logo text
Adicionar à Biblioteca
logo
logo-text

Baixe este livro dentro do aplicativo

Bab 5. Definisi Cinta Oleh Asoka

"Terkadang Cinta bisa selucu ini, kedatangannya yang terpaksa sering kali berujung rasa terbiasa namun menyiksa"
[Asoka- MATA CUAN]
***
Asoka POV:
Saat ini aku tengah berada setelah satu restoran terkenal milik salah seorang kenalan Arifin, seolah tak pernah terjadi perseteruan atau hal konyol di antara kami, Arifin menggandeng tanganku dengan hangat dan mengenalkanku pada seorang wanita yang ternyata adalah manager di restoran kenalanya ini.
"Neta, kenalin ini Asoka temen gua yang kemarin gua ceritain. Well, Wulung dimana? minta tolong bilangin ya Arifin datang gitu" Kata Arifin, aku yang tak mengerti ya bisa senyum-senyum saja.
Neta, wanita dengan rahang tegas sorot mata tajam dan postur tinggi semampai membuat ku rasanya segan dan sungkan untuk beramah-tamah.
"Mau ngapain sih kesini? nyari makan apa nyari ranjau" Kataku Pada Arifin tentu saja setelah kepergian Neta.
"Nyari kodok, atau nyari ikan mentah juga boleh" Jawab Arifin sekenanya, tak berapa lama seorang pelayan datang menghampiri kami dan mengajak kami untuk duduk di salah satu kursi VVIP.
"Yang punya ini pasti kaya raya, kok kamu punya temen kayak raya tapi nggak pernah cerita sama aku Ar?" Kataku sedikit menggugat, Arifin tertawa.
"Kamu pasti nolak dia, for your information dia lebih brengsek daripada aku Ka. Aku nggak merekomendasikan dia" Katanya, yang kubalas dengan cibiran.
"Hilih, mana ada brengsek teriak brengsek! " Kataku, Arifin tertawa.
Seorang pelayan yang lain datang dengan membawa sebotol Wine merah, dengan dua gelas cantik yang kupastikan harganya pasti mahal.
"Matanya nggak usah norak deh" Kata Arifin mengingatkan, pelayan yang saat ini ia tengah menuangkan Wine kedalam gelas dihadapanku nampak menahan senyum gelinya. Mataku menatap tajam Arifin, yang bersangkutan tertawa sembari mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Mulut!! " Desisku tajam, tensi!!!
Ghem Ghem..
Umpatanku terhenti tak kalah seorang lelaki tampan kini berdiri di antara kami menginterupsi, rahang tegas dengan bola mata tajam seketika membuatku terbuai akan pesona dan ketampananya.
"Air liur nya di lap" Bisik Arifin, sontak tanpa sengaja sifat bar-barku keluar dan segera menampar mulut lamisnya.
"Hahaha" Gelak tawa muncul dari muluk lelaki asing ini.
"Ya Gitu Xyn, Asoka ini emang bar-bar nggak ketulungan" Kata Arifin lagi, awas setelah ini aku bakalan ngasih pelajaran ke Arifin. Ingatkan ya wahai jagat raya.
Xyn, nama panggilan atau nama akrab Wulung kenalan Arifin tadi nampak tersenyum menatapku.
Ia mengulurkan tanganya "Xyn, Panggil aja Xyn" Katanya menunggu jabatan dari tanganku.
"Soka, Asoka" Kataku sedikit gugup.
"Jadi ini temen loe yang kemarin loe ceritain?" Kata Xyn, aku yang baru saja meneguk Wine pertamaku seketika tersedak mendengar nama ku disebut-sebut. Ada apakah gerangan?
"Pelan-pelan" Kata Xyn menepuk punggungku pelan.
"Aku kok disebut-sebut? "Kataku sembari menatap mata Arifin tajam, ia tersenyum menampilkan sederet gigi-gigi putihnya.
"Bukan apa-apa, dia kemarin menceritakan kamu yang katanya sangat pandai public speaking. Dan kebetulan resto kami saat ini sedang membuka lowongan untuk bagian Public relation, apakah kamu berminat kerja ditempat kami?" Tawar Xyn yang terdengar sangat menggiurkan, namun apakah aku mampu? aku hanya mahasiswa sarjana dari kampus swasta.
"Ha? " Mataku menatap Xyn dan Arifin bergantian, entah mengapa rasa tak percaya diri ini muncul begitu besar.
"Bagaimana Ka? " Tanya Arifin.
"Anda Yakin? " Kataku pada Xyn, dia mengangguk.
Entah mengapa hari ini rasanya Tuhan terasa begitu dekat, hari ini rasa-rasanya aku tidak melakukan suatu amal perbuatan yang baik? ya kecuali menghindari pergibahan.
Namun apa iya karena ini Tuhan lantas memberiku imbalan sebesar ini.
"Saya setuju. " Kataku mengangguk semangat.
***
Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa satu bulan telah berlalu dengan sangat menyenangkan. Xyn yang dulu terlihat seperti sosok yang menyeramkan justru memiliki sifat lembut yang sangat membuai.
"Pulang jam berapa Ka?" Tanya Xyn, ia tersenyum.
"Masuk aja sini Bang" Kataku melihat Xyn yang saat ini lebih memilih berdiri di ambang pintu ruangan kerjaku.
"Sebentar lagi, " Kataku sembari melirik jam tanganku, waktu menunjukan pukul 23.00 Wib.
"Pekerja keras sekali gadis ini, pulang sama siapa nanti? pacar? ojek atau siapa? " Kata Xyn mulai terlihat kebawelannya.
"Brisik! Jangan tanya mulu" Kesalku pada Xyn, bukanya tersinggung ia justru tertawa sembari mengacak-acak rambutku gemas.
"Iya, paling pacar yang jaketnya selalu pakai hijau atau kuning gak papa deh" Kataku dengan mata fokus pada layar laptop, entah bagaimana ekspresi wajah Xyn aku tak melihatnya.
Jari dan mataku masih terpaku dan fokus pada data yang sedang ku input, tanpa sadar seseorang telah berada dibelakang punggungku.
"Hem" Hembusan nafasnya terasa geli di balik tengkukku, entah mengapa tubuhku rasanya meremang padahal Xyn, atasan ku ini tidak melakukan suatu hal apapun.
Aku menoleh, wajahnya tepat berada disebelah pipi kananku. Matanya fokus menatap file data yang sedang kukerjakan, sekilas bibirnya tertarik keatas.
"Good job girl, " Katanya sembari menoleh menatap ku lembut, tanganya kembali berada di atas kepalaku. Kali ini tanganya mengelus rambutku lembut.
Tak bisa kupungkiri perlakukan manis dan lembutnya belakangan ini membuatku terbuai, ah mungkin istilah anak jaman sekarang bisa disebut bapar? ah apakah aku baper terhadap sosoknya? atau kelembutannya? atau tampangnya?
Ahh,.. aku tidak tahu.
"Jangan melamun, wajahmu menjadi sangat merah" Bisiknya, "Selesaikan pekerjaanmu, saya tunggu di ruangan saya. Kita pulang bersama"Lanjutnya lagi, sebelum beranjak pergi ia menyempatkan diri untuk mengecup kepalaku.
Ada apa denganku?
Mengapa aku semurahan ini? mengapa aku tidak menolak sentuhan lembutnya? kenapa aku juga tidak marah dengan skinship lainya? ahhh ada apa dengan ku?
"Aduh. Sakit!" Keluhku saat tanpa sengaja aku menjitak kepalaku terlalu keras.
"Ahh.. aku tidak tau dan juga tidak mau tahu, selesaikan pekerjaan ini dulu baru abis itu pulang, besok aku harus meeting sama orang dari Jakarta. Wine mahal ini harus aku dapatkan" Kataku sembari menatap informasi Wine beserta perushaan yang telah menjadi suplayer Wine terbaik di restoran Jepang- Western food ini.
"Jangan terlalu dekat dengan Xyn, jangan mudah terbuai Soka. Xyn dan aku sama saja. Ingat itu!" Peringatan dan bisikan Arifin satu bulan yang lalu seolah menjadi alarm jantungku yang sedari tadi meronta dan menyebut-nyebut nama Xyn.
Wanita mana yang tak luluh jika di hadapan dengan lelaki baik hati, perhatian, manis dan lembut seperti Xyn? meskipun wajahnya galak dan sangar tapi itu tak mengapa.
Setelah pekerjaanku selesai, aku segera bergegas merapikan barang-barangku beranjak kekamar mandi untuk merapikan dan membetulkan riasan wajahku serta menyemprotkan sedikit parfum kedalam tengkuk leher, dan beberapa area berkeringat lainya.
"Dah cantik? yuk kita pulang" Gumamku sembari menatap wajahku dicermin.
***
Tuk..
Tuk...
Tuk...
"Selamat malam Pak," Kataku setelah mengetuk 3 kali pintu ruang kerja Xyn yang terbuka, atasan ku rupanya tengah diduduk dikursi kebesarannya sembari membaca sebuah file yang tak kuketahui apa isinya.
Xyn menurunkan kertasnya dan melepas kacamata bacanya, aku tersenyum ia ternyata jauh lebih menawan pada saat mengenakan kacamata mutlak no debat.
"Sudah selesai? " Katanya, Xyn berdiri mengambil ponsel dan memasukan kedalam saku celananya dan menghampiriku yang masih didepan pintu ruangan kerjanya.
"Yuk." Katanya menggandeng tangan kananku, aku tersenyum membalasnya.
Lagi-lagi jantungku berdetak, bisa mati kali ya jika begini terus. Jangan sampai jatuh cinta, ingat Asoka dia boss mu, walaupun kaya raya jangan sampai jatuh cinta.
***
Bersambung...

Comentário do Livro (161)

  • avatar
    PerwatiNunu

    good

    23d

      0
  • avatar
    LakambeaIndrawaty

    👍👍👍

    26/07

      0
  • avatar

    mais ou menos

    07/05

      0
  • Ver Todos

Capítulos Relacionados

Capítulos Mais Recentes