca malam ini, semoga saja mendukung pencarian kita." Mereka langsung berpencar, senter besar menyoroti segala arah.
Hana yang saat itu bersembunyi di balik perahu, kemudian terbaring di atasnya. Perahu tersebut cukup luas dan besar, sehingga cukup ruang untuk ia berbaring.
Bulan dan bintang saling menarik sinar cahayanya, suara ombak yang bergemuruh kian pelan dan terasa terayun-ayun. Hana menatapnya penuh penderitaan, seakan hatinya hancur diterpa ombak.
"Bulan, Aku cinta kamu."
Engkau bersinar sangat indah, tak akan mampu melukaiku. Hana tersenyum. Lalu kedua matanya tertutup, sekejap ia tertidur. Sweater berbulunya menghangatkan tubuhnya.
Seorang petugas kewalahan, sudah beberapa jam mencarinya hanya menemukan bandana mutiara.
"Apakah ini milik nona hana mas?" Sambil Menyodorkan bandana mutiara. "Benar, dimana kalian menemukannya?" Menatap penjaga pantai.
"Aku menemukannya dipasir tak jauh dari tempatnya menginap" Wajah khawatir.
Alex yang berdiri tegap seketika terjatuh, diguncang gempa yang cukup besar, tembok-tembok cafe dan penginapan runtuh, ombak pantai menjadi ganas dan menyeramkan. Semua lampu mati, kemudian seorang pelayan ditarik oleh ombak. Teriak sangat kencang, keadaan semakin tegang.
Ombak besar menyeretnya kesana kemari, Untung saja penjaga pantai menariknya.
Bersambung....

Comentário do Livro (44)

  • avatar
    RoselinaRamona

    hebat

    23d

      0
  • avatar
    TasyaIka

    aku suka cerita nya sangat bagus

    30/06

      1
  • avatar
    PranataRaden

    sangat bagus

    11/01

      1
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes